Penyakit & Kelainan

Pneumonia – Jenis – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Pneumonia adalah suatu kondisi peradangan paru (dapat satu atau kedua sisi paru) yang umumnya disebabkan oleh infeksi, misalnya karena bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia memiliki manifestasi yang beragam,

Pneumonia adalah kondisi infeksi pada satu atau kedua paru-paru yang dapat disebabkan oleh jamur, virus ataupun bakteri [1,2,3,4,5,8].

Pneumonia merupakan gangguan kesehatan pernafasan yang mampu mengancam jiwa penderitanya dengan penyebab yang beragam.

Infeksi dari salah satu mikroorganisme mampu memicu peradangan pada paru di mana tandanya adalah alveoli (kantong udara kecil pada paru) berisi cairan.

Pneumonia adalah jenis penyakit yang mampu menjangkiti siapapun yang bertubuh lemah dengan daya tahan tubuh rendah.

Biasanya, bayi, anak-anak dan juga para lansialah yang berisiko tinggi mengidap pneumonia karena daya tahan tubuh yang lemah [2,4].

Jenis-jenis Pneumonia

Ada beberapa jenis kondisi pneumonia yang berdasarkan pada asal infeksi yang menyerang tubuh pasien.

Maternal Pneumonia

Maternal pneumonia adalah jenis pneumonia yang dapat menyerang para wanita hamil [5].

Para wanita dalam kondisi hamil cukup rentan mengembangkan penyakit pernafasan ini karena daya tahan tubuh yang melemah selama kehamilan.

Bacterial Pneumonia

Pneumonia pada orang dewasa kebanyakan disebabkan oleh bakteri di mana penularannya bisa terjadi melalui aktivitas batuk ataupun bersin [1].

Saat seseorang penderita pneumonia bersin atau batuk akan mengeluarkan sekaligus menyebarkan cairan ke udara yang bisa saja dihirup oleh orang-orang sekitarnya.

Bila pada saat menghirup sebaran cairan di udara tersebut dalam kondisi daya tahan tubuh lemah, maka risiko tertular pneumonia oleh bakteri makin besar.

Pada jenis bacterial pneumonia, orang-orang yang memiliki penyakit jantung, asma, dan juga emfisema akan lebih mudah tertular.

Chemical Pneumonia

Jika pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri dan mikroorganisme lain seperti jamur maupun virus, ada pula pneumonia yang terjadi karena racun atau paparan zat kimia tertentu [1].

Jenis pneumonia ini tergolong sangat jarang, namun berhati-hatilah dengan paparan debu, gas, termasuk cairan berbahan kimia tertentu yang partikel-partikel kecilnya terhirup lalu menyebabkan pneumonia.

Tanpa disadari terkadang ada bahan kimia tertentu yang terhirup dan rupanya beracun sehingga mampu berakibat buruk bagi organ tubuh.

Selain berisiko tinggi merusak organ dalam tubuh, kematian adalah ancaman paling besar jika pneumonia ini tidak mendapatkan pertolongan secepatnya dengan tepat.

Community-Acquaired Pneumonia / Pneumonia Komuniti

Pneumonia jenis ini adalah pneumonia yang menjangkiti seseorang di wilayah lain selain rumah sakit, klinik atau fasilitas kesehatan lainnya.

Infeksi tetap disebabkan oleh jamur, virus atau bakteri, namun penularan dan penyebarannya dapat terjadi di tempat umum.

Jenis pneumonia ini lebih sering terjadi pada seseorang ketika secara tak sengaja menelan minuman, cairan, makanan, air liur, atau muntahan hingga masuk ke paru-paru [1,2].

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan potensi seseorang terkena pneumonia ini adalah penggunaan narkoba, penyalahgunaan alkohol, gangguan menelan, atau cedera pada otak [1].

Hospital-Acquired Pneumonia

Pneumonia jenis ini dapat menyerang orang-orang yang menjadi pasien rawat inap di rumah sakit [1,2].

Penularan dan penyebaran dapat terjadi di fasilitas kesehatan dan memiliki tingkat bahaya lebih tinggi karena bakteri bisa jadi tidak mempan diobati dengan antibiotik.

Jenis pneumonia ini lebih berisiko terjadi pada orang-orang dengan kondisi daya tahan tubuh lemah karena penyakit tertentu.

Selain itu, orang-orang yang bernafas dibantu oleh trakeostomi, kesulitan batuk, serta yang menggunakan alat bantu nafas lebih lebih rentan terhadap jenis pneumonia ini.

