Pneumonia adalah sejenis infeksi pernafasan akut yang menyerang paru-paru. Kita mengenalnya sebagai radang paru-paru.
Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut alveoli, yang akan terisi udara saat kita bernafas. Bila seseorang terkena pneumonia, alveoli aka terisi nanah dan cairan, yang membuat bernafas menjadi menyakitkan serta juga membatasi asupan oksigen.
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Menurut data WHO (badan kesehatan dunia), penyakit ini telah menyebabkan 808,694 anak dibawah usia 5 tahun meninggal dunia pada tahun 2017. Ini adalah 15% dari keseluruhan penyebab kematian pada anak-anak balita. [1]
Daftar isi
Penyebab Pneumonia pada Anak-Anak
Pneumonia disebabkan oleh beberapa jenis kuman (virus, bakteri, jamur, dan parasit). Namun, pada kebanyakan kasus, penyakit ini disebabkan oleh virus, termasuk adenovirus, rhinovirus, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan virus parainfluenza. [1, 2, 5]
Seringkali, pneumonia dimulai setelah saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) terinfeksi, dengan gejala-gejala yang mulai muncul setelah 2 hingga 3 hari, seperti demam atau sakit tenggorokan.
Kemudian infeksi akan bergerak ke paru-paru. Cairan, sel darah putih, dan kotoran mulai berkumpul di kantung-kantung udara (alveoli) dan menghalangi aliran udara, sehingga paru-paru sulit untuk bekerja secara normal.
- Anak-anak yang mengalami pneumonia karena infeksi bakteri biasanya akan mulai sakit dalam waktu singkat, diawali dengan demam tinggi dan nafas yang lebih cepat dari normal.
- Anak-anak yang mengalami pneumonia karena infeksi virus mungkin akan menunjukkan gejala secara bertahap dan tidak terlalu berat, meskipun nafas yang berbunyi adalah salah satu yang cukup umum terjadi.
Beberapa gejala bisa menjadi petunjuk yang menjelaskan kuman apa yang menyebabkan pneumonia. Misalnya:
- Pada anak-anak yang usianya sudah cukup besar atau pada remaja, pneumonia akibat Mycoplasma (yang juga disebut pneumonia berjalan) adalah yang paling umum terjadi. Infeksi ini menyebabkan sakit tenggorokan, sakit kepala, dan ruam-ruam di samping gejala-gejala umum pneumonia.
- Pada bayi, pneumonia yang disebabkan oleh chlamydia bisa mengakibatkan conjunctivitis (mata merah) tanpa demam dan hanya dengan sedikit gejala sakit.
- Bila pneumonia disebabkan oleh pertussis (batuk rejan), maka anak akan batu terus-menerus, wajah membiru karena kekurangan oksigen, atau berbunyi saat menarik nafas. Untungnya, vaksin pertussis bisa membantu melindungi anak-anak dari batuk rejan ini.
Rentang waktu antara paparan terhadap kuman dan saat gejala-gejala mulai timbul bisa berbeda pada tiap anak, tergantung dari kuman jenis apa yang menyebabkan pneumonia (misalnya, 4 hingga 6 hari bila terinfeksi RSV, tapi hanya 18 hingga 72 jam bisa disebabkan virus flu). [5]
Gejala-Gejala Pneumonia
Seperti yang telah disebutkan diatas, gejala pneumonia bisa berbeda pada tiap anak, juga tergantung dari apa penyebab infeksinya. Kasus-kasus pneumonia yang disebabkan oleh bakteri cenderung terjadi secara tiba-tiba dengan gejala-gejala sebagai berikut: [1, 2, 3, 4, 5]
- Batuk berdahak
- Batuk yang terasa nyeri
- Muntah atau diare
- Kehilangan selera makan
- Kelelahan
- Demam
Gejala awal dari pneumonia karena virus sama dengan yang diakibatkan oleh bakteri, tetapi masalah pernafasan terjadi perlahan-lahan. Anak mungkin akan mengalami nafas berbunyi dan batuk semakin parah.
Pneumonia akibat virus bisa membuat anak juga berisiko terkena infeksi bakteri.
Selain dari gejala-gejala yang disebutkan diatas, anak juga mungkin mengalami: [1, 2, 3, 4, 5]
- Menggigil
- Nafas yang berat atau cepat
- Sakit kepala
- Rewel
Gejala-gejala pneumonia mungkin terlihat seperti gejala penyakit lain, maka segera bawa ke dokter untuk memastikan.
Cara Penularan dan Penyebaran
Secara umum, pneumonia tidaklah menular, tetapi virus dan bakteri di saluran pernafasan atas yang bisa menyebabkan penyakit ini bisa menyebar. Bila kuman-kuman yang terdapat dalam cairan yang keluar dari mulut atau hidung (droplet) melalui batuk atau bersin terhirup orang lain, maka orang tersebut bisa ikut terinfeksi. [1, 5]
Berbagi gelas, cangkir, dan alat makan, serta menyentuh tissue atau saputangan yang dipakai oleh penderita pneumonia juga bisa menyebabkan virus dan bakteri menyebar. Jadi, jauhkan anak-anak dari orang-orang yang menunjukkan gejala infeksi saluran nafas (hidung mampet, hidung meler, sakit tenggorokan, batuk, dsb.)
Virus dan bakteri juga bisa menyebar melalui darah, terutama saat dan sesaat setelah proses persalinan. Penularan ini terjadi antara ibu dan bayi. Pneumocystis jirovecii adalah salah satu penyebab pneumonia paling umum pada bayi baru lahir dan ditularkan oleh ibu yang mengidap HIV. [1]
Masih dibutuhkan penelitian lebih jauh dan mendalam mengenai penyebaran dan penularan pneumonia pada anak-anak, karena ini akan sangat membantu pencegahannya.
