Penyakit & Kelainan

Radang Usus: Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Radang Usus?

Radang usus adalah penyakit peradangan akibat respon kekebalan tubuh (imun) abnormal terhadap mikroflora usus yang terjadi pada saluran cerna [1].

Radang usus ini juga merupakan penyakit peradangan usus kronis yang dihasilkan dari interaksi inang mikroba pada individu yang rentan secara genetik [2].

Pada radang usus, sambungan antar sel yang ditutup untuk mencegah masuknya bakteri atau antigen ke dalam sirkulasi diketahui rusak baik karena kegagalan fungsi penghalang primer maupun peradangan parah [1].

Reaksi peradangan yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan epitel usus secara berkelanjutan hingga semakin memperburuk peradangan [1].

Fakta Mengenai Radang Usus

Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait dengan radang usus yang menarik untuk diketahui [1] :

  • Penyakit radang usus lebih sering terjadi di wilayah Amerika bagian utara dan Eropa dibandingkan dengan di Asia maupun Afrika
  • Penyakit radang usus umumnya banyak terjadi pada orang yang memiliki usia 15 hingga 30 tahun
  • Sebanyak 25% penyakit radang usus diketahui dikembangkan pada masa remaja
  • Radang usus jenis penyakit crohn lebih umum terjadi pada wanita
  • Radang usus jenis kolitis ulserativa cenderung terjadi pada pria maupun wanita
  • Radang usus ini merupakan penyakit yang umum terjadi pada negara maju dan memiliki iklim yang lebih dingin

Penyebab Radang Usus

Penyebab radang usus belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor berikut ini dapat menjadi penyebabnya secara umum [3] :

  • Genetika

Seseorang dapat mengalami penyakit radang usus jika memiliki keluarga dengan riwayat penyakit radang usus [3].

Oleh karena itu, para ilmuan memiliki hipotesa bahwa kemungkinan radang usus ini memiliki komponen genetik [3].

  • Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)

Radang usus ini dapat juga dikatakan sebagai penyakit autoimun di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari patogen [2].

Penyerangan sistem kekebalan tubuh kepada elemen sistem pencernaan sehingga terjadi peradangan pada usus kecil dan besar ini adalah bentuk respon dari autoimun [2, 3].

Dalam penyebab radang usus, perlu diketahui juga terkait faktor risiko radang usus ini yang antara lain [4] :

  • Usia

Orang yang berusia dibawah 30 tahun umumnya memiliki risiko mengembangkan penyakit radang usus lebih tinggi.

  • Ras atau Etnis

Meskipun dapat terjadi pada semua ras atau etnis, orang yang berasal dari ras atau etnis kulit putih umumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit radang usus.

  • Sejarah Keluarga

Orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat penyakit radang usus diketahui akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena radang usus.

  • Merokok

Orang yang merokok umumnya akan lebih berisiko untuk mengembangkan penyakit radang usus jenis penyakit crohn.

  • Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid

Penggunaan obat anti inflamasi non steroid seperti ibuproven ((Advil, Motrin IB, lainnya), natrium naproxen (Aleve), natrium diklofenak (Voltaren) dan lainnya diketahui dapat meningkatkan risiko pengembangan radang usus.

  • Tempat Tinggal

Orang orang yang tinggal didaerah atau lingkungan industri diketahui lebih berisiko untuk mengembangkat penyakit radang usus.

Gejala Radang Usus

Gejala radang usus menurut The World Gastroenterology Organization antara lain [1] :

Diare yang mungkin juga disertasi darah atau lendir dapat menjadi salah satu gejala radang usus [1].

Gejala berupa diare ini diketahui dapat terjadi pada malam hari dan inkontinensia tinja juga tidak jarang terjadi [1].

Beberapa pasien dengan penyakit radang usus jenis kolitis ulserativa memiliki gejala berupa konstipasi [1].

Gejala konstipasi pada penderita radang usus ini dapat terjadi ketika penyakit terlokalisasi di rektum [1].

  • Nyeri

Seseorang yang memiliki penyakit radang usus dapat menunjukkan gejala berupa nyeri perut, tenesmus dengan urgensi parah [1].

Radang usus dengan jenis penyakit Crohn dapat muncul dengan gejala nyeri RLQ yaitu nyeri yang terjadi pada perut kanan bagian bawah [1, 2].

Sedangkan radang usus dengan jenis kolitis ulserativa ditandai dengan munculnya nyeri LLQ yaitu nyeri pada perut kiri bawah [2].

