Penyakit & Kelainan

Sakit Kepala Tegang: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sakit kepala tipe tegang atau tension type headache (TTH) adalah sakit kepala yang sering digambarkan seperti adanya ikatan pada kepala. TTH merupakan tipe sakit kepala yang paling umum, dan penyebabnya

Definisi Sakit Kepala Tegang

Sakit kepala tegang atau tension headache merupakan jenis sakit kepala yang paling umum dan tidak disebabkan oleh penyakit. Sakit kepala tegang disebut juga sebagai sakit kepala biasa, sakit kepala tegang otot, dan sakit kepala stres[1].

Sakit kepala tegang ialah rasa sakit ringan atau sedang di sekitar bagian depan kepala atau belakang kepala dan leher. Sakit kepala tegang sering kali terasa seperti mengenakan ikat kepala terlalu ketat[2, 3].

Sakit kepala tegang berupa episode kambuhan sakit kepala yang dapat berlangsung beberapa menit hingga minggu. Sakit biasanya terasa menekan atau mengencang dalam kualitas, dengan intensitas ringan hingga sedang, lokasi bilateral (dua sisi), dan tidak bertambah buruk dengan aktivitas fisik[4].

Biasanya tidak disertai mual dan muntah. Sakit kepala tegang dapat bersifat kronis, sering kali terjadi, atau setiap hari terjadi[4, 5].

Sakit kepala tegang termasuk kondisi umum, yang mempengaruhi sekitar 1,4 miliar orang atau 20,8% dari populasi[6].

Sakit kepala tegang sering terjadi selama usia remaja, dan mempengaruhi wanita dan pria dengan perbandingan 3:2[6].

Penyebab Sakit Kepala Tegang

Penyebab sakit kepala tegang tidak diketahui. Para ahli mulanya menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh kontraksi otot pada wajah, leher dan kulit kepala. Namun penelitian menunjukkan bahwa kontraksi bukan penyebab kondisi[2, 6].

Teori paling umum ialah akibat peningkatan sensitivitas terhadap rasa sakit, yang mana meningkatkan nyeri otot yang merupakan gejala umum sakit kepala tegang. Pemicu paling umum sakit kepala tegang ialah stress[2, 3].

Beberapa pemicu sakit kepala tegang lainnya, meliputi[3, 7]:

  • Kurang istirahat
  • Postur tubuh buruk
  • Depresi
  • Kecemasan
  • Kelelahan
  • Lapar
  • Kadar zat besi rendah
  • Alkohol
  • Kafein
  • Merokok
  • Ketegangan mata
  • Mata kering
  • Infeksi sinus
  • Flu atau demam
  • Kurang tidur
  • Kurang konsumsi air minum (dehidrasi)
  • Masalah gigi atau rahang

Umumnya orang yang mengalami sakit kepala tegang epsodik mengalami kondisi tidak lebih dari satu atau dua kali sebulan, tapi dapat terjadi lebih sering. Sementara orang-orang dengan sakit kepala tegang kronis biasanya mengalami kondisi hingga lebih dari 60 atau 90 hari[3].

Jenis Sakit Kepala Tegang

Sakit kepala tegang dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu[2, 3]:

  • Sakit kepala tegang episodik

Sakit kepala tegang episodik dapat berlangsung dari 30 menit hingga satu minggu. Sakit kepala episodik digolongkan sering jika terjadi kurang dari 15 hari dalam satu bulan selama setidaknya tiga bulan. Kondisi ini dapat berkembang menjadi sakit kepala tegang kronis.

  • Sakit kepala tegang kronis

Jenis sakit kepala tegang kronis berlangsung selama berjam-jam dan dapat berlanjut. Sakit kepala tegang digolongkan kronis jika terjadi 15 hari atau lebih dalam sebulan selama setidaknya tiga bulan.

