Penyakit & Kelainan

10 Cara Mengatasi Mual Karena Haid

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Haid identik dengan kondisi kram perut, namun sebenarnya beberapa wanita juga berpotensi mengalami mual [1].

Mual ini berasal dari hormon prostaglandin yang tubuh hasilkan selama haid [2,3].

Hormon prostaglandin sebagian besar akan keluar bersama darah haid dari dalam tubuh, namun sebagian masuk ke peredaran darah dan menyebabkan mual, diare, muntah, hingga sakit kepala [1,2,3].

Walau tidak berbahaya bagi kesehatan wanita saat haid, mual akan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari [2,3].

Oleh sebab itu, perhatikan beberapa cara mengatasi mual karena haid seperti berikut untuk kenyamanan menjalani aktivitas selama haid.

1. Peregangan

Peregangan dapat membantu supaya rasa mual maupun kram bisa berkurang secara alami [3,4,5,6,7].

Meregangkan tubuh secara perlahan dalam intensitas yang rendah bisa mengurangi ketidaknyamanan pada perut [3,4,5,6,7].

Selain itu, peregangan juga dapat mengurangi peradangan maupun stres yang tubuh hasilkan sebagai reaksi sehingga mual ikut mereda [6,7].

Selain itu, melakukan peregangan membantu merilekskan otot-otot tubuh yang tegang sehingga menjalani masa menstruasi menjadi lebih ringan [4,6,7].

2. Konsumsi Jahe

Jahe tidak hanya berguna ketika tubuh sedang masuk angin atau kedinginan.

Jahe dapat meredakan rasa mual, termasuk mual yang disebabkan oleh siklus haid [3,4,8,9].

Mual saat haid bisa terjadi karena peningkatan kadar estrogen dalam tubuh di mana peningkatan prostaglandin pun ikut terjadi karenanya [4,8,9].

Oleh sebab itu, mual menjadi keluhan normal yang wanita alami selama haid [4,8,9].

Dan dengan mengonsumsi jahe, kadar prostaglandin dapat berkurang dan perut akan terasa nyaman kembali [4,8,9].

Selain itu, mual saat haid bisa disebabkan oleh proses pengosongan perut yang membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya akibat gangguan pencernaan [10].

Dengan mengonsumsi jahe, waktu proses pengosongan perut dapat lebih singkat [10].

Minum teh jahe hangat atau makan biskuit rasa jahe memberi efek yang sama terhadap rasa mual [10].

3. Makanan Hambar

Untuk mengatasi mual karena haid, makanan-makanan hambar seperti roti bakar kering dan keripik atau biskuit bisa dikonsumsi [3].

Nasi, saus apel, dan pisang juga merupakan asupan penting untuk meredakan rasa mual secara efektif [4,11].

Makanan-makanan hambar, terutama bertekstur lembut akan lebih mudah untuk tubuh menyernanya [4,11].

Jadi saat merasakan mual, hindari makanan-makanan yang memiliki aroma maupun rasa terlalu kuat [3].

Makanan-makanan berlemak atau berminyak tinggi juga sebaiknya dihindari sementara agar tidak memperburuk mual [3,4].

Pilih jenis makanan sesuai dengan tingkat toleransi tubuh dan yang dianggap efektif dalam meredakan gangguan pencernaan seperti mual [3,4].

Pastikan pula tidak mengonsumsi makanan yang bisa memicu kenaikan asam lambung supaya mual tidak terjadi semakin hebat [3,4].

4. Konsumsi Peppermint

Baik minuman maupun permen peppermint bisa dikonsumsi untuk membuat rasa mual segera berkurang [3,4,12].

Peppermint bermanfaat merilekskan otot secara alami berkat kandungan menthol-nya sehingga rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada perut selama haid dapat mereda [3,4,12].

5. Asupan Omega-3

Penghilang mual lainnya adalah segala makanan yang mengandung asam lemak omega-3 tinggi [4,13,14].

Asupan omega-3 memiliki sifat anti-inflamasi atau antiradang dan komponen ini yang akan menetralisir kadar hormon prostaglandin [4.13,14].

Minyak ikan, ikan sarden dan ikan salmon adalah ikan-ikan dengan kandungan asam lemak omega-3 tinggi, begitu pula dengan biji rami, biji chia, dan kacang kenari [4.13.14].

6. Asupan Magnesