Penyakit & Kelainan

Penyakit Paru Restriktif : Penyebab – Gejala – Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Penyakit Paru Restriktif?

Penyakit paru restriktif merupakan kondisi ketika paru-paru mengalami keluhan-keluhan kondisi kronis di mana fibrosis paru, sarkoidosis dan asbestosis termasuk di dalamnya [1,2,3].

Penyakit paru terbagi menjadi dua jenis kondisi, yakni restriktif dan obstruktif, walaupun ada pula kasus di mana kombinasi keduanya terjadi [1,2,3].

Jumlah kasus penyakit paru restriktif lebih sedikit daripada jumlah kasus penyakit paru obstruktif [1].

Jika penyakit paru obstruktif adalah ketika udara di dalam paru-paru tak bisa dikeluarkan saat penderita mengembuskan udara, penyakit paru restriktif adalah tidak mengembang maksimalnya paru-paru saat mengambil nafas [1,2,3,15].

Oleh sebab itu, hal ini pun berkaitan dengan keterbatasan kadar oksigen dalam tubuh karena udara yang tidak banyak masuk ke paru-paru [1,2,3].

Fakta Tentang Penyakit Paru Restriktif

  1. Prevalensi penyakit paru restriktif secara menyeluruh tidak dapat diperkirakan secara pasti sebab hal ini tergantung dari tahap atau stadium kondisi (tingkat keparahan yang berbeda-beda) [1].
  2. Prevalensi penyakit paru restriktif pada orang dewasa yang lebih tua (usia 35-44 tahun) mencapai 2,7 kasus per 100.000 dan yang berusia lebih dari 75 tahun terdapat 175 kasus per 100.000 orang [1].
  3. Risiko penyakit paru restriktif pada perokok jauh lebih tinggi, baik yang sudah berhenti menjadi perokok aktif maupun yang masih menjadi perokok [1].
  4. Risiko penyakit paru restriktif juga cukup tinggi pada orang-orang dengan masalah obesitas [1,4].
  5. Untuk jenis penyakit paru restriktif yang disebut dengan sarkoidosis, wanita memiliki risiko lebih tinggi meskipun pada rata-rata kasus penyakit paru restriktif sendiri terjadi lebih banyak pada pria [1].
  6. Prevalensi penyakit paru restriktif pada orang-orang keturunan Afrika-Amerika lebih tinggi dengan jumlah kasus 35,5 per 100.000 jiwa [1].
  7. Menurut sebuah studi epidemiologis oleh Kurth dan timnya, penyakit paru restriktif pada pemeriksaan spirometri diketahui mengalami penurunan angka kasus dari tahun 1988-1994 dan dari tahun 2007-2010, yaitu 7,2% ke 5,4% yang diduga berkaitan dengan penurunan angka perokok dan peningkatan tindakan pencegahan yang efektif [1].
  8. Dibandingkan dengan jenis penyakit paru obstruktif (sekitar 80% kasus), penyakit paru restriktif lebih jarang dijumpai sebab hanya 1/5 kasus dari seluruh kasus penyakit paru-paru yang ada [1].

Jenis Penyakit Paru Restriktif Menurut Penyebabnya

Menurut penyebabnya, penyakit paru restriktif terbagi menjadi dua jenis kondisi, yakni penyakit paru restriktif yang disebabkan faktor intrinsik dan ekstrinsik [1,2].

Intrinsik

Kelainan internal menjadi penyebab utama masalah terjadi pada paru-paru dan oleh sebab itu disebut dengan istilah tipe intrinsik [1,2].

Faktor internal yang dimaksud adalah pengerasan, luka, atau terjadinya radang di jaringan paru-paru [1,2].

Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menandakan bahwa paru-paru bermasalah secara internal [1,5,6,7,8].

  • Penyakit Lupus
  • Pneumonia
  • Sindrom gagal pernapasan akut
  • TBC (Tuberkulosis)
  • Rheumatoid arthritis
  • Sarkoidosis
  • Penyakit paru interstisial
  • Fibrosis paru idiopatik
  • Kanker paru

Ekstrinsik

Ketika jaringan di luar paru-paru mengalami masalah dan kemudian memengaruhi kondisi paru-paru, maka ini merupakan penyakit paru restriktif karena faktor ekstrinsik [1,2].

Kerusakan saraf, gangguan pada otot, serta dinding jaringan dada yang mengalami pengerasan umumnya menjadi pemicu penyakit paru restriktif ekstrinsik [1,2].

Berikut ini adalah sederet penyakit yang tergolong faktor ekstrinsik pemicu penyakit paru restriktif [1,2,4,9,10,11].

Gejala Penyakit Paru Restriktif

Penyakit paru restriktif dapat menimbulkan sejumlah keluhan pada tubuh dan berikut ini adalah gejala-gejala umum yang perlu diwaspadai [1,2,3] :

Karena seringnya mengalami kesulitan dalam bernafas, serangan panik seringkali dapat turut menyertai.

Kesulitan bernafas membuat penderita mengubah posisi tubuhnya agar bisa melegakan pernafasan.