Gejala Sakit Kepala Tegang

Gejala umum sakit kepala tegang meliputi[2, 3, 5]:

  • Biasanya rasa sakit muncul pada dua sisi kepala
  • Rasa sakit ringan hingga sedang atau tekanan pada bagian depan, atas, atau sisi kepala
  • Nyeri pada kulit kepala, leher, dan otot bahu
  • Gangguan tidur
  • Merasa sangat kelelahan
  • Mudah marah
  • Kesulitan untuk fokus

Perbedaan Sakit Kepala Tegang dan Migrain

Sakit kepala tegang dapat sulit dibedakan dari migrain. Namun tidak seperti migrain, sakit kepala tegang biasanya tidak berkaitan dengan gangguan penglihatan, mual, muntah, atau kelemahan otot.

Aktivitas fisik biasanya memperburuk sakit pada migrain, namun pada sakit kepala tegang, aktivitas tidak berpengaruh. Sakit kepala tegang dapat disertai peningkatan sensitivitas terhadap cahaya atau suara, namun bukan termasuk gejala umum[2, 3].  

Diagnosis Sakit Kepala Tegang

Sakit kepala tegang dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan kualitas hidup seseorang secara umum, terutama jika bersifat kronis. Rasa sakit yang sering muncul dapat menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas normal, seperti tidak dapat bekerja[2].

Diagnosis sakit kepala tegang dilakukan berdasarkan gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien, dan pemeriksaan fisik[1, 5].

Untuk mengkonfirmasi kondisi, dokter juga dapat menyarankan pasien untuk melakukan beberapa tes seperti[3, 5]:

  • Tes darah: untuk mengecek kondisi lain yang dapat menjadi penyebab kondisi
  • X-ray sinus: tes imaging untuk mengecek adanya kongesti, infeksi, atau masalah lain.
  • MRI: untuk memeriksa organ dan struktur tubuh
  • CT scan: menghasilkan gambar bagian tubuh yang lebih detail, meliputi tulang, otot, lemak, dan organ.

Pengobatan Sakit Kepala Tegang

Pengobatan lebih baik dilakukan segera setelah sakit kepala tegang muncul, saat gejala masih ringan. Tujuan penanganan ialah untuk meringankan rasa sakit dan mencegah sakit kepala tegang terjadi lagi. Penanganan dapat meliputi[3, 7]:

Pemberian obat

Beberapa obat penghilang rasa sakit dapat menjadi pilihan pertama dalam mengatasi sakit kepala tegang, seperti paracetamol, aspirin, dan ibuprofen.

Namun obat jenis ini tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat mengakibatkan efek rebound. Efek ini mengakibatkan sakit kepala tegang kembali muncul ketika pasien berhenti mengkonsumsi obat.

Pada beberapa kasus obat penghilang rasa sakit umum tidak dapat meringankan gejala. Dokter dapat meresepkan obat lain seperti indomethacin, ketorolac, ketoprofen, dan naproxen.

Jika penghilang rasa sakit tidak membantu, dokter dapat meresepkan relaksan otot. Obat jenis ini membantu menghentikan kontraksi otot. Relaksan otot yang dianjurkan yaitu cyclobenzaprine dan methocarbamol.

Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat jenis anti depresan, seperti amitriptyline, protriptyline, atau obat SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) seperti fluoxetine, paroxetine, dan venlafaxine. Obat jenis ini membantu pasien mengatasi stres sehingga mencegah kambuhnya sakit kepala tegang.

Pemberian Suplemen

Menurut National Center for Complementary and Integrative Health, beberapa suplemen beriktu dapat membantu meringankan sakit kepala tegang[7]:

Perawatan Mandiri

Beberapa langkah berikut dapat meredakan sakit kepala tegang[7]:

  • Mengaplikasikan bantal pemanas atau kantong es pada kepala selama 5-10 menit beberapa kali sehari
  • Mandi air panas untuk merelaksasi otot yang tegang
  • Memperbaiki postur tubuh
  • Mengistirahatkan mata dari menatap komputer terlalu lama

Pencegahan Sakit Kepala Tegang

Sakit kepala tegang sering kali dipicu oleh faktor spesifik. Penggunaan obat dan beberapa teknik penanganan stres dapat membantu mencegah sakit kepala tegang[2, 7].