Walking Pneumonia

Dibandingkan dengan bacterial pneumonia, jenis pneumonia ini memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah [1].

Bahkan penderita dari pneumonia ini jarang menyadari bahwa mereka sedang mengalaminya.

Ini karena tidak lepas dari gejala yang begitu mirip dengan flu parah sehingga dianggap sebagai gangguan kesehatan biasa.

Fungal Pneumonia

Pneumonia yang disebabkan oleh jamur tidaklah begitu umum.

Dalam kondisi tubuh yang sehat seseorang tidak akan mudah terkena jenis pneumonia ini [1].

Namun ketika sistem daya tahan tubuh turun karena tindakan medis tertentu, maka fungal pneumonia dapat menyerang.

Viral Pneumonia

Pneumonia ini disebabkan oleh virus di mana jenis pneumonia ini termasuk sangat umum dengan timbulnya gejala yang berada antara tahap ringan sampai berat [1].

Untuk pneumonia jenis ini, sayang sekali tidak dapat diobati dengan menggunakan antibiotik.

Penyebab Pneumonia

Penyebab utama terjadinya pneumonia adalah virus maupun bakteri di mana terkadang jamur pun dapat menginfeksi.

Pneumonia yang disebabkan oleh kuman memiliki risiko tinggi untuk berkembang di alveoli penderita [4,8].

  • Virus : Beberapa jenis virus dapat menyebabkan pneumonia, khususnya virus penyebab flu, rhinovirus, atau RSV (respiratory syncytial virus). Umumnya, virus adalah penyebab pneumonia pada anak yang tidak akan berbahaya karena tergolong ringan. Anak-anak balita adalah yang paling rentan terkena jenis pneumonia virus.
  • Jamur : Pneumonia yang disebabkan oleh jamur lebih sering dialami oleh orang-orang yang memang sudah memiliki kondisi medis tertentu ditambah dengan imun yang lemah. Jenis jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah spesies Cryptococcus, spesies Histoplasmosis, atau Pneumocystis jirovecii.
  • Bakteri : Legionella pneumophila, Chlamydophila pneumoniae Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae adalah jenis bakteri yang paling banyak menyebabkan pneumonia. Orang-orang yang setelah terkena flu atau masuk angin lebih mudah terserang jenis pneumonia bakteri.

Penularannya dapat terjadi melalui aktivitas bersin atau batuk, namun penyebaran juga bisa terjadi ketika seseorang menyentuh benda yang sudah terkena cairan batuk/bersin penderita pneumonia [2,3].

Di bawah ini adalah beberapa faktor lain yang dapat memperbesar potensi pneumonia [1,2,4,5] :

  • Faktor Usia : Anak-anak balita dan orang-orang lansia lebih rentan terserang pneumonia.
  • Imun Sistem Lemah : Para pemilik imun yang lemah, khususnya penderita HIV AIDS, pasien kemoterapi, pengguna obat steroid dalam jangka panjang, serta pasien yang menempuh transplantasi organ lebih berpotensi mengalami pneumonia.
  • Perokok : Salah satu bahaya perokok pasif maupun aktif adalah merusak pertahanan tubuh sehingga berbagai macam mikroorganisme berbahaya mampu masuk ke dalam tubuh, termasuk juga kuman penyebab pneumonia.
  • Penyakit Serius Tertentu : Penderita penyakit paru obstruktif kronik, asma, serta penyakit jantung berisiko lebih tinggi dapat mengidap pneumonia.
  • Pasien Rawat Inap : Pasien rawat inap di rumah sakit, khususnya yang sedang dibantu dengan alat pernafasan seperti ventilator lebih berpotensi pula mengalami pneumonia.
  • Riwayat Penyakit Tertentu : Pernah mengalami stroke sehingga menderita kesulitan menelan atau kesulitan untuk bergerak rupanya meningkatkan potensi pneumonia.
  • Pengguna Narkoba atau Alkohol : Pengonsumsi alkohol yang berlebihan atau bahkan para pengguna obat-obatan terlarang pun punya risiko sama besar untuk terkena pneumonia.
  • Paparan Bahan Kimia : Polusi, debu, atau bahan kimia tertentu yang mengandung racun dapat meningkatkan risiko seseorang terkena iritasi paru.

Gejala Pneumonia

Gejala pneumonia dapat dilihat berdasarkan jenisnya karena tidak selalu sama antara satu jenis dengan jenis lainnya.