  • Mual dan Muntah

Penderita radang usus juga dapat menunjukkan gejala berupa mual dan muntah [1].

Hal ini diketahui lebih sering terjadi pada penderita radang usus jenis penyakit crohn [1].

  • Penurunan Berat Badan

Gejala penurunan berat badan pada penderita radang usus dapat terjadi khususnya jika terkena kolitis ulserativa [2].

Penurunan berat badan ini sebagai akibat dari kemungkinan nyeri perut yang disertai diare pada pada penderita [2].

Selain itu, penderita juga dapat mengalami penurunan darah pada pemeriksaan rektal [2].

  • Pendarahan Rektum

Penderita radang usus diketahui dapat menunjukkan gejala berupa pendarahan rektum [2].

Gejala pendarahan rektum ini lebih banyak terjadi pada penderita radang usus jenis kolitis ulserativa dibandingkan dengan penyakit crohn [2].

Kapan Harus Kedokter

Penyakit radang usus umumnya tidak berakibat fatal, namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa [4].

Oleh karena itu, jika mengalami perubahan kebiasaan buang air besar yang terjadi terus menerus dan mengalami gejala radang usus maka sangat disarankan untuk segera menghubungi dokter [4].

Jenis Radang Usus

Penyakit radang usus dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan lokasi dan kedalaman keterlibatannya di dinding usus [1].

Jenis radang usus tersebut antara lain:

  • Kolitis Ulserativa

Kolitis ulserativa adalah peradangan difus pada mukosa usus besar (kolon) dan paling sering mempengaruhi rektum (proctitis) [1].

Namun kolitis ulserativa ini dapat meluas ke sigmoid (proctosigmoiditis), di luar sigmoid (kolitis ulseratif distal), atau memasukkan seluruh usus besar ke dalam sekum (pankolitis) [1].

  • Penyakit Crohn

Penyakit crohn adalah penyakit yang menyebabkan ulserasi transmural pada bagian manapun dari saluran gastrointestinal dan paling sering mengenai ileum terminal dan usus besar [1].

Diagnosis

Beberapa teknik dan tes medis tersedia untuk membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit radang usus [2].

Adapun teknik dan tes medis tersebut antara lain:

  • Teknik Endoskopi Kapsul

Teknik endoskopi kapsul ini umumnya dapat digunakan untuk mendiagnosis pasien radang usus khususnya penyakit crohn secara efektif [2].

Dalam teknik edoskpoi kapsul ini pasien harus meminum formulasi minuman yang sesuai dengan profil keamanan yang baik, karena endoskopi kapsul memerlukan usus besar yang bersih sebelum digunakan [2].

Kapsul, yang seukuran pil tersebut, dapat mengambil gambar lapisan dalam saluran pencernaan saat tertelan secara oral [2].

Gambar endoskopi ini dapat melokalisasi erosi kecil dan ulserasi yang mungkin terlihat di sepanjang saluran pencernaan dan membantu dokter mengidentifikasi lokasi peradangan [2].

  • Tes Radiologi

Alternatif lain untuk mendiagnosisi radang usus yaitu dengan melakukan tes radiologi [2].

Dalam teknik ini, pasien meminum larutan yang mengandung barium sulfat yang tampak putih pada sinar-X dan menyoroti bagian dalam lapisan usus [2].

Sehingga jika terjadi peradangan pada usus maka akan dapat terdeteksi.

  • Pengujian Sampel Darah

Alat diagnostik lain untuk IBD melibatkan pengujian sampel darah dari pasien, di mana tes darah laboratorium mungkin menunjukkan tingkat sedimentasi yang tinggi dan jumlah sel darah putih, yang keduanya terkait dengan peradangan usus [2].

Hitung darah lengkap dari pasien dengan IBD dapat mengungkapkan anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan hemolisis autoimun [2].

Selain itu, peningkatan jumlah dan tingkat penanda serologis mungkin berguna dalam diagnosis radang usus dan juga  dapat digunakan untuk membedakan antara penyakit Crohn dan kolitis ulserativa [2].

CT scan sinar-X dan scan pencitraan resonansi magnetik juga biasa digunakan untuk mencari komplikasi intra-abdomen dari radang usus, seperti obstruksi usus halus, abses, atau fistula [2].

Computed tomography adalah teknik yang menggunakan pemindai multidetektor yang memungkinkan visualisasi dinding usus halus, mukosa, dan lumen sehingga tingkat keparahan peradangan dinding usus dapat dideteksi [2].

Biopsi usus besar dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis dan membedakan jenis peradangan [2].

