Penyakit & Kelainan

Kedutan pada Alis : Penyebab – Penanganan – Pencegahan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kedutan adalah kondisi yang tergolong sebagai bentuk reaksi tubuh terhadap emosi tertentu, salah satunya karena stres [1,2,3].

Kedutan dapat terjadi pada otot di berbagai anggota tubuh, tak terkecuali bagian alis ketika otot mengalami kejang atau gerakan otot tak terkendali [1].

Pada beberapa kasus, kedutan pada alis bisa terjadi hanya selama beberapa detik, namun ada pula yang dialami hingga beberapa jam [1].

Walaupun banyak kasus kedutan tidak memerlukan penanganan apapun, jika terjadi terlalu lama dan berulang, maka hal ini akan cukup mengganggu aktivitas [1].

Oleh sebab itu, kenali faktor-faktor yang mampu menyebabkan kedutan di bagian alis, cara menangani, dan cara mencegahnya.

Penyebab Kedutan Pada Alis

Kedutan dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tak sehat.

Namun selain itu, waspadai pula adanya risiko penyakit saraf atau otot yang lebih serius yang ditandai dengan kedutan berulang.

Berikut ini merupakan deretan kemungkinan penyebab atau pemicu alis sesekali atau justru berkali-kali berkedut.

1. Alergi

Alergi mampu menjadi peningkat risiko seseorang mengalami kedutan, terutama bila alergi memengaruhi area mata [1,2].

Walau alergi lebih identik dengan timbulnya rasa gatal dan ruam merah pada gatal ataupun gangguan pernafasan, gejala lain dapat berpengaruh pada mata [1].

Menurut para peneliti, histamin yang dilepaskan oleh tubuh karena reaksi alergi mampu menyebabkan kedutan mata yang juga berefek pada alis yang berkedut [1,2].

Pelepasan histamin umumnya terjadi ketika mengucek mata karena mata gatal atau berair karena iritasi sebagai reaksi alergi [1,2].

2. Tembakau, Obat Terlarang atau Alkohol

Mengonsumsi alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang umumnya mampu menyebabkan gangguan kesehatan saraf otak yang salah satunya berpotensi memicu kedutan pada mata [1,2,3,4].

Selain itu, penggunaan tembakau, termasuk aktivitas merokok mampu menyebabkan pula kedutan pada mata yang kemudian berdampak pada kedutan di bagian alis [1,2,3].

Otot lebih mudah berkedut tak hanya pada area mata ketika memiliki kebiasaan-kebiasaan tak sehat tersebut, diantaranya karena efek nikotin [1,2,3,5].

Sekalipun merokok tembakau sudah diganti dengan rokok elektrik, kandungan nikotin di dalamnya tetap berisiko bahaya bagi kesehatan [6].

3. Kafein

Berlebihan dalam mengonsumsi kafein juga mampu meningkatkan risiko kedutan di area mata, termasuk alis [1,2,3].

Walau tak semua pengonsumsi kafein (baik teh maupun kopi) berlebih akan mengalami kedutan, tetap terdapat risiko pada beberapa orang untuk mengalaminya [1,2,3].

Kafein sendiri diketahui mampu meningkatkan kegelisahan atau kecemasan pada diri seseorang [7].

Maka ketika kafein dikonsumsi secara berlebihan, tingkat kecemasan dan kegugupan pengonsumsi akan semakin bertambah [7].

Belum lagi kecemasan dan stres yang meningkat otomatis memicu gangguan tidur dan kelelahan pada tubuh penderita [8].

Faktor-faktor tersebut tanpa disadari mampu menyebabkan mata, termasuk area alis mudah berkedut.

Efek kafein sama seperti alkohol dan obat terlarang, terutama bila tak mampu mengendalikan jumlah asupannya.

4. Kelelahan

Kurang tidur atau istirahat menjadi salah satu alasan lainnya mengapa daerah mata, termasuk alis mudah berkedut [1,2,9].