Berikut beberapa cara untuk mengurangi stres[2, 3]:

  • Latihan biofeedback

Teknik ini mengajarkan cara mengendalikan respon tubuh tertentu yang dapat membantu mengurangi rasa sakit.

Selama sesi biofeedback, pasien dihubungkan pada alat yang memantau dan memberikan umpan balik pada fungsi tubuh seperti tegangan otot, laju jantung, dan tekanan darah.

Selanjutnya pasien akan belajar cara menurunkan tegangan otot dan memperlambat laju jantung serta pernapasan.

  • Terapi perilaku kognitif

Terapi ini termasuk jenis terapi bicara yang dapat membantu dalam mengatasi stres dan menurunkan frekuensi serta tingkat keparahan sakit kepala.

  • Teknik relaksasi lainnya

Berbagai teknik relaksasi dapat membantu meringankan gejala sakit kepala tegang, seperti meditasi, yoga, terapi pijat, pernapasan dalam, atau hipnoterapi.

Selain teknik penanganan stres, menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah terjadinya sakit kepala tegang. Berikut beberapa kiat yang dapat diterapkan[2, 3]:

  • Istirahat dan tidur yang cukup

Cukup beristirahat memudahkan tubuh untuk menghadapi stress.

  • Mengatasi stres

Usahakan untuk melakukan aktivitas secara terencana. Stres dapat diatasi menjaga ketenangan, atau dengan teknik penanganan stres seperti meditasi.

  • Memberikan waktu untuk diri sendiri

Meluangkan waktu untuk istirahat dari rutinitas dan melakukan hal-hal yang membuat santai atau hobi dapat membantu menurunkan ketegangan dan stress.

  • Berolahraga secara teratur

Olahraga yang ideal dilakukan setidaknya 30 menit 5 kali seminggu. Olahraga dapat menjaga keburgaran tubuh dan membantu meringankan stres.

  • Memperbaiki postur tubuh

Postur yang baik dapat membantu meringankan tegangan otot. Misalnya ketika duduk, pastikan paha paralel dengan lantai, serta kepala dan leher tidak slump ke depan.

  • Konsumsi air putih yang cukup

Dehidrasi atau kekurangan cairan dapat mengarah pada sakit kepala tegang. Konsumsi air putih dianjurkan hingga 8 gelas per hari, bahkan jika tidak merasa haus.

  • Makan secara teratur dengan menu seimbang

Melewatkan makan dapat mengarah pada sakit kepala yang berdenyut-denyut. Sebaiknya makan pada jam yang sama setiap hari.

  • Membatasi konsumsi kafein dan alkohol

Konsumsi kafein dan alkohol berlebihan dapat memicu sakit kepala.

  • Pendukung emosi

Menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih dapat membantu meringankan stress. Jika diperlukan, dapat mengunjungi terapis untuk mengatasi kecemasan ataupun depresi.

  • Membuat catatan jurnal

Jurnal atau diary dapat membantu mengidentifikasi pemicu sakit kepala tegang. Jurnal dapat diisi dengan catatan mengenai menu makanan yang dikonsumsi, aktivitas, dan situasi tertentu yang dapat memicu stres.

Beri tanda pada hari di mana sakit kepala kambuh. Setelah beberapa minggu atau bulan, dapat diidentifikasi hubungan dan faktor pemicu kondisi.

1. Anonim. Tension Headache. Harvard Health Publishing, Harvard Medical School; 2018.
2. Anonim. Tension Headache. Mayo Clinic; 2019.
3. Anonim. Tension Headache. WebMD; 2020.
4. Debashish Chowdhury. Tension Type Headache. Annals of Indian Academy of Neurology; 2012.
5. Anonim. Tension Headache. John Hopkins Medicine; 2020.
6. Michelle Blanda, MD. Tension Headache. Medscape; 2017.
7. Valencia Higuera, reviewed by Alana Biggers, MD, MPH. Tension Headache. Healthline; 2020.

Share