Kelompok Anak-Anak yang Lebih Berisiko Terkena Pneumonia
Meskipun kebanyakan anak-anak yang sehat bisa melawan infeksi secara alami dengan imunitas tubuh mereka, anak-anak yang kekebalan tubuhnya rendah berada pada kelompok berisiko. Imunitas anak bisa melemah karena banyak sebab, seperti kekurangan gizi, terutama pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. [1, 3]
Penyakit penyerta, seperti infeksi HIV dan campak, juga bisa meningkatkan risiko anak terkena pneumonia.
Faktor-faktor lingkungan berikut juga bisa meningkatkan kemungkinan anak terinfeksi pneumonia: [1, 3]
- Polusi dalam ruangan yang disebabkan oleh asap dapur dan pemanasan yang menggunakan bahan bakar biomass (seperti kayu atau kotoran hewan)
- Tinggal di rumah yang sempit dan penuh orang
- Orangtua perokok
Diagnosa
Dokter seringkali bisa mendiagnosa pneumonia pada anak dengan melihat riwayat kesehatan lengkapnya serta pemeriksaan fisik.
Dokter juga mungkin akan melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosa tersebut dengan: [3, 4]
- X-ray dada, untuk melihat gambaran jaringan dalam, tulang dan organ-organ.
- Tes darah. Penghitungan darah bisa menunjukkan tanda-tanda terjadinya infeksi. Tes gas darah arteri bisa memberikan gambaran jumlah karbon dioksida dan oksigen dalam darah.
- Kultur sputum. Tes ini dilakukan dengan memeriksa lendir yang dikeluarkan dari paru-paru melalui batuk. Pemeriksaan ini bisa menunjukkan apakah anak mengalami infeksi atau tidak. Namun tes ini tidak termasuk yang rutin dilakukan karena cukup sulit untuk mengambil sampel lendir dari anak-anak.
- Pulse oximetry. Oximeter adalah sebuah mesin kecil yang berfungsi mengukur jumlah oksigen dalam darah. Untuk melakukan pengukuran ini, sebuah sensor akan dipasang di jari tangan atau kaki anak. Saat mesin dinyalakan, sebuah cahaya merah kecil akan tampak pada sensor. Tes ini tidak menyakitkan ataupun menimbulkan rasa panas.
- CT scan dada. Tes ini akan mengambil gambar struktur dada, namun sangat jarang dilakukan.
- Bronkoskopi. Prosedur ini dilakukan untuk melihat bagian dalam saluran udara pada paru-paru.
Pengobatan Pneumonia Pada Anak
Pengobatan dilakukan dengan menggunakan antibiotik bila pneumonia disebabkan oleh bakteri. Namun infeksi virus pada umumnya akan membaik dengan sendirinya dengan catatan kekebalan anak harus ditingkatkan. [1, 2, 3, 4, 5]
Pneumonia yang berhubungan dengan flu bisa diatasi dengan obat antiviral.
Perawatan-perawatan yang bisa meredakan gejala, termasuk:
- Banyak beristirahat
- Minum air putih yang banyak
- Memasang humidifier di kamar anak
- Pemberian acetaminophen untuk demam dan rasa tidak nyaman
- Pemberian obat batuk
Beberapa anak mungkin harus dirawat di rumah sakit bila masalah pernafasannya sudah memasuki tahap berat. Saat di rumah sakit, perawatannya bisa berupa:
- Pemberian antibiotik melalui infus atau secara oral, untuk infeksi bakteri
- Pemberikan cairan melalui infus bila anak tidak bisa minum melalui mulut dengan cukup
- Terapi oksigen
- Penyedotan lendir dari hidung dan mulut
- Perawatan untuk masalah pernafasan anak, sesuai keluhannya
Langkah Pencegahan
Beberapa jenis pneumonia bisa dicegah dengan vaksinasi. Anak-anak biasanya mendapatkan imunisasi rutin untuk melawan Haemophilus influenzae pneumococcus dan batuk rejan mulai usia 2 bulan. [1, 2, 5]
Vaksin flu direkomendasikan bagi semua anak-anak yang sehat dan berusia mulai dari 6 bulan hingga 19 tahun, tetapi diutamakan bagi anak-anak yang mengidap penyakit kronis seperti kelainan jantung atau paru-paru serta asma.
Karena bayi bru lahir memiliki risiko terkena komplikasi yang serius, maka mereka bisa dilindungi secara sementara dengan obat-obatan agar terhindar dari infeksi RSV yang umumnya menyebabkan pneumonia pada bayi.
Dokter juga mungkin akan memberikan antibiotik untuk mencegah pneumonia pada anak-anak yang pernah terpapar penderita pneumonia jenis tertentu, seperti batuk rejan. Mereka yang terinfeksi HIV juga biasanya diberi antibiotik sebagai pencegahan dari infeksi oleh Pneumocystis jirovecii. [1, 2, 5]
Jika ada orang di rumah yang mengalami infeksi pernafasan atau radang tenggorokan, pisahkan gelas dan alat makannya dari yang dipakai anggota keluarga lain, serta sering-seringlah mencui tangan dengan benar terutama setelah memegang tissue atau saputangan milik orang sakit.
Jangan biarkan anak terpapar asap, baik itu dari pembakaran tungku, kompor, apalagi rokok. Buat sistem ventilasi yang baik di rumah, dan jaga selalu kebersihan. [1]