Bacterial Pneumonia

  • Demam tinggi [1]
  • Batuk berdahak
  • Kelelahan
  • Nyeri di bagian dada
  • Sesak nafas
  • Bernafas terlalu cepat

Chemical Pneumonia

  • Batuk kering atau batuk berdahak [1]
  • Batuk berdahak dapat menghasilkan dahak berwarna kehijauan atau kekuningan
  • Batuk berdarah
  • Sensasi panas terbakar pada tenggorokan, mulut, bibir, mata dan juga hidung
  • Dada terasa nyeri
  • Sakit perut
  • Mual-mual
  • Sesak nafas
  • Gejala seperti gejala flu
  • Tubuh lemah
  • Sakit kepala
  • Bernafas terasa sakit
  • Linglung atau kebingungan secara sementara
  • Berkeringat lebih banyak
  • Kulit lebih pucat
  • Nafas terlalu cepat
  • Detak jantung sangat cepat
  • Demam tinggi
  • Suara serak
  • Lidah atau mata terlihat bengkak
  • Terdapat bau kimia dari bagian tubuh tertentu

Walking Pneumonia

  • Sakit kepala [1]
  • Batuk
  • Demam
  • Tubuh menggigil

Fungal Pneumonia

Gejala dari jenis pneumonia ini hampir sama persis dengan pneumonia jenis lainnya di mana demam dan juga batuk adalah yang paling utama terjadi [1].

Viral Pneumonia

  • Tubuh lemah [1]
  • Tubuh kelelahan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Hidung berair
  • Batuk kering
  • Batuk dapat menjadi lebih parah dan menghasilkan dahak
  • Demam
  • Tubuh kedinginan dan menggigil

Pneumonia pada Anak

  • Dehidrasi [2,7]
  • Mudah rewel dan marah
  • Demam tinggi
  • Batuk-batuk
  • Susah makan
  • Sulit untuk bernafas
  • Muntah setiap kali sehabis batuk
  • Dada terasa sakit

Maternal Pneumonia

Gejala pneumonia pada masa kehamilan tak terlalu berbeda dari jenis-jenis pneumonia lainnya [5].

Namun seiring ketidaknyamanan yang terus dirasakan (batuk, demam, menggigil, sesak nafas atau kelelahan), para bumil dianjurkan untuk segera ke dokter.

Pemeriksaan Pneumonia

Saat menemui dokter untuk memeriksakan keluhan gejala, biasanya dokter akan memulai dengan pemeriksaan fisik baik itu pemeriksaan terhadap anak maupun orang dewasa.

Selain mengecek fisik pasien, hal lain yang pasti dilakukan adalah mengajukan pertanyaan seputar riwayat medis pasien [2,4,5,7].

  • Pemeriksaan Fisik : Tes fisik umumnya dilakukan dokter dengan menggunakan stetoskop supaya dapat mengetahui adanya suara-suara abnormal yang berasal dari paru-paru dan mengarah pada penyakit pneumonia.
  • Tes Darah : Pemeriksaan darah diperlukan dengan tujuan agar dokter dapat mengonfirmasi keberadaan infeksi sekaligus mendukung identifikasi jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi tersebut.
  • Rontgen Dada : Dengan menggunakan sinar-X dokter dapat menghasilkan diagnosa yang lebih akurat akan pneumonia pada tubuh pasien. Selain itu, rontgen dada dapat menentukan penyebab, lokasi infeksi dan tingkat keparahannya.
  • Tes Dahak : Setelah pasien batuk, dokter akan mengambil sampel cairannya untuk dianalisa yang bertujuan untuk mengetahui apa penyebab infeksi pada tubuh pasien.
  • Oksimetri Nadi : Dokter perlu menggunakan metode pemeriksaan ini untuk mengukur kadar oksigen dalam darah karena suplai oksigen melalui aliran darah dari paru biasanya dapat terhambat karena pneumonia.
  • Pemeriksaan Cairan Pleura : Pada lansia penderita gejala pneumonia, dokter kemungkinan akan melakukan tes ini untuk mengambil sampel cairan dari pleura untuk dianalisa lebih dulu. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui jenis infeksi yang pasien derita.
  • CT Scan : Dokter kemungkinan membutuhkan gambar paru-paru pasien untuk mengecek kondisi secara lebih detil, dan biasanya CT scan-lah yang dipergunakan.
  • Bronkoskopi : Metode pemeriksaan ini akan dokter lakukan jika memang dibutuhkan investigasi lebih lanjut dan saat dokter juga ingin mengecek kondisi saluran pernafasan pasien.

Pengobatan Pneumonia

Penanganan pneumonia dapat didasarkan pada jenis, penyebab, dan tingkat keparahannya.

