Daftar isi
Menopause merupakan masa alami yang dialami setiap wanita pada usianya yang memasuki kepala lima, yaitu siklus menstruasi yang berakhir [1,3,4,7,8,9].
Jika seorang wanita pada usia antara 45-55 tahun selama setidaknya 12 bulan tak mengalami datang bulan, maka hal ini dapat menjadi tanda menopause paling jelas.
Tinjauan Menopause adalah proses alami tubuh wanita saat berusia 45-55 tahun di mana siklus menstruasi berhenti dan pada saat itu juga seorang wanita tak lagi dapat hamil.
Setiap wanita pasti akan mengalami menopause pada saat usia bertambah tua karena proses menopause terjadi di kala hormon kewanitaan yang dihasilkan oleh indung telur semakin berkurang.
Karena hormon kewanitaan berkurang, tidak ada lagi sel telur yang dilepas oleh indung telur sehingga siklus menstruasi berhenti alami.
Hanya saja, ada beberapa kasus ketika menopause dialami oleh wanita yang usianya bahkan belum mencapai 40 tahun.
Hal ini disebut dengan istilah menopause dini, dan beberapa faktor berikut dapat menjadi alasan seorang wanita mengalami menopause dini :
Efek tindakan medis dalam mengobati kanker seperti terapi radiasi (radioterapi) serta kemoterapi merupakan salah satu pemicu kerusakan indung telur walaupun kanker rahim dapat diatasi [4].
Ketika indung telur mengalami kerusakan, hal ini meningkatkan risiko menopause dini.
Histerektomi atau prosedur pengangkatan rahim adalah jenis operasi yang dapat meningkatkan risiko menopause dini pada pasien wanita [5].
Efek menopause dini memang tidak serta-merta terjadi, hanya saja sebelum memasuki usia 40 tahun biasanya membuat proses menopause terjadi lebih cepat.
Namun pada beberapa kasus, pasca pengangkatan indung telur, menopause dapat terjadi secara langsung.
Menopause dini dapat pula disebabkan oleh penyakit autoimun atau kelainan genetik [6].
Faktor tersebut mampu menjadi penyebab utama fungsi indung telur berhenti sehingga rata-rata wanita dengan kondisi ini harus menjalani terapi hormon.
Tinjauan Menopause terjadi utamanya karena hormon kewanitaan yang diproduksi oleh indung telur mengalami penurunan, begitu juga sel-sel telur yang dilepas oleh indung telur. Dan beberapa faktor lain seperti primary ovarian insufficiency, efek pengobatan kanker, dan riwayat histerektomi pada wanita dapat menjadi penyebab menopause dini.
Keluhan-keluhan yang terjadi sebagai tanda bahwa seorang wanita mengalami menopause disebut dengan masa perimenopause.
Beberapa gejala yang umum dialami wanita ketika siklus menstruasi akan berhenti antara lain adalah [1,3,4,7,8] :
Gejala pada satu wanita dengan wanita lainnya saat perimenopause tidaklah sama, namun gejala yang selalu pasti terjadi adalah ketidakteraturan siklus haid (kadang lebih cepat atau kadang bisa terlambat).
Hanya saja bagi wanita dengan tanda-tanda menopause dengan ketidakteraturan haidnya dapat tetap berpotensi hamil.
Jika melewatkan satu siklus menstruasi dan mencurigai tanda menopause namun tak sepenuhnya yakin, ada baiknya tes kehamilan ditempuh untuk memastikan.
Kapan seharusnya memeriksakan diri ke dokter?
Periksakan diri ke dokter setelah menyadari bahwa beberapa gejala yang mengarah pada kondisi menopause sedang terjadi.
Bila terjadi perdarahan di luar masa menstruasi, maka sebaiknya segera ke dokter dan berkonsultasi.
Tinjauan Gejala menopause diawali dengan ketidakteraturan menstruasi, namun juga disertai dengan keluhan lainnya. Pusing, berat badan lebih gampang naik, vagina mengering, rambut rontok, payudara kendur, serta hot flash.
