Daftar isi
Radang usus adalah penyakit peradangan akibat respon kekebalan tubuh (imun) abnormal terhadap mikroflora usus yang terjadi pada saluran cerna [1].
Radang usus ini juga merupakan penyakit peradangan usus kronis yang dihasilkan dari interaksi inang mikroba pada individu yang rentan secara genetik [2].
Pada radang usus, sambungan antar sel yang ditutup untuk mencegah masuknya bakteri atau antigen ke dalam sirkulasi diketahui rusak baik karena kegagalan fungsi penghalang primer maupun peradangan parah [1].
Reaksi peradangan yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan epitel usus secara berkelanjutan hingga semakin memperburuk peradangan [1].
Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait dengan radang usus yang menarik untuk diketahui [1] :
Penyebab radang usus belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor berikut ini dapat menjadi penyebabnya secara umum [3] :
Seseorang dapat mengalami penyakit radang usus jika memiliki keluarga dengan riwayat penyakit radang usus [3].
Oleh karena itu, para ilmuan memiliki hipotesa bahwa kemungkinan radang usus ini memiliki komponen genetik [3].
Radang usus ini dapat juga dikatakan sebagai penyakit autoimun di mana elemen sistem pencernaan diserang oleh sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari patogen [2].
Penyerangan sistem kekebalan tubuh kepada elemen sistem pencernaan sehingga terjadi peradangan pada usus kecil dan besar ini adalah bentuk respon dari autoimun [2, 3].
Dalam penyebab radang usus, perlu diketahui juga terkait faktor risiko radang usus ini yang antara lain [4] :
Orang yang berusia dibawah 30 tahun umumnya memiliki risiko mengembangkan penyakit radang usus lebih tinggi.
Meskipun dapat terjadi pada semua ras atau etnis, orang yang berasal dari ras atau etnis kulit putih umumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit radang usus.
Orang yang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan riwayat penyakit radang usus diketahui akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena radang usus.
Orang yang merokok umumnya akan lebih berisiko untuk mengembangkan penyakit radang usus jenis penyakit crohn.
Penggunaan obat anti inflamasi non steroid seperti ibuproven ((Advil, Motrin IB, lainnya), natrium naproxen (Aleve), natrium diklofenak (Voltaren) dan lainnya diketahui dapat meningkatkan risiko pengembangan radang usus.
Orang orang yang tinggal didaerah atau lingkungan industri diketahui lebih berisiko untuk mengembangkat penyakit radang usus.
Gejala radang usus menurut The World Gastroenterology Organization antara lain [1] :
Diare yang mungkin juga disertasi darah atau lendir dapat menjadi salah satu gejala radang usus [1].
Gejala berupa diare ini diketahui dapat terjadi pada malam hari dan inkontinensia tinja juga tidak jarang terjadi [1].
Beberapa pasien dengan penyakit radang usus jenis kolitis ulserativa memiliki gejala berupa konstipasi [1].
Gejala konstipasi pada penderita radang usus ini dapat terjadi ketika penyakit terlokalisasi di rektum [1].
Seseorang yang memiliki penyakit radang usus dapat menunjukkan gejala berupa nyeri perut, tenesmus dengan urgensi parah [1].
Radang usus dengan jenis penyakit Crohn dapat muncul dengan gejala nyeri RLQ yaitu nyeri yang terjadi pada perut kanan bagian bawah [1, 2].
Sedangkan radang usus dengan jenis kolitis ulserativa ditandai dengan munculnya nyeri LLQ yaitu nyeri pada perut kiri bawah [2].
Penderita radang usus juga dapat menunjukkan gejala berupa mual dan muntah [1].
Hal ini diketahui lebih sering terjadi pada penderita radang usus jenis penyakit crohn [1].
Gejala penurunan berat badan pada penderita radang usus dapat terjadi khususnya jika terkena kolitis ulserativa [2].
Penurunan berat badan ini sebagai akibat dari kemungkinan nyeri perut yang disertai diare pada pada penderita [2].
Selain itu, penderita juga dapat mengalami penurunan darah pada pemeriksaan rektal [2].
Penderita radang usus diketahui dapat menunjukkan gejala berupa pendarahan rektum [2].
Gejala pendarahan rektum ini lebih banyak terjadi pada penderita radang usus jenis kolitis ulserativa dibandingkan dengan penyakit crohn [2].
Penyakit radang usus umumnya tidak berakibat fatal, namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa [4].
Oleh karena itu, jika mengalami perubahan kebiasaan buang air besar yang terjadi terus menerus dan mengalami gejala radang usus maka sangat disarankan untuk segera menghubungi dokter [4].
Penyakit radang usus dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan lokasi dan kedalaman keterlibatannya di dinding usus [1].
Jenis radang usus tersebut antara lain:
Kolitis ulserativa adalah peradangan difus pada mukosa usus besar (kolon) dan paling sering mempengaruhi rektum (proctitis) [1].