Tujuan pengobatan pun biasanya adalah untuk mencegah komplikasi berbahaya sekaligus menyembuhkan infeksi yang terjadi pada tubuh pasien.

Untuk jenis pneumonia komuniti, biasanya gejala tidaklah begitu parah sehingga pasien dapat sembuh dengan lebih cepat bahkan tanpa harus rawat inap di rumah sakit [4].

Berikut ini merupakan pengobatan yang umumnya diberikan kepada penderita pneumonia :

Melalui Obat-obatan

  • Antibiotik : Untuk kondisi jenis bacterial pneumonia di mana pneumonia disebabkan oleh bakteri, maka antibiotik menjadi obat yang dapat diandalkan [1,2,3,4,5].
  • Antijamur : Obat-obatan antifungal atau antijamur biasanya diberikan kepada pasien pneumonia jenis fungal pneumonia di mana penyebab utamanya adalah jamur [1,2].
  • Pereda Nyeri dan Demam : Acetaminophen dan ibuprofen atau bahkan aspirin dapat digunakan sebagai penurun demam sekaligus pereda rasa nyeri [1,2,3,4,5].
  • Obat Batuk : Pasien pneumonia dengan gejala batuk biasanya akan sulit untuk beristirahat dengan cukup, maka obat batuk diperlukan untuk meredakan batuk [4].

Melalui Perawatan di Rumah Sakit

Pasien pneumonia sebagian dapat sembuh hanya dengan istirahat dan meminum obat-obatan yang telah disebutkan.

Namun beberapa penderita membutuhkan rawat inap agar lebih cepat sembuh, seperti penderita yang [4] :

  • Mengalami pernafasan sangat cepat seperti terengah-engah.
  • Detak jantung di atas 100 atau justru di bawah 50.
  • Suhu tubuhnya di bawah normal.
  • Fungsi ginjal kurang baik.
  • Mengalami kelinglungan.
  • Usia di atas 65 tahun.
  • Tekanan darah menunjukkan angka 90 mmHg/60 mmHg.
  • Membutuhkan alat bantu untuk bernafas.

Sementara itu, anak-anak penderita pneumonia dapat sembuh dengan banyak beristirahat dan memenuhi kebutuhan cairan secara maksimal.

Namun sebagian penderita anak-anak dengan kondisi di bawah ini sangatlah perlu dirawat inap agar pneumonia lebih cepat membaik [2,4,5] :

  • Mengalami dehidrasi
  • Mengalami kesulitan bernafas
  • Mengantuk berlebihan
  • Berusia 2 bulan ke bawah
  • Memiliki kadar oksigen yang sangat rendah
  • Selera makan berubah

Melalui Perawatan Mandiri

Perawatan mandiri bisa diterapkan apabila memang jenis pneumonia yang diderita tergolong ringan.

Umumnya, cara-cara inilah yang dapat membantu pemulihan pasien pneumonia yang tidak terlalu serius :

  • Istirahat dan Banyak Minum

Bagi penderita pneumonia jenis viral pneumonia atau yang disebabkan oleh virus, banyak minum air putih agar tidak dehidrasi diimbangi istirahat cukup akan sangat bermanfaat [2,4,5].

Peppermint sangat berguna dalam menghilangkan dahak pada batuk yang dialami pasien pneumonia [6].

Pastikan untuk lebih dulu mencuci daun mint yang segar, potong-potong, lalu taruh pada sebuah cangkir.

Tuang air mendidih untuk menyeduhnya kurang lebih 5 menit saja, saring, dan minumlah setelah ditambah susu, madu ataupun perasan lemon.

  • Berkumur dengan Air Garam

Air garam dapat membantu meredakan iritasi dan juga dahak yang berlebihan serta mengganjal di tenggorokan [6].

Cobalah campurkan garam ½ sendok teh saja ke dalam segelas air hangat, kumurkan selama 30 detik sebelum dibuang.

Setiap hari, terapkan cara ini 3 kali untuk pemulihan lebih maksimal.

Komplikasi Pneumonia

Bahaya komplikasi sangat besar khususnya pada penderita yang kekebalan tubuhnya tetap rendah dan lemah dalam waktu yang lama akibat kondisi medis yang kronis.