Wanita mengalami menopause bila minimal selama 12 bulan penuh tidak menstruasi.
Untuk memastikan apakah gejala yang dialami mengarah pada masa perimenopause atau menuju masa menopause, biasanya beberapa metode diagnosa berikut adalah yang diterapkan [1,7,9].
Pemeriksaan fisik menjadi langkah pertama yang dokter lakukan untuk memeriksa pasien, khususnya jika pasien mengeluhkan hot flash.
Namun karena pemeriksaan fisik saja biasanya tidak cukup, diperlukan sejumlah evaluasi lanjutan yang akan memperjelas hasil diagnosa.
Peningkatan kadar FSH merupakan tanda bahwa seorang wanita mengalami menopause, sementara itu kadar hormon estrogen mengalami penurunan.
Pemeriksaan TSH ini bertujuan untuk mendeteksi apakah pasien mengalami hipotiroidisme.
Hipotiroid atau kondisi ketika hormon tiroid yang dihasilkan kelenjar tiroid tergolong rendah, maka sebagai dampaknya gejala mirip menopause akan muncul.
Demi memastikan apakah pasien memiliki gangguan tiroid atau memang mengalami perimenopause, tes TSH sangat penting diterapkan.
Tinjauan Pemeriksaan fisik adalah metode diagnosa yang diterapkan dokter di awal, namun setelah itu dokter juga perlu melakukan pemeriksaan TSH (untuk mengetahui kondisi tiroid pasien) dan pemeriksaan FSH (untuk mengecek hormon estrogen).
Karena merupakan proses alami yang sudah seharusnya menjadi bagian dari kelangsungan hidup wanita, menopause tidak memerlukan perawatan secara medis.
Jika pun gejala-gejala menopause cukup mengganggu dan sampai menghambat aktivitas, penanganan atau perawatan yang diberikan oleh ahli medis bertujuan utama sebagai pereda gejala saja.
Berikut ini merupakan sejumlah metode penanganan gejala menopause yang rata-rata perlu ditempuh :
Wanita dengan gejala menopause serta wanita yang telah mengalami menopause memiliki risiko jauh lebih tinggi menderita osteoporosis [1,4,7,10].
Namun pengobatan untuk mencegah osteoporosis selalu tergantung dari kebutuhan masing-masing pasien.
Beberapa jenis obat akan diberikan oleh dokter jika memang pasien memiliki risiko pengeroposan tulang maupun patah tulang, khususnya suplemen vitamin D [1].
Suplemen vitamin D perlu dikonsumsi rutin oleh pasien untuk membuat tulang-tulang kuat kembali.
Terapi hormon menjadi salah satu penanganan utama bagi para wanita dengan gejala menopause karena mampu mengurangi hot flash [1,4,7,8].
Dokter hanya akan memberikan dosis kecil selama terapi dengan jangka waktu pendek sampai gejala mereda saja.
Selain meredakan hot flash, terapi hormon menjadi salah satu cara dalam mencegah risiko pengeroposan tulang.
Terapi ini terdiri dari dua metode, pertama yaitu terapi pengganti hormon estrogen yang penerapannya melalui pemberian gel, krim atau tablet oleh dokter.
Terapi hormon estrogen ini umumnya merupakan metode yang diterapkan bagi pasien yang rahimnya telah diangkat melalui operasi.
Sementara untuk metode terapi hormon yang kedua adalah terapi kombinasi progesteron dan estrogen; hanya saja terapi hormon tidak diperuntukkan bagi para wanita dengan risiko kanker payudara maupun wanita penderita kanker payudara.
Namun sebagai efek samping jika terapi ditempuh terlalu lama, risiko kanker payudara dan gangguan kardiovaskular meningkat.
