Daftar isi
Penyakit paru restriktif merupakan kondisi ketika paru-paru mengalami keluhan-keluhan kondisi kronis di mana fibrosis paru, sarkoidosis dan asbestosis termasuk di dalamnya [1,2,3].
Penyakit paru terbagi menjadi dua jenis kondisi, yakni restriktif dan obstruktif, walaupun ada pula kasus di mana kombinasi keduanya terjadi [1,2,3].
Jumlah kasus penyakit paru restriktif lebih sedikit daripada jumlah kasus penyakit paru obstruktif [1].
Jika penyakit paru obstruktif adalah ketika udara di dalam paru-paru tak bisa dikeluarkan saat penderita mengembuskan udara, penyakit paru restriktif adalah tidak mengembang maksimalnya paru-paru saat mengambil nafas [1,2,3,15].
Oleh sebab itu, hal ini pun berkaitan dengan keterbatasan kadar oksigen dalam tubuh karena udara yang tidak banyak masuk ke paru-paru [1,2,3].
Menurut penyebabnya, penyakit paru restriktif terbagi menjadi dua jenis kondisi, yakni penyakit paru restriktif yang disebabkan faktor intrinsik dan ekstrinsik [1,2].
Kelainan internal menjadi penyebab utama masalah terjadi pada paru-paru dan oleh sebab itu disebut dengan istilah tipe intrinsik [1,2].
Faktor internal yang dimaksud adalah pengerasan, luka, atau terjadinya radang di jaringan paru-paru [1,2].
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menandakan bahwa paru-paru bermasalah secara internal [1,5,6,7,8].
Ketika jaringan di luar paru-paru mengalami masalah dan kemudian memengaruhi kondisi paru-paru, maka ini merupakan penyakit paru restriktif karena faktor ekstrinsik [1,2].
Kerusakan saraf, gangguan pada otot, serta dinding jaringan dada yang mengalami pengerasan umumnya menjadi pemicu penyakit paru restriktif ekstrinsik [1,2].
Berikut ini adalah sederet penyakit yang tergolong faktor ekstrinsik pemicu penyakit paru restriktif [1,2,4,9,10,11].
Penyakit paru restriktif dapat menimbulkan sejumlah keluhan pada tubuh dan berikut ini adalah gejala-gejala umum yang perlu diwaspadai [1,2,3] :
Karena seringnya mengalami kesulitan dalam bernafas, serangan panik seringkali dapat turut menyertai.
Kesulitan bernafas membuat penderita mengubah posisi tubuhnya agar bisa melegakan pernafasan.
Namun ketika sudah begitu mengkhawatirkan, tak nyaman dan menghambat aktivitas sehari-hari, pastikan untuk segera ke dokter memeriksakan diri.
Ketika gejala-gejala penyakit paru restriktif terjadi, segera ke dokter untuk menempuh sejumlah tindakan pemeriksaan di bawah ini.
Tes ini bertujuan utama mengukur kapasitas total paru dan memastikan penyebab sesak nafas yang selama ini pasien keluhkan [1,2,3].
Tes ini juga akan memastikan apakah sesak nafas yang pasien alami berhubungan dengan gangguan paru-paru atau justru gangguan pada jantung [1,2].
Dalam pemeriksaan ini, dokter menggunakan metode spirometri yang menggunakan spirometer agar seberapa baik pasien bernafas bisa diketahui [1,2].
Selain penyakit paru restriktif, penyakit emfisema, penyakit paru obstruktif kronis dan asma dapat didiagnosa menggunakan tes ini [12,13].
Pada tes ini, dokter akan mengukur jumlah udara yang pasien hembuskan tepat di detik pertama hasil dari tes FVC [1,2].
Dari hasil ini dokter kemudian baru akan bisa menentukan penyebab gangguan nafas pasien atau memutuskan agar pasien menjalani beberapa tes penunjang lainnya [1,2].
Pada tes ini, dokter akan meminta pasien mengambil nafas dalam-dalam semampu pasien [1,2].
Setelah pengambilan nafas secara maksimal, dokter akan meminta pasien mengembuskannya sebanyak mungkin untuk mengecek kapasitas udara yang diambil [1,2].
Bronkoskopi adalah metode diagnosis lainnya yang juga dapat pasien tempuh untuk pengecekan apakah saluran nafas terganggu dan gangguan bentuk apakah yang sedang terjadi [3].
Dokter dalam prosedur pemeriksaan ini akan menggunakan selang tipis fleksibel berkamera yang dimasukkan ke hidung atau mulut pasien [3].
Untuk mengetahui kondisi paru-paru dan jaringan pada dada pasien, tes pemindaian sangat dianjurkan [1,2,3].
Pasien perlu menempuh rontgen (sinar-X) dada atau CT scan demi memastikan adanya masalah pada paru-paru [1,2,3].
Penanganan untuk penyakit paru restriktif akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasari atau penyakit yang berkaitan dengan gangguan paru ini.
Pemberian pengobatan oleh dokter juga akan berdasarkan pada riwayat kesehatan keluarga pasien, kondisi menyeluruh, dan usia pasien.