Berikut ini adalah sejumlah komplikasi yang wajib para penderita pneumonia waspadai dan cegah sebisa mungkin [4,5,7] :

  • Sindrom Distres Pernafasan Akut : Paru-paru gagal fungsi yang sudah sangat parah dan pada tahap ini, penderita memerlukan bantuan medis darurat karena penimbunan cairan di alveoli sudah berlebihan.
  • Kesulitan Bernafas : Sesak nafas parah dapat terjadi, terutama bila penderita pneumonia sudah lebih dulu mengalami gangguan pernafasan lain. Rawat inap di sini diperlukan dan penderita harus dibantu dengan ventilator untuk bernafas lebih baik.
  • Abses Paru : Saat rongga paru menjadi tempat pembentukan nanah, inilah abses paru yang sebenarnya bisa saja diobati dengan antibiotik namun tak selalu berhasil.
  • Efusi Pleura : Penumpukan cairan pada area paru dan juga pada pleura dapat mengancam jiwa penderita, sehingga cairan perlu untuk segera dikeluarkan.
  • Bakteremia : Pada bacterial pneumonia, bakteri yang menyebabkan pneumonia dapat menyebar sampai ke aliran darah lalu memicu syok septik, tekanan darah rendah, hingga kegagalan fungsi organ-organ vital.
  • Perburukan Kondisi Medis Kronis : Emfisema, gagal jantung kongestif atau lainnya adalah kondisi-kondisi medis lain yang kemungkinan bisa lebih buruk jika pasien mengalaminya bersamaan dengan pneumonia.
  • Kelahiran Prematur : Jenis maternal pneumonia atau pneumonia pada ibu hamil yang tak ditangani dengan tepat mampu mengakibatkan bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir dengan kondisi berat badan di bawah normal.

Pencegahan Pneumonia

Untuk meminimalisir risiko penyakit pneumonia, langkah-langkah pencegahan inilah yang umumnya bisa diterapkan :

  • Vaksinasi

Pneumovax dan Prevnar adalah jenis vaksin yang terekomendasi baik untuk anak-anak maupun orang dewasa dalam mencegah pneumonia [2,3,4,5]

Orang-orang yang berisiko tinggi terkena pneumonia dengan kondisi diabetes, penyakit paru, penyakit ginjal, penyakit jantung, sekaligus pengguna alkohol serta berusia 65 tahun ke atas dapat memperoleh Pneumovax [2].

Sementara itu, untuk vaksin Prevnar sebenarnya sudah teramat umum karena merupakan salah satu imunisasi rutin bagi bayi.

Untuk anak-anak yang usianya di bawah 2 tahun, orang-orang dengan rentang usia antara 2-64 tahun, maupun orang dewasa di atas 65 tahun dapat memperoleh vaksin ini.

  • Diet Sehat dan Cukup Tidur

Memiliki pola hidup sehat, yakni terjaganya keseimbangan antara pola makan, olahraga dan pola tidur akan membantu menjaga agar sistem imun tetap kuat [2,4,5].

Jika daya tahan tubuh kuat, infeksi virus, jamur maupun bakteri tak akan mudah menyerang.

  • Tidak Merokok

Ketahanan paru perokok aktif maupun pasif lebih lemah dan rentan kerusakan sehingga penyakit pernafasan seperti pneumonia dapat dialami dengan lebih mudah [4].

  • Menjaga Kebersihan Diri

Selalu sedia sabun antiseptik serta cairan pembersih tangan yang mengandung alkohol akan sangat membantu dalam menjaga kebersihan diri [2,4].

Saat kebersihan diri terjaga baik, hal ini akan meminimalisir serangan bakteri dan kuman lainnya.

Rata-rata penderita pneumonia dapat sembuh hanya dalam waktu 1-3 minggu, namun bukan berarti kondisi pneumonia tidak bisa lebih buruk [2,5].

Oleh sebab itu, vaksinasi dan pemeriksaan gejala secara dini membantu pasien untuk memperoleh penanganan seawal mungkin. Penanganan awal memperbesar peluang untuk lebih cepat sembuh dan pulih.

1) Louise Chang, MD. 2018. WebMD. Types of Pneumonia.
2) Peter Crosta & Judith Marcin, M.D. 2017. Medical News Today. What you should know about pneumonia.
3) Anonim. 2019. World Health Organization. Pneumonia.
4) Anonim. 2018. Mayo Clinic. Pneumonia.
5) Bree Normandin, Jill Seladi-Schulman, PhD & Alana Biggers, MD. 2019. Healthline. Everything You Need to Know About Pneumonia.
6) Emily Cronkleton & Debra Rose Wilson, PhD, MSN, RN, IBCLC, AHN-BC, CHT. 2017. Healthline. 10 Home Remedies for Pneumonia Symptoms.
7) Anonim. 2020. Stanford Children's Health. Pneumonia in Children.
8) American Lung Association Scientific and Medical Editorial Review Panel. 2018. American Lung Association. What Causes Pneumonia?

Share