Sebelum benar-benar menempuhnya, pasien perlu berkonsultasi mengenai terapi hormon secara lebih detil dengan dokter, baik mengenai manfaatnya begitu juga dengan efek samping yang berbahaya.
Antidepresan golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors) dapat diberikan oleh dokter dalam dosis kecil kepada pasien jika memang dibutuhkan [1,7,8,9].
Biasanya, antidepresan jenis ini dapat meredakan gejala berupa hot flash.
Hanya saja antidepresan akan diberikan sebagai alternatif pengobatan bagi pasien yang karena alasan kesehatan tertentu tidak dapat menempuh terapi hormon.
Walau clonidine digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, dokter kemungkinan meresepkannya sebagai pereda hot flash [1,9].
Walau gabapentin digunakan umumnya sebagai obat antikejang, obat ini memiliki manfaat yang sama seperti clonidine, yaitu meredakan hot flash [1,8].
Bagi wanita yang tak dapat menempuh terapi hormon karena kondisi medis tertentu, hot flash yang dialami dapat diatasi dengan menggunakan gabapentin.
Tips Perawatan Selama Menopause secara Mandiri
Banyak wanita yang mengalami menopause tanpa mendapatkan penanganan khusus secara medis.
Beberapa cara mandiri dan sederhana pun dapat dilakukan di rumah untuk mengatasi gejala yang timbul, yaitu seperti [1,9] :
Tinjauan Terapi hormon, obat pencegah osteoporosis, antidepresan, gabapentin dan clonidin adalah bentuk penanganan gejala menopause paling umum. Namun selain itu, ketika menopause telah terjadi beberapa perawatan mandiri di rumah dapat dilakukan.
Saat seorang wanita telah mengalami masa menopause, risiko berbagai kondisi medis untuk menyerang semakin tinggi, seperti [1,4,7] :
Tinjauan Wanita setelah mengalami menopause akan lebih rentan terhadap beberapa gangguan kesehatan, yaitu seperti penurunan libido, penyakit jantung, infeksi saluran kencing yang terjadi lebih sering, inkontinensia urine, kenaikan berat badan, serta osteoporosis.
1. Kimberly Peacock; Kari M. Ketvertis. Menopause. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. I Wayan Arsana Wiyasa. Penatalaksanaan Osteoporosis Pascamenopause. Cetakan Pertama. Malang, Indonesia: UB Press; 2019.
3. Nunik Ike Yunia Sari, Rita Benya Adriani, & Ambar Mudigdo. Effect of Menopause Duration and Biopsychosocial Factors
on Quality of life of Women in Kediri District, East Java. Research Gate; 2017.
4. Giok S. Liem, Frankie K. F. Mo, Elizabeth Pang, Joyce J. S. Suen, Nelson L. S. Tang, Kun M. Lee, Claudia H. W. Yip, Wing H. Tam, Rita Ng, Jane Koh, Christopher C. H. Yip, Grace W. S. Kong, & Winnie Yeo. Chemotherapy-Related Amenorrhea and Menopause in Young Chinese Breast Cancer Patients: Analysis on Incidence, Risk Factors and Serum Hormone Profiles. PLoS One; 2015.
5. Anonim. Considerations-Hysterectomy. National Health Service; 2019.
6. Corrine K Welt, MD, William F Crowley, Jr, MD, Robert L Barbieri, MD & Kathryn A Martin, MD. Patient education: Early menopause (primary ovarian insufficiency) (Beyond the Basics). UpToDate; 2020.
7. Anonim. Menopause: Overview. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006
8. Nanette Santoro, MD, C. Neill Epperson, MD, & Sarah B. Mathews, MD. Menopausal Symptoms and Their Management. HHS Public Access; 2015.
9. Pronob K. Dalal & Manu Agarwal. Postmenopausal syndrome. Indian Journal of Psychiatry, 2017.
10. Meng-Xia Ji and Qi Yu. Primary osteoporosis in postmenopausal women. Chronic Diseases and Translational Medicine; 2015.