Peterseli atau disebut juga dengan parsley berbeda dari seledri walaupun sama-sama bentuk tanaman yang umum digunakan sebagai bahan makanan.
Selain sebagai penambah cita rasa masakan, peterseli mentah per 100 gram-nya mengandung kaya nutrisi yang baik bagi kesehatan, seperti [1] :
Selain menjadi bahan masakan, peterseli juga dapat dibuat menjadi olahan teh.
Dengan kandungan nutrisi tersebut, berikut ini adalah beberapa manfaat teh peterseli bagi kesehatan tubuh.
Daftar isi
Kadar vitamin B dan asam folat di dalam peterseli cukup tinggi sehingga mengonsumsinya dalam bentuk teh mampu melindungi sekaligus memperkuat pembuluh darah [2].
Di dalam darah terdapat asam amino alami yang disebut homosistein di mana kadarnya yang terlalu tinggi bisa diturunkan dengan asam folat dari peterseli [2].
Homosistein yang berkadar terlalu berlebihan dalam darah mampu mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah sekaligus penggumpalan darah [2].
Jika tidak segera diatasi, kondisi ini mampu berakibat pada penyakit stroke dan serangan jantung [2].
Bagi orang-orang dengan masalah bau mulut atau bau nafas tak sedap, salah satu cara alami untuk mengembalikan nafas segar adalah dengan meminum teh peterseli [2].
Teh peterseli bermanfaat sebagai penyegar mulut karena juga di dalamnya terdapat antibakteri yang akan melawan bakteri di dalam mulut [2].
Meminum teh peterseli secara rutin membantu menjaga kebersihan dan kesegaran mulut selain dengan menyikat gigi dan flossing rutin [2].
Manfaat lain dari teh peterseli adalah mengendalikan kadar gula dalam darah, sebab di Turki peterseli ini kerap digunakan sebagai penurun kadar gula darah secara alami [2,3,4].
Bahkan menurut beberapa penelitian, teh peterseli terbukti dan telah dikonfirmasi memiliki kandungan antidiabetik [3,4].
Dengan begitu, meminum teh peterseli secara rutin bagi orang-orang dengan risiko diabetes atau penderita diabetes sendiri akan sangat baik karena mampu mengontrol kadar gula darah [2,3,4].
Sebuah studi yang melibatkan beberapa ekor tikus besar dengan diabetes menunjukkan bahwa ada penurunan signifikan pada kadar gula darah dan berat badan para tikus tersebut setelah diberi peterseli [5].
Pada studi lainnya, tikus-tikus besar dengan diabetes yang diberi peterseli mampu menurunkan kadar gula darah sekaligus menyehatkan organ hati [6].
Teh peterseli juga baik bagi wanita yang mengalami ketidaklancaran siklus menstruasi dan gangguan hormon [2,3].
Di dalam teh peterseli terdapat kandungan miristisin dan apiole yang mampu menyeimbangkan hormon dengan meningkatkan produksi hormon estrogen [7].
Untuk kelancaran siklus menstruasi, teh peterseli juga memiliki komponen emmenagogue (kandungan yang mendorong agar menstruasi berjalan normal) [8].
Maka untuk menstruasi sehat, teh peterseli dapat dikonsumsi rutin setiap hari [2,3].
Pada beberapa ibu yang baru melahirkan, produksi ASI tidak selalu lancar dan bahkan terkadang ada yang sampai memroduksi ASI berlebihan [3].
Agar produksi ASI berlebihan dapat dihindari, mengonsumsi teh peterseli adalah solusi alami yang bisa diandalkan [3].
Meski demikian, penelitian mengenai efek teh peterseli terhadap siklus menstruasi dan produksi ASI masih memerlukan studi lebih lanjut [3].
Teh peterseli yang dikonsumsi rutin juga dapat memengaruhi kadar kolesterol maupun tekanan darah secara positif [2].
Bagi penderita tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi maupun keduanya, termasuk orang-orang dengan risiko hipertensi, teh peterseli adalah cara aman dan alami untuk menurunkan maupun menjaga kestabilan kadar keduanya. [2]
Dengan turunnya risiko hipertensi dan kolesterol tinggi, tubuh otomatis terhindarkan pula dari penyakit-penyakit kronis lainnya [2].