Ketika tubuh kurang tenaga akibat kualitas tidur buruk, tingkat kelelahan pada mata meningkat sehingga mata dan daerah alis menjadi kedutan [1,2,9].

Kedutan terjadi karena terkadang sel saraf mengirim sinyal pada otot yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak [1,2,9].

5. Efek Obat Tertentu

Penggunaan sejumlah obat mampu meningkatkan risiko kedutan, terutama jika menggunakan obat antipsikotik atau antiepileptik [1,10].

Antiepileptik juga dikenal dengan istilah antikonvulsan atau obat antikejang, sementara antipsikotik adalah obat khusus pereda gejala gangguan mental [1,10].

Perlu konsultasi lebih lanjut dengan dokter yang memberikan resep obat tersebut supaya kedutan pada alis bisa teratasi.

6. Kelelahan Mata

Mata yang digunakan terus-menerus untuk menatap layar komputer ataupun ponsel akan lebih cepat lelah [1].

Mata yang juga terpapar sinar matahari cukup rentan terhadap berbagai masalah kesehatan [1].

Salah satu gangguan yang bisa terjadi adalah kedutan di mana kedutan ini pun dapat berpengaruh di area alis [1,2,3,9].

Pada beberapa orang, kedutan di alis bisa jadi karena resep baru kacamata atau kontak lensa, maka hal ini perlu dikonsultasikan segera dengan dokter mata apabila ada kaitannya [1].

7. Stres

Sebab lain kedutan pada alis yang perlu diwaspadai adalah stres [1,2,3].

Reaksi fisik dapat bervariasi ketika tubuh dan pikiran sedang mengalami tekanan, salah satunya adalah kedutan di area mata [1,2,3].

Oleh sebab itu, pengelolaan emosi, perasaan dan pikiran yang baik akan sangat membantu dalam menurunkan risiko kedutan [1,2,3].

8. Sindrom Tourette

Sindrom Tourette adalah merupakan sebuah kondisi ucapan maupun gerakan berulang kali namun tanpa disadari dan tanpa bisa dikendalikan oleh penderitanya [11].

Risiko sindrom Tourette lebih besar dialami oleh anak laki-laki usia 2-15 tahun daripada anak perempuan [11].

Kelainan gen yang orang tua wariskan kepada anak, gangguan kehamilan pada sang ibu, dan gangguan zat kimia otak dapat menjadi penyebab sindrom ini [11].

Kedutan pada alis bisa menjadi salah satu gejala sindrom Tourette, sebab ketika motor tics terjadi, penderita kemungkinan lebih sering mengedipkan mata, menggerakkan mulut, mengangkat bahu, hingga menggoyangkan kepala (mengangguk dan menggeleng) tanpa bisa mudah dikendalikan [1,2].

Bentuk dari tics tersebut memang perlu segera diperiksakan ke dokter, hanya saja tanda-tanda itu tak selalu mengarah pada sindrom Tourette [1,2,11].

Bahkan beberapa penderita mengalami gejala serupa namun tak lama kemudian (setelah beberapa minggu atau beberapa bulan) gejala dapat hilang sendiri [11].

9. Multiple Sclerosis

Ketika sistem saraf pusat dalam tubuh diserang oleh sistem imun (sistem kekebalan tubuh), maka ini merupakan jenis penyakit autoimun yang disebut dengan multiple sclerosis (sklerosis ganda) [12].

Pada beberapa penderita, kedutan di bagian mata dan alis bisa sangat mudah terjadi sebagai tanda multiple sclerosis [1,2,12].

Namun untuk lebih memastikan dan menguatkan dugaan, kenali apakah beberapa gejala lain berikut ini turut terjadi [12] :

  • Tremor
  • Kesulitan bicara
  • Kesulitan berjalan karena kehilangan keseimbangan
  • Kesulitan dalam berkonsentrasi
  • Gangguan daya ingat
  • Tubuh cepat lelah dan mengalami nyeri

Jika memiliki riwayat penyakit autoimun lain, radang usus, penyakit tiroid, atau diabetes tipe 1, risiko mengalami multiple sclerosis lebih tinggi [12].