Dengan teknik ini, jenis penyakit peradanga dibedakan melalui ciri-ciri tertentu dari patologi tampak berikut ini [2]:

  • Ciri penyakit crohn, pola peradangan transmural, adanya kerusakan mukosa, ditandai dengan infiltrasi fokal leukosit ke dalam epitel, adanya granuloma yaitu agregat sel imun yang dikenal sebagai makrofag.
  • Ciri penyakit kolitis ulserativa, biasanya melibatkan hemoragi atau sel inflamasi di lamina propria dan distorsi arsitektur kriptografi.

Komplikasi Radang Usus

Radang usus diketahui dapat menimbulkan terjadinya komplikasi berupa [4] :

  • Kanker Kolorektal

Penyakit radang usus diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kolorektal, di mana pasien radang usus mengembangkan pancolitis yang memiliki risiko tertinggi kanker kolorektal dalam dua dekade [1, 4].

  • Gangguan Kulit, Mata dan Radang Sendi

Radang usus dapat mengakibatkan gangguan tertentu seperti artritis, lesi kulit, dan radang mata (uveitis) [4].

  • Efek Samping Obat

Penggunaan obat tertentu untuk mengobati radang usus diketahui dapat dikaitkan dengan risiko terkena penyakit tertentu seperti kortikosteroid dikaitkan dengan risiko osteoporosis dan tekanan darah tinggi [4].

  • Kolangitis Sklerosis Primer

Dalam kondisi ini, peradangan menimbulkan bekas luka pada saluran empedu [4].

Selanjutnya, saluran empedu dapat menyempit dan bahkan dapat menyebabkan kerusahan hati [4].

  • Penggumpalan Darah

Penyakit radang usus dapat mengakibatkan meningkatnya risiko penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan arteri [4].

Pengobatan dan Pencegahan Radang Usus

Pengobatan

Pengobatan radang usus dibagi menurut dengan jenis radang usus yaitu penyakit crohn atau kolitis ulserativa [5] :

  • Pengobatan Penyakit Crohn
  1. Terapi induksi remisi, jika didaerah ileocecal terlibat, budesonide adalah obat yang bekerja paling baik secara topikal namun penggunaan mesalazine (4,5 g / hari) sama efektifnya melawan keterlibatan ileocecal ringan sampai sedang.
  2. Terapi pemeliharaan remisi, diketahui dapat dilakukan pada pasien yang mengalami proses penyakit crohn yang rumit.
  3. Operasi, 40 % pasien dengan penyakit crohn dapat diobati dengan menjalani perawatan bedah dalam lima tahun setelah menerima diagnosis, dan 70 % dalam 10 tahun.
  • Pengobatan Kolitis Ulserativa
  1. Terapi induksi remisi, ketika kolitis kiri dan pankolitis yang agak aktif hingga sedang diketahui harus diobati dengan mesalazine dan atau enema yang dikombinasikan dengan mesalazine oral.
  2. Terapi pemeliharaan remisi, untuk mempertahankan remisi pada kolitis ulserativa maka aminosalisilat (sebaiknya mesalazine) harus diberikan selama setidaknya dua tahun, dan bahkan seumur hidup jika diindikasikan.
  3. Operasi, metode pengobatan kolitis aktif yaitu kolektomi subtotal tanpa anastomosis usus dengan ileostoma transien diikuti dengan proktektomo dan pembuangan kantong dilain waktu.

Pencegahan

Untuk radang usus yang disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, diketahui tidak dapat dicegah [3].

Namun, untuk mengurangi risiko pengembangan radang usus dan mencegah kekambuhan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini [3] :

  • Makan makanan sehat
  • Berolahraga secara teratur
  • Berhenti merokok
  • Tetap menjalani gaya hidup sehat dan aktif

1. Christopher McDowell, Umer Farooq & Muhammad Haseeb. Inflammatory Bowel Disease (IBD). National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Fakhoury, M., Al-Salami, H., Negrulj, R., & Mooranian, A. Inflammatory bowel disease: clinical aspects and treatments. Journal of Inflammation Research; 2014.
3. Healthline Editorial Team & Deborah Weatherspoon. Inflammatory Bowel Disease (IBD). Healthline; 2020.
4. Anonim. Inflammatory Bowel Disease (IBD). Mayo Clinic; 2020.
5. Wehkamp, J., Götz, M., Herrlinger, K., Steurer, W., & Stange, E. F. Inflammatory Bowel Disease: Crohn’s disease and ulcerative colitis. Deutsches Aerzteblatt Online; 2016.

Share