Manfaat lain dari teh peterseli adalah menghindarkan tubuh dari masalah ginjal, salah satunya adalah batu ginjal [2,3].
Teh peterseli adalah minuman herbal bersifat diuretik sehingga melancarkan buang air kecil sehingga mudah membersihkan dan mengosongkan kandung kemih [2,9].
Dengan demikian, risiko terbentuknya batu ginjal akan lebih rendah ketika rajin mengonsumsi teh peterseli [2,3].
Sebuah penelitian terhadap tikus besar yang mengonsumsi peterseli terbukti mengalami peningkatan volume urine dan keasamannya, berikut penurunan ekskresi kalsium urine [10].
Meski telah ada penelitian mengenai efek teh peterseli terhadap hewan, studi efek minuman ini terhadap manusia masih terbatas [2].
Oleh sebab itu, efek baik teh peterseli sebagai pencegah batu ginjal pada manusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut [2].
Karena bersifat diuretik, teh peterseli yang dikonsumsi rutin dapat meningkatkan frekuensi dan volume urine [9].
Hal ini sama dengan memudahkan proses detoksifikasi tubuh secara alami sehingga menyehatkan bagi ginjal sekaligus kandung kemih [2,9].
Diuretik sendiri adalah sifat pembuang toksin/racun dari dalam tubuh dan pencegah retensi garam, lemak maupun air [2].
Kinerja ginjal pun menjadi lebih ringan tanpa tekanan, termasuk mengurangi risiko infeksi kandung kemih [2].
Selain itu, manfaat dari teh peterseli adalah sebagai penurun risiko pembengkakan kelenjar prostat dan menjaga kesehatannya [2].
Teh peterseli juga berguna menjaga fungsi hati tetap baik karena proses detoksifikasi yang alami menjauhkan hati dari berbagai komponen racun [2].
Hal ini akan turut berpengaruh baik terhadap penampilan fisik seperti kulit yang lebih bersih maupun tampak segar karena organ dalam yang terjaga kesehatannya [2].
Di dalam peterseli terdapat kandungan vitamin A maupun C yang cukup tinggi [2].
Maka ketika menjadikannya teh peterseli, mengonsumsi rutin akan meningkatkan imunitas tubuh [2].
Vitamin C dari teh peterseli akan membantu peningkatan kadar sel darah putih yang akan melawan berbagai bentuk infeksi dan penyakit serius [2].
Selain imun, kesehatan otot, kulit, tendon, rambut, sendi, hingga tulang juga apat semakin sehat berkat asupan nutrisi dari teh peterseli [2].
Berbagai masalah radang, autoimun, dan bahkan infeksi virus akan dilawan pula oleh komponen-komponen aktif di dalam teh peterseli [2].
Zat besi di dalam teh peterseli dapat membantu menjaga kesehatan darah dan sistem kardiovaskular [2,11].
Ketika meminumnya rutin, manfaat dari zat besi di dalam teh ini mampu meningkatkan peredaran darah sekaligus meminimalisir risiko anemia [2,11].
Tidak perlu 1 cangkir, ¼ cangkir teh peterseli saja sudah memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi [2].
Terlebih di dalam teh peterseli ada kandungan kalsium dan vitamin C tinggi yang siap membantu tubuh dalam menyerap zat besi [2].
Teh peterseli mengandung vitamin A di mana vitamin ini menawarkan keuntungan bagi kesehatan mata [2].
Untuk menjaga mata tetap sehat dan berfungsi baik, asupan vitamin A dari teh peterseli bisa diandalkan dalam meredakan stres oksidatif pada mata [2].
Dengan begitu, berbagai risiko gangguan pada mata seperti katarak, rabun jauh/dekat, maupun degenerasi makula bisa berkurang [2].
Teh peterseli adalah salah satu minuman herbal dengan kandungan antikanker, sebab di dalamnya terdapat flavonoid yang mampu melawan dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dalam tubuh [12,13,14].
Satu lagi, luteolin juga terdapat di dalam peterseli yang mampu mencegah pertumbuhan tumor karena ekstrak peterseli mampu menurunkan risiko kerusakan DNA dan penyebaran sel-sel kanker payudara sebesar 41% [14,15].
Saat menyeduh peterseli menjadikannya teh, komponen yang disebut dengan mysirticin juga memperlambat tumbuhnya tumor dalam tubuh [[2,3].