Namun ketika sudah begitu mengkhawatirkan, tak nyaman dan menghambat aktivitas sehari-hari, pastikan untuk segera ke dokter memeriksakan diri.

Pemeriksaan Penyakit Paru Restriktif

Ketika gejala-gejala penyakit paru restriktif terjadi, segera ke dokter untuk menempuh sejumlah tindakan pemeriksaan di bawah ini.

  • Tes Fungsi Paru

Tes ini bertujuan utama mengukur kapasitas total paru dan memastikan penyebab sesak nafas yang selama ini pasien keluhkan [1,2,3].

Tes ini juga akan memastikan apakah sesak nafas yang pasien alami berhubungan dengan gangguan paru-paru atau justru gangguan pada jantung [1,2].

Dalam pemeriksaan ini, dokter menggunakan metode spirometri yang menggunakan spirometer agar seberapa baik pasien bernafas bisa diketahui [1,2].

Selain penyakit paru restriktif, penyakit emfisema, penyakit paru obstruktif kronis dan asma dapat didiagnosa menggunakan tes ini [12,13].

  • Tes FEV1 (Forced Expiratory Volume in 1 Second)

Pada tes ini, dokter akan mengukur jumlah udara yang pasien hembuskan tepat di detik pertama hasil dari tes FVC [1,2].

Dari hasil ini dokter kemudian baru akan bisa menentukan penyebab gangguan nafas pasien atau memutuskan agar pasien menjalani beberapa tes penunjang lainnya [1,2].

  • Tes FVC (Forced Vital Capacity)

Pada tes ini, dokter akan meminta pasien mengambil nafas dalam-dalam semampu pasien [1,2].

Setelah pengambilan nafas secara maksimal, dokter akan meminta pasien mengembuskannya sebanyak mungkin untuk mengecek kapasitas udara yang diambil [1,2].

Bronkoskopi adalah metode diagnosis lainnya yang juga dapat pasien tempuh untuk pengecekan apakah saluran nafas terganggu dan gangguan bentuk apakah yang sedang terjadi [3].

Dokter dalam prosedur pemeriksaan ini akan menggunakan selang tipis fleksibel berkamera yang dimasukkan ke hidung atau mulut pasien [3].

  • Tes Pemindaian

Untuk mengetahui kondisi paru-paru dan jaringan pada dada pasien, tes pemindaian sangat dianjurkan [1,2,3].

Pasien perlu menempuh rontgen (sinar-X) dada atau CT scan demi memastikan adanya masalah pada paru-paru [1,2,3].

Pengobatan Penyakit Paru Restriktif

Penanganan untuk penyakit paru restriktif akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasari atau penyakit yang berkaitan dengan gangguan paru ini.

Pemberian pengobatan oleh dokter juga akan berdasarkan pada riwayat kesehatan keluarga pasien, kondisi menyeluruh, dan usia pasien.

Berikut ini merupakan sejumlah metode penanganan untuk penyakit paru restriktif secara umum [1,2,3] :

Selain dari penanganan medis di atas, penting bagi pasien untuk juga menerapkan gaya hidup yang lebih baik dan sehat, seperti :

  • Menghindari zat-zat beracun mengandung iritan atau alergen yang bisa berbahaya bagi sistem pernafasan (terutama bila memiliki riwayat asma).
  • Tidak merokok dan menghindari asap rokok.
  • Olahraga secara teratur; konsultasikan dengan dokter mengenai jenis olahraga yang paling tepat bagi peningkatan kesehatan paru-paru.
  • Makan makanan penuh gizi dan memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi seimbang setiap hari.
  • Melatih pernafasan secara tepat; hal ini juga dapat dikonsultasikan dengan dokter atau ahli profesional di bidang terapi relaksasi.

Bagaimana prognosis penyakit paru restriktif?

Seberapa baik prognosis penyakit paru restriktif tergantung dari faktor kondisi yang menyebabkan serta tingkat keparahan restriksi [1].

Para pasien yang didiagnosa dengan fibrosis paru idiopatik memiliki rata-rata waktu bertahan hidup selama 3-5 tahun [1].

Sementara itu, penyakit paru restriktif yang berkaitan dengan pneumonia interstisial akut memiliki prognosis lebih buruk dengan angka kematian 70% secara umum dalam waktu 3 bulan setelah kondisi terdiagnosa [1].

Lain lagi dengan efusi pleura dan pneumonia yang diketahui mampu menjadi pemicu penyakit paru restriktif; kondisi ini setelah memperoleh penanganan umumnya memiliki efek baik jangka panjang [1].