Namun kolitis ulserativa ini dapat meluas ke sigmoid (proctosigmoiditis), di luar sigmoid (kolitis ulseratif distal), atau memasukkan seluruh usus besar ke dalam sekum (pankolitis) [1].
Penyakit crohn adalah penyakit yang menyebabkan ulserasi transmural pada bagian manapun dari saluran gastrointestinal dan paling sering mengenai ileum terminal dan usus besar [1].
Beberapa teknik dan tes medis tersedia untuk membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit radang usus [2].
Adapun teknik dan tes medis tersebut antara lain:
Teknik endoskopi kapsul ini umumnya dapat digunakan untuk mendiagnosis pasien radang usus khususnya penyakit crohn secara efektif [2].
Dalam teknik edoskpoi kapsul ini pasien harus meminum formulasi minuman yang sesuai dengan profil keamanan yang baik, karena endoskopi kapsul memerlukan usus besar yang bersih sebelum digunakan [2].
Kapsul, yang seukuran pil tersebut, dapat mengambil gambar lapisan dalam saluran pencernaan saat tertelan secara oral [2].
Gambar endoskopi ini dapat melokalisasi erosi kecil dan ulserasi yang mungkin terlihat di sepanjang saluran pencernaan dan membantu dokter mengidentifikasi lokasi peradangan [2].
Alternatif lain untuk mendiagnosisi radang usus yaitu dengan melakukan tes radiologi [2].
Dalam teknik ini, pasien meminum larutan yang mengandung barium sulfat yang tampak putih pada sinar-X dan menyoroti bagian dalam lapisan usus [2].
Sehingga jika terjadi peradangan pada usus maka akan dapat terdeteksi.
Alat diagnostik lain untuk IBD melibatkan pengujian sampel darah dari pasien, di mana tes darah laboratorium mungkin menunjukkan tingkat sedimentasi yang tinggi dan jumlah sel darah putih, yang keduanya terkait dengan peradangan usus [2].
Hitung darah lengkap dari pasien dengan IBD dapat mengungkapkan anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan hemolisis autoimun [2].
Selain itu, peningkatan jumlah dan tingkat penanda serologis mungkin berguna dalam diagnosis radang usus dan juga dapat digunakan untuk membedakan antara penyakit Crohn dan kolitis ulserativa [2].
CT scan sinar-X dan scan pencitraan resonansi magnetik juga biasa digunakan untuk mencari komplikasi intra-abdomen dari radang usus, seperti obstruksi usus halus, abses, atau fistula [2].
Computed tomography adalah teknik yang menggunakan pemindai multidetektor yang memungkinkan visualisasi dinding usus halus, mukosa, dan lumen sehingga tingkat keparahan peradangan dinding usus dapat dideteksi [2].
Biopsi usus besar dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis dan membedakan jenis peradangan [2].
Dengan teknik ini, jenis penyakit peradanga dibedakan melalui ciri-ciri tertentu dari patologi tampak berikut ini [2]:
Radang usus diketahui dapat menimbulkan terjadinya komplikasi berupa [4] :
Penyakit radang usus diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kolorektal, di mana pasien radang usus mengembangkan pancolitis yang memiliki risiko tertinggi kanker kolorektal dalam dua dekade [1, 4].
Radang usus dapat mengakibatkan gangguan tertentu seperti artritis, lesi kulit, dan radang mata (uveitis) [4].
Penggunaan obat tertentu untuk mengobati radang usus diketahui dapat dikaitkan dengan risiko terkena penyakit tertentu seperti kortikosteroid dikaitkan dengan risiko osteoporosis dan tekanan darah tinggi [4].
Dalam kondisi ini, peradangan menimbulkan bekas luka pada saluran empedu [4].
Selanjutnya, saluran empedu dapat menyempit dan bahkan dapat menyebabkan kerusahan hati [4].
Penyakit radang usus dapat mengakibatkan meningkatnya risiko penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan arteri [4].
Pengobatan radang usus dibagi menurut dengan jenis radang usus yaitu penyakit crohn atau kolitis ulserativa [5] :
Untuk radang usus yang disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, diketahui tidak dapat dicegah [3].
Namun, untuk mengurangi risiko pengembangan radang usus dan mencegah kekambuhan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini [3] :
1. Christopher McDowell, Umer Farooq & Muhammad Haseeb. Inflammatory Bowel Disease (IBD). National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Fakhoury, M., Al-Salami, H., Negrulj, R., & Mooranian, A. Inflammatory bowel disease: clinical aspects and treatments. Journal of Inflammation Research; 2014.
3. Healthline Editorial Team & Deborah Weatherspoon. Inflammatory Bowel Disease (IBD). Healthline; 2020.
4. Anonim. Inflammatory Bowel Disease (IBD). Mayo Clinic; 2020.
5. Wehkamp, J., Götz, M., Herrlinger, K., Steurer, W., & Stange, E. F. Inflammatory Bowel Disease: Crohn’s disease and ulcerative colitis. Deutsches Aerzteblatt Online; 2016.