Meski demikian, penelitian mengenai teh peterseli yang berguna mengurangi risiko kanker masih memerlukan penelitian lebih lanjut [2,3].
Tips Membuat Teh Peterseli
Karena teh peterseli menawarkan segudang manfaat bagi kesehatan, maka mulailah coba menikmati teh peterseli dengan membuatnya sendiri di rumah [3].
Konsumsi teh peterseli secangkir sehari sebenarnya sudah sangat cukup untuk menjaga kesehatan tubuh [3].
Bagi para wanita hamil, risiko kontraksi rahim cukup tinggi bila mengonsumsi teh ini terlalu banyak, maka nikmati sedikit saja [3].
Bagi pengguna obat pengencer darah, minum teh peterseli secukupnya saja agar tidak berefek samping berbahaya [3].
Bagi pengguna obat diuretik, teh peterseli tidak dianjurkan karena mampu menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak cairan [2,3].
Oleh sebab itu, konsumsi berlebihan selalu berdampak buruk bagi kesehatan, maka konsumsi dengan kadar moderat saja supaya tubuh merasakan manfaatnya.
1. Nutrition Data. Parsley, raw. Nutrition Data; 2022.
2. Conserve Energy Future. 15 Ultimate Benefits of Parsley Tea That Nobody is Going To Tell You. Conserve Energy Future; 2022.
3. Rachael Link, MS, RD. 7 Surprising Benefits of Parsley Tea (And How to Make It). Healthline; 2019.
4. Lien Ai Pham-Huy, Hua He, & Chuong Pham-Huy. Free Radicals, Antioxidants in Disease and Health. International Journal of Biomedical Science; 2008.
5. S Bolkent, R Yanardag, O Ozsoy-Sacan, & O Karabulut-Bulan. Effects of parsley (Petroselinum crispum) on the liver of diabetic rats: a morphological and biochemical study. Phytotherapy Research; 2004.
6. Refiye Yanardağ, Sehnaz Bolkent, Ayse Tabakoğlu-Oğuz, & Ozlem Ozsoy-Saçan. Effects of Petroselinum crispum extract on pancreatic B cells and blood glucose of streptozotocin-induced diabetic rats. Biological and Pharmaceutical Bulletin; 2003.
7. Emmanuel Olorunju Awe & S Olatunbosun Banjoko. Biochemical and haematological assessment of toxic effects of the leaf ethanol extract of Petroselinum crispum (Mill) Nyman ex A.W. Hill (Parsley) in rats. BMC Complementary Medicine and Therapies; 2013.
8. Sidra Mahmood, Shahzad Hussain & Farnaz Malik. Critique of medicinal conspicuousness of Parsley(Petroselinum crispum): a culinary herb of Mediterranean region. Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences; 2014.
9. Sawsan Ibrahim Kreydiyyeh & Julnar Usta. Diuretic effect and mechanism of action of parsley. Journal of Ethnopharmacology; 2002.
10. Fayed Al-Yousofy, Hussein Gumaih, Hassan Ibrahim, & Afrah Alasbahy. Parsley! Mechanism as antiurolithiasis remedy. American Journal of Clinical and Experimental Urology; 2017.
11. Informed Health. How can I get enough iron?. National Center for Biotechnology Information; 2014.
12. Xiaohui Yan, Miao Qi, Pengfei Li, Yihong Zhan, & Huanjie Shao. Apigenin in cancer therapy: anti-cancer effects and mechanisms of action. Cell & Bioscience; 2017.
13. Bokyung Sung, Hae Young Chung, & Nam Deuk Kim. Role of Apigenin in Cancer Prevention via the Induction of Apoptosis and Autophagy. European Journal of Cancer Prevention; 2016.
14. Yong Lin, Ranxin Shi, Xia Wang, & Han-Ming Shen. Luteolin, a flavonoid with potentials for cancer prevention and therapy. Current Cancer Drug Targets; 2009.
15. Esther Lai-Har Tang, Jayakumar Rajarajeswaran, ShinYee Fung, & M S Kanthimathi. Petroselinum crispum has antioxidant properties, protects against DNA damage and inhibits proliferation and migration of cancer cells. Journal of the Science of Food and Agriculture; 2015.