Berikut ini merupakan sejumlah metode penanganan untuk penyakit paru restriktif secara umum [1,2,3] :
Selain dari penanganan medis di atas, penting bagi pasien untuk juga menerapkan gaya hidup yang lebih baik dan sehat, seperti :
Bagaimana prognosis penyakit paru restriktif?
Seberapa baik prognosis penyakit paru restriktif tergantung dari faktor kondisi yang menyebabkan serta tingkat keparahan restriksi [1].
Para pasien yang didiagnosa dengan fibrosis paru idiopatik memiliki rata-rata waktu bertahan hidup selama 3-5 tahun [1].
Sementara itu, penyakit paru restriktif yang berkaitan dengan pneumonia interstisial akut memiliki prognosis lebih buruk dengan angka kematian 70% secara umum dalam waktu 3 bulan setelah kondisi terdiagnosa [1].
Lain lagi dengan efusi pleura dan pneumonia yang diketahui mampu menjadi pemicu penyakit paru restriktif; kondisi ini setelah memperoleh penanganan umumnya memiliki efek baik jangka panjang [1].
Ketika penyakit paru restriktif sudah menunjukkan gejala namun tidak segera memperoleh penanganan, maka ada kemungkinan beberapa risiko komplikasi ini terjadi [1] :
Agar penyakit paru restriktif tidak terjadi, menjaga kesehatan sistem pernafasan dengan menjalani gaya hidup sehat sangat dianjurkan.
Bila mengalami penyakit tertentu yang menjadi faktor ekstrinsik atau intrinsik penyakit paru restriktif, sebaiknya segera mengatasinya dengan memeriksakan diri ke dokter.
Penanganan dini pada penyakit atau kondisi tertentu pemicu penyakit paru restriktif akan menghindarkan penderita dari risiko gejala yang memburuk atau risiko komplikasi mematikan.
1. Pedro J. Martinez-Pitre; Bhanusivakumar R. Sabbula; & Marco Cascella. Restrictive Lung Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. Salil Ginde, MD, Peter J. Bartz, MD, Garick D. Hill, MD, Michael J. Danduran, MS, Julie Biller, MD, Jane Sowinski, RN, James S. Tweddell, MD, & Michael G. Earing, MD. Restrictive lung disease is an independent predictor of exercise intolerance in the adult with congenital heart disease. HHS Public Access; 2016.
3. Johns Hopkins Medicine. Restrictive Lung Disease. Johns Hopkins Medicine; 2021.
4. Thiago Thomaz Mafort, Rogério Rufino, Cláudia Henrique Costa & Agnaldo José Lopes. Restrictive Lung Disease. Obesity: systemic and pulmonary complications, biochemical abnormalities, and impairment of lung function. Multidisciplinary Respiratory Medicine; 2016.
5. André F. S. Amaral, Sonia Coton, Bernet Kato, Wan C. Tan, Michael Studnicka, Christer Janson, Thorarinn Gislason, David Mannino, Eric D. Bateman, Sonia Buist, & Peter G. J. Burney. Tuberculosis associates with both airflow obstruction and low lung function: BOLD results. European Respiratory Journal; 2015.
6. O Elkayam, R Segal, D Caspi, M Yaron, & Y Greif. Restrictive lung disease due to diaphragmatic dysfunction in systemic lupus erythematosus. Two case reports. Clinical and Experimental Rheumatology; 1992.
7. Mark P Purdue, Laura Gold, Bengt Järvholm, Michael C R Alavanja, Mary H Ward, & Roel Vermeulen. Impaired lung function and lung cancer incidence in a cohort of Swedish construction workers. Thorax; 2007.
8. Elisabeth Bendstrup, Janne Møller, Sissel Kronborg-White, Thomas Skovhus Prior, & Charlotte Hyldgaard. Interstitial Lung Disease in Rheumatoid Arthritis Remains a Challenge for Clinicians. Journal of Clinical Medicine; 2019.
9. T Zielonka, A Kostera-Pruszczyk, B Ryniewicz, P Korczyński, & B Szyluk. How accurate is spirometry at predicting restrictive pulmonary impairment in children with myasthenia gravis. Journal of Physiology and Pharmacology; 2006.
10. Michele A Scully, MD, Katy J Eichinger, PT, Colleen M Donlin-Smith, MA, Rabi Tawil, MD, & Jeffery M Statland, MD. Restrictive Lung Involvement in Facioscapulohumeral Muscular Dystrophy. HHS Public Access; 2015.
11. R Gosselink & L Kovacs, M Decramer. Respiratory muscle involvement in multiple sclerosis. European Respiratory Journal; 1999.
12. Harpreet Ranu, Michael Wilde, & Brendan Madden. Pulmonary Function Tests. Ulster Medical Journal; 2011.
13. R Keller, H Herzog, A Ragaz, & A Perruchoud. Lung function tests in emphysema. Schweizerische Medizinische Wochenschrift; 1978.
14. L Richeldi, H R Davies, G Ferrara, & F Franco. Corticosteroids for idiopathic pulmonary fibrosis. Cochrane database of systematic reviews; 2003.
15. Anuj K. Agarwal; Avais Raja; & Brandon D. Brown. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.