Hal ini menjadi alasan mengapa pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter sangat penting.

Tidak hanya deteksi penyakit ini secara dini, tapi juga mengendalikan gejala agar tidak memburuk lebih cepat.

10. Distonia

Distonia adalah kejang otot yang tak terkendali dan ditandai utamanya dengan gerakan berulang namun lambat pada tubuh penderitanya [13].

Meski mampu menyerang mata, termasuk bagian alis, distonia dapat terjadi pada anggota tubuh lain [1,3,13].

Distonia sendiri dapat terjadi sebagai tanda masalah pada tubuh, seperti [13] :

11. Bell’s Palsy

Bell’s palsy adalah kondisi kelumpuhan atau kelemahan pada otot wajah yang disebabkan oleh tekanan atau pembengkakan pada saraf wajah [14].

Pada beberapa kasus, virus herpes simplex dapat menjadi penyebab Bell’s palsy ini, termasuk juga infeksi telinga [14].

Penyakit serius lain yang juga meningkatkan risiko Bell’s palsy adalah diabetes serta hipertensi [14].

Selain terjadinya kedutan pada area mata atau alis, berikut ini adalah sejumlah kondisi yang menandakan Bell’s palsy [,1,2,3,14] :

  • Kedutan pada bagian wajah manapun
  • Meneteskan air liur
  • Kesulitan atau ketidakmampuan dalam menutup serta membuka mata
  • Salah satu sisi wajah mengalami penurunan
  • Sulit makan dan minum
  • Sulit berekspresi dengan wajah, termasuk sulit untuk tersenyum

Walau pada beberapa penderita Bell’s palsy gejala dapat menghilang dengan sendirinya, lebih banyak kasus Bell’s palsy yang memerlukan penanganan secara medis [14].

12. Defisiensi Nutrisi

Kedutan berisiko terjadi lebih tinggi pada orang-orang yang kekurangan asupan kalium dan magnesium [1,15].

Padahal, kedua mineral tersebut sangat penting bagi tubuh [1,15].

Selain itu, tubuh yang kekurangan vitamin D, vitamin B12, dan elektrolit juga meningkatkan risiko mata berkedut [1,16].

Cara Mengatasi Kedutan pada Alis

Untuk mengatasi kedutan pada alis secara tepat, perlu untuk mengetahui lebih dulu apa saja faktor yang menyebabkannya.

Penanganan akan lebih baik bila disesuaikan dengan faktor yang mendasari terjadinya kedutan [1,2,3,9,11,12,13,14,15].

  • Pada kasus alergi, penderita perlu menghindari alergen agar gejala tidak berkelanjutan. Selain itu, kemungkinan besar dokter akan memberi resep antihistamin untuk meredakan gejala reaksi alergi pemicu kedutan di mata dan alis.
  • Menghindari aktivitas merokok serta konsumsi obat terlarang dan minuman beralkohol.
  • Menghindari konsumsi kafein terlalu berlebihan, apalagi sampai lebih dari 1000 mg per hari.
  • Memperoleh tidur yang cukup setiap hari (7-9 jam) agar kualitas tidur lebih baik.
  • Pada kasus efek obat, penderita kedutan sebaiknya berkonsultasi langsung dengan dokter mengenai alternatif obat yang lebih baik dan tidak memicu kedutan.
  • Mengistirahatkan mata lebih banyak dan hindari mata terlalu lelah dan lama dalam menatap layar komputer maupun ponsel.
  • Mengelola stres dengan cara-cara positif serta melakukan aktivitas menyenangkan.
  • Pada kasus sindrom Tourette, pengobatan biasanya hanya diperlukan oleh pasien dengan gejala yang sangat serius; sebab umumnya penyakit saraf ini (pada kondisi ringan) dapat sembuh dengan sendirinya.
  • Pada kasus multiple sclerosis, dokter umumnya memberi resep kortikosteroid. Selain itu, pasien juga perlu melakukan fisioterapi untuk memperkuat otot dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari lebih mudah. Jika perlu, prosedur plasmapheresis harus pasien tempuh sesuai dengan rekomendasi dokter.
  • Pada kasus distonia, dokter akan memberi resep obat-obatan yang akan berpengaruh pada sinyal otak, memberikan suntikan botulinum toxin (botox), merekomendasikan fisioterapi, hingga menyarankan operasi pemotongan saraf yang terpengaruh atau operasi pemasangan alat khusus pengalir arus listrik menuju otak.
  • Pada kasus Bell’s palsy, dokter umumnya memberi obat-obatan sekaligus menyarankan pasien mengikuti fisioterapi untuk pemulihan yang lebih maksimal.
  • Pada kasus kekurangan nutrisi, asupan magnesium dan kalium adalah yang paling utama untuk dipenuhi. Baik melalui asupan suplemen ataupun sumber makanan tinggi magnesium dan kalium, tubuh pasien akan memperoleh nutrisi lebih baik.

Cara Mencegah Kedutan pada Alis

Memiliki gaya hidup dan kebiasaan sehat adalah yang terpenting agar otot dan saraf terhindar dari masalah [1].

Mengurangi stres, menjadwalkan waktu tidur, menghindari diet tidak sehat, serta mengatasi segera penyakit-penyakit yang berisiko menyebabkan kedutan adalah cara-cara meminimalisir kedutan pada alis maupun pada anggota tubuh lainnya [1].

1. Ann Marie Griff, O.D. & Julie Ryan Evans. 12 Causes of Eyebrow Twitching. Healthline; 2018.
2. Burt Dubow, OD. Eye twitching: Causes and treatments. All About Vision; 2019.
3. Anonim. Why is My Eyebrow Twitching. Diamon Vision; 2019.
4. Sukhes Mukherjee. Alcoholism and its effects on the central nervous system. Current Neurovascular Research; 2013.
5. Josef Donnerer & Ingrid Liebmann. Nicotine-Induced Modulation of the Cholinergic Twitch Response in the Ileum of Guinea Pig. Pharmacology; 2015.
6. Siobhan Fenton. This Is What Is Making Your Eye Twitch. Independent; 2016.
7. Gareth Richards & Andrew Smith. Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and depression in secondary school children. Journal of Psychopharmacology; 2015.
8. Emily J. Watson, Bachelor of Psychology (Honors), Siobhan Banks, PhD, Alison M. Coates, PhD, & Mark J. Kohler, PhD. The Relationship Between Caffeine, Sleep, and Behavior in Children. Journal of Clinical Sleep Medicine; 2017.
9. Anonim. Why You Have That Pesky Eye Twitch — and When to Seek Help. Cleveland Clinic; 2019.
10. Shimiao Zhao (世苗 赵), Yingchun Zhang (迎春 章), Luoyi XU (洛伊 许), Lili WEI (丽丽 魏), & Wei CHEN (炜 陈). A Case Report of Psychoactive Drugs Aggravating and Alleviating Meige Syndrome. Shanghai Archives of Psychiatry; 2016.
11. Norbert Müller, Prof Dr Med, DiplPsych. Tourette's syndrome: clinical features, pathophysiology, and therapeutic approaches.. Dialogues in Clinical Neuroscience; 2007.
12. Dawood Tafti; Moavia Ehsan; & Kathryn L. Xixis. Multiple Sclerosis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. Angela Pana & Babar M. Saggu. Dystonia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
14. Matthew J. Warner; Julia Hutchison; & Matthew Varacallo. Bell Palsy. National Center for Biotechnology Information; 2021.
15. D. L. Bilbey & V. M. Prabhakaran. Muscle cramps and magnesium deficiency: case reports. Canadian Family Physician; 1996.
16. Anonim. What is Blepharospasm?. Optometrist Parramatta; 2021.

Share