Penyakit & Kelainan

Labirinitis: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Labirinitis adalah gangguan pada telinga dalam. Gejala dapat berupa pusing, mual, dan gangguan pendengaran. Kondisi yang dapat menyebabkan labirinitis antara lain infeksi bakteri dan virus, seperti bronkitis,

Apa itu Labirinitis?

Labirinitis ialah inflamasi pada labirin membranosa pada telinga bagian dalam dan biasanya ditandai dengan vertigo, mual, muntah, tinitus, dan/atau gangguan atau hilangnya pendengaran[1].

Telinga bagian dalam disebut juga sebagai labirin, bertanggung jawab dalam pendengaran dan keseimbangan tubuh. Labirin tersusun atas dua bagian utama, yaitu[2]:

  • Cochlea: struktur kecil berbentuk seperti rumah siput yang berfungsi mengubah getaran suara  menjadi impuls saraf yang kemudian dikirimkan ke otak.
  • Sistem vestibuler: tersusun atas jaringan kompleks dari saluran setengah lingkaran yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan dengan menyediakan informasi mengenai orientasi spasial tubuh.

Labirinitis mempengaruhi bagian tengah telinga dan mengganggu aliran informasi sensorik dari telinga ke otak. Gangguan ini mengakibatkan gejala seperti pusing, vertigo, hingga hilangnya pendengaran[2].

Sumber: Healthdirect

Data prevalensi pasti dari labirinitis tidak diketahui. Sebuah studi melaporkan bahwa 37 dari 240 pasien dengan vertigo posisional mengalami labirinitis akibat virus[3].

Labirinitis akibat virus biasanya terjadi pada orang dewasa antar usia 30-60 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Labirinitis supuratif meningogenik biasanya terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun, yang mana merupakan populasi paling berisiko mengalami meningitis[3].

Penyebab Labirinitis

Labirinitis ialah peradangan pada labirin membranosa. Kondisi ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau penyakit sistemik[1].

Berikut beberapa penyebab labirinitis[1, 3]:

Virus

Penyebab labirinitis paling umum ialah diakibatkan oleh adanya infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas. Labirinitis yang disebabkan oleh infeksi rubella dan cytomegalovirus maternal merupakan salah satu penyebab paling umum dari tuli kongenital.

Hilangnya pendengaran pada periode paska kelahiran biasanya disebabkan oleh campak dan penyakit gondok. Infeksi virus juga dapat berperan dalam kehilangan pendengaran sensorineural secara tiba-tiba dan idiopatik.

Labirinitis akibat virus dapat disebabkan oleh reaktivasi infeksi virus varicella-zoster laten yang terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer. Kondisi ini disebut sebagai herpes zoster oticus atau sindrom Ramsay-Hunt.

Bakteri

Labirinitis akibat bakteri biasanya disebabkan oleh meningitis bakterial atau media otitis, tapi juga dapat disebabkan oleh infeksi. Peradangan dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu:

  • Labirinitis serius

Labirinitis serius terjadi ketika toksin bakteri dan/atau mediator peradangan seperti sitokin, enzim dan komplemen melewati membran tingkap bulat, mengakibatkan peradangan pada labirin tanpa disertai adanya kontaminasi bakteri secara langsung.

Kondisi ini berkaitan dengan penyakit telinga bagian tengah akut atau kronis dan diduga merupakan salah satu komplikasi paling umum dari otitis media.

  • Labirinitis supuratif

Peradangan yang disebabkan oleh bakteri secara langsung mengakibatkan labirinitis supuratif. Pada pasien dengan meningitis, bakteria dapat menyebar langsung dari cairan cerebrospinal ke labirin membranosa melalui jalur saluran auditori internal atau saluran air koklea.

Labirinitis supuratif sering kali diikuti dengan labirinitis ossificans, yaitu deposisi tulang pada ruang-ruang yang mengandung cairan di dalam telinga bagian dalam.

Labirinitis Akibat Autoimun

Labirinitis dapat terjadi sebagai komplikasi langka dari poliarteritis nodosa dan granulomatosis dengan poliangiitis.