Komplikasi Penyakit Paru Restriktif

Ketika penyakit paru restriktif sudah menunjukkan gejala namun tidak segera memperoleh penanganan, maka ada kemungkinan beberapa risiko komplikasi ini terjadi [1] :

  • Hipoksemia atau kondisi ketika oksigen dalam darah berkadar sangat rendah; kondisi seperti ini memerlukan penanganan darurat atau jaringan dan organ tubuh pasien mengalami kerusakan karena tak memperoleh oksigen secara memadai.
  • Kehilangan otot
  • Berat badan turun
  • Gagal nafas kronis, yakni sebuah kondisi akibat sistem pernafasan mengalami gangguan serius; bila tak mendapat penanganan segera, organ tubuh akan rusak dan mengakibatkan kematian pada penderitanya.
  • Sleep apnea obstruktif (terutama bila pasien memiliki masalah obesitas), yakni sebuah kondisi saat tingkat rileks pada otot belakang tenggorokan sangat tinggi sehingga penyempitan saluran nafas terjadi. Maka ketika mengambil nafas, saluran nafas akan menutup di mana kondisi seperti ini pun mampu menjadi salah satu pemicu gagal nafas.
  • Hipertensi pulmonal, yaitu ketika pembuluh darah arteri pada paru dan sisi kanan jantung mengalami tekanan darah tinggi. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan tubuh lebih cepat lelah, nafas pendek-pendek, nafsu makan hilang, perut sisi kanan atas terasa nyeri, jantung berdebar, dan timbul nyeri di bagian dada.

Pencegahan Penyakit Paru Restriktif

Agar penyakit paru restriktif tidak terjadi, menjaga kesehatan sistem pernafasan dengan menjalani gaya hidup sehat sangat dianjurkan.

Bila mengalami penyakit tertentu yang menjadi faktor ekstrinsik atau intrinsik penyakit paru restriktif, sebaiknya segera mengatasinya dengan memeriksakan diri ke dokter.

Penanganan dini pada penyakit atau kondisi tertentu pemicu penyakit paru restriktif akan menghindarkan penderita dari risiko gejala yang memburuk atau risiko komplikasi mematikan.

1. Pedro J. Martinez-Pitre; Bhanusivakumar R. Sabbula; & Marco Cascella. Restrictive Lung Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Salil Ginde, MD, Peter J. Bartz, MD, Garick D. Hill, MD, Michael J. Danduran, MS, Julie Biller, MD, Jane Sowinski, RN, James S. Tweddell, MD, & Michael G. Earing, MD. Restrictive lung disease is an independent predictor of exercise intolerance in the adult with congenital heart disease. HHS Public Access; 2016.
3. Johns Hopkins Medicine. Restrictive Lung Disease. Johns Hopkins Medicine; 2021.
4. Thiago Thomaz Mafort, Rogério Rufino, Cláudia Henrique Costa & Agnaldo José Lopes. Restrictive Lung Disease. Obesity: systemic and pulmonary complications, biochemical abnormalities, and impairment of lung function. Multidisciplinary Respiratory Medicine; 2016.
5. André F. S. Amaral, Sonia Coton, Bernet Kato, Wan C. Tan, Michael Studnicka, Christer Janson, Thorarinn Gislason, David Mannino, Eric D. Bateman, Sonia Buist, & Peter G. J. Burney. Tuberculosis associates with both airflow obstruction and low lung function: BOLD results. European Respiratory Journal; 2015.
6. O Elkayam, R Segal, D Caspi, M Yaron, & Y Greif. Restrictive lung disease due to diaphragmatic dysfunction in systemic lupus erythematosus. Two case reports. Clinical and Experimental Rheumatology; 1992.
7. Mark P Purdue, Laura Gold, Bengt Järvholm, Michael C R Alavanja, Mary H Ward, & Roel Vermeulen. Impaired lung function and lung cancer incidence in a cohort of Swedish construction workers. Thorax; 2007.
8. Elisabeth Bendstrup, Janne Møller, Sissel Kronborg-White, Thomas Skovhus Prior, & Charlotte Hyldgaard. Interstitial Lung Disease in Rheumatoid Arthritis Remains a Challenge for Clinicians. Journal of Clinical Medicine; 2019.
9. T Zielonka, A Kostera-Pruszczyk, B Ryniewicz, P Korczyński, & B Szyluk. How accurate is spirometry at predicting restrictive pulmonary impairment in children with myasthenia gravis. Journal of Physiology and Pharmacology; 2006.
10. Michele A Scully, MD, Katy J Eichinger, PT, Colleen M Donlin-Smith, MA, Rabi Tawil, MD, & Jeffery M Statland, MD. Restrictive Lung Involvement in Facioscapulohumeral Muscular Dystrophy. HHS Public Access; 2015.
11. R Gosselink & L Kovacs, M Decramer. Respiratory muscle involvement in multiple sclerosis. European Respiratory Journal; 1999.
12. Harpreet Ranu, Michael Wilde, & Brendan Madden. Pulmonary Function Tests. Ulster Medical Journal; 2011.
13. R Keller, H Herzog, A Ragaz, & A Perruchoud. Lung function tests in emphysema. Schweizerische Medizinische Wochenschrift; 1978.
14. L Richeldi, H R Davies, G Ferrara, & F Franco. Corticosteroids for idiopathic pulmonary fibrosis. Cochrane database of systematic reviews; 2003.
15. Anuj K. Agarwal; Avais Raja; & Brandon D. Brown. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.

Share