Labirinitis juga dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab lainnya, seperti[3, 4, 5]:

  • Penyakit pernapasan, seperti bronkitis
  • HIV
  • Sifilis
  • Cedera kepala
  • Infeksi virus, seperti herpes, campak, influenza, virus gondok, varicella-zoster, rubella virus
  • Infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Neisseria meningitidis, Proteus sp, Bacteroides sp, Escherichia coli, Mycobacterium tuberculosis

Faktor Risiko Labirinitis

Beberapa faktor berikut meningkatkan risiko terkena labirinitis[2, 4]:

  • Merokok
  • Konsumsi alkohol dalam jumlah besar
  • Riwayat alergi
  • Sedang mengalami stres ekstrim
  • Penggunaan obat tertentu
  • Biasa mengalami keletihan

Gejala Labirinitis

Gejala labirinitis dapat timbul secara tiba-tiba dan dapat sangat intens selama beberapa hari. Beberapa orang dapat mengalami gejala yang berlangsung hingga beberapa minggu tapi kemudian menghilang dengan sendirinya[2, 4].

Pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami gejala jangka panjang atau kambuhan yang muncul ketika menggerakkan kepala secara tiba-tiba. Kebanyakan pasien mengalami sensasi ruangan berputar yang disebut vertigo[2, 5].

Gejala labirinitis meliputi[2, 4]:

  • Pusing
  • Vertigo
  • Tinnitus
  • Nausea
  • Kehilangan keseimbangan
  • Gangguan pendengaran, tidak dapat mendengar dalam rentang frekuensi tinggi pada satu telinga
  • Kesulitan memfokuskan mata

Komplikasi Labirinitis

Berikut beberapa komplikasi potensial dari labirinitis[1, 2]:

  • Labirinitis bilateral dapat menimbulkan komplikasi berupa hipofungsi vestibuler bilateral, paling umum disebabkan oleh meningitis bakterial. Dapat mengarah pada gangguan penglihatan (osilopsia) dan gangguan kewaspadaan spasial sehingga pasien membutuhkan bantuan untuk bergerak.
  • Kasus berat libirinitis dapat menimbulkan hilangnya pendengaran atau tinnitus
  • Pada kasus langka labirinitis bilateral dapat mengakibatkan ketulian total
  • Labirinitis supuratif dapat mengakibatkan labirinitis ossificans.
  • Labirinitis bakterial dapat mengakibatkan mastoiditis
  • Vertigo posisi paroksimal jinak (BPPV/ benign paroxysmal positional vertigo): jenis vertigo yang disebabkan oleh gerakan kepala yang dilakukan dengan tiba-tiba. Kondisi ini meningkatkan risiko pasien terjatuh.

Diagnosis Labirinitis

Dokter umumnya mendiagnosis labinitis selama pemeriksaan fisik menyeluruh termasuk evaluasi neurologis.

Pada kasus langka, abnormalitas struktur di dalam kepala dapat menyebabkan gejala labirinitis, sehingga dokter dapat menganjurkan tes imaging untuk mengonfirmasi diagnosis[2, 4].

Berikut beberapa tes yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosis labirinitis[4, 5]:

Berikut beberapa kondisi yang dapat menyerupai gejala labirinitis[1, 4]:

  • Penyakit Meniere: menyebabkan hilangnya pendengaran dan vertigo, tapi episode biasanya berselang-seling
  • Neuritis vestibuler: gejala mirip dengan labirinitis tanpa disertai hilang pendengaran
  • Vertigo posisional paroksimal jinak: suatu gangguan telinga bagian dalam, mengakibatkan pusing tanpa disertai hilangnya pendengaran
  • Migrain
  • Stroke kecil
  • Pendarahan otak
  • Kerusakan pada arteri leher
  • Pendarahan telinga bagian dalam
  • Retak tulang temporal
  • Malformasi telinga bagian dalam
  • Multiple sclerosis: biasanya terjadi bersamaan gejala sistemik lainnya
  • Tumor otak

Pengobatan Labirinitis

Pada beberapa kasus, labirinitis dapat tidak memerlukan penanganan/pengobatan. Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebab dan meringankan gejala[1, 5].

Beberapa obat berikut dapat membantu meringankan gejala[2, 4, 5]:

Pada kasus labinitis akibat virus penanganan meliputi hidrasi dan istirahat total di tempat tidur. Jika gejala memburuk atau mengalami gangguan neurologis (misalnya kelemahan/mati rasa, diplopia, bicara cadel dan gangguan cara berjalan) sebaiknya pasien mendapatkan perawatan medis[1].

Pada labirinitis yang disebabkan oleh virus dokter dapat meresepkan antibiotik. Pada kasus infeksi sekunder akibat otitis media, dapat diresepkan tetes antibiotik topikal. Pada pasien dengan gejala sistemik dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik oral atau intravena, bergantung pada tingkat keparahan infeksi[1].

Penanganan awal untuk labirinitis akibat autoimun ialah dengan kortikosteroid. Benzodiazepine dan antihistamin dapat digunakan untuk mengatasi vertigo jangka pendek[1].

Jika labirinitis bersifat kronis atau jangka panjang, pasien dapat dibantu dengan terapi fisik yang disebut rehabilitasi vestibuler. Terapi ini meliputi beberapa latihan yang bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan dan mengurangi pusing[2].

Terapis biasanya menyesuaikan pada kebutuhan spesifik pasien. Berikut beberapa latihan yang umum dilakukan dalam rehabilitasi vestibuler[2]:

  • Menggerakkan mata naik dan turun dan dari sisi satu ke sisi lainnya
  • Menekuk kepala ke depan dan ke belakang
  • Memutar kepala dari sisi satu ke sisi lainnya
  • Menekuk tubuh ke depan
  • Membungkukkan tubuh pada setiap sisi
  • Menangkap dan melempar bola
  • Berjalan naik dan turun pada bidang miring

Selain penggunaan obat, pasien dapat melakukan beberapa teknik berikut untuk meringankan gejala labirinitis[4, 5, 6]:

  • Menghindari melakukan gerakan atau berpindah posisi terlalu cepat
  • Tetap tenang dan duduk selama serangan vertigo, hindari melakukan gerakan yang tidak penting
  • Bangun dengan perlahan dari posisi berbaring atau duduk
  • Menghindari televisi, layar komputer, dan cahaya terang atau flashing selama serangan vertigo
  • Jika vertigo terjadi ketika sedang berbaring, usahakan untuk duduk dan menjaga posisi kepala tegak. Pencahayaan sedikit lebih baik untuk membantu meringankan gejala daripada terlalu gelap atau terang.
  • Perbanyak minum air putih dan makanan bergizi, hindari alkohol, kafein, garam, dan tembakau
  • Mengusahakan lingkungan sekitar rendah tekanan dan sepi, hindari lingkungan dengan suara keras
  • Sebaiknya benda-benda yang berpotensi menyebabkan jatuh seperti karpet dan kabel elektrik disisihkan dari ruangan. Mengaplikasikan matras anti licin pada kamar mandi juga dapat dilakukan untuk menghindari bahaya.
  • Sebaiknya pasien menghindari aktivitas mengemudikan kendaraan

Labirinitis bukan merupakan kondisi yang mengancam nyawa. Umumnya, gejala akan membaik dalam satu hingga tiga minggu. Kebanyakan pasien akan pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu hingga bulan setelah menerima penanganan yang sesuai[2].

Selama waktu tersebut gejala seperti vertigo dan muntah dapat mempengaruhi kegiatan seperti bekerja, berkendara, atau melakukan olahraga. Sebaiknya pasien mengurangi aktivitas sampai kondisinya membaik[4].

Umumnya pasien hanya mengalami episode tunggal labirinitis dan kondisi jarang menjadi kronis[4].

Pencegahan Labirinitis

Labirinitis biasanya tidak dapat dicegah. Namun karena labirinitis sering kali diakibatkan oleh adanya infeksi lain, seperti otitis media atau meningitis.[1]

Diagnosis dini dan penanganan efektif dari infeksi dapat mencegah terjadinya labirinitis atau setidaknya meminimalkan risiko komplikasi jangka panjang. Selain itu, up to date terhadap vaksinasi juga dapat menjadi langkah pencegahan[1].

1. Barkwill D, Arora R. Labyrinthitis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
2. Jamie Eske, reviewed by Gerhard Whitworth, RN. What is Labyrinthitis? Medical News Today; 2018.
3. Mark E Boston, MD. Labyrinthitis. Medscape; 2020.
4. Ann Pietrangelo, reviewed by Shuvani Sanyal, MD. Labyrinthitis. Healthline; 2019.
5. Anonim. Labyrinthitis. Healthdirect; 2019.
6. Anonim, reviewed by Arefa Casoobhoy, MD, MPH. What Is Labyrinthitis. WebMD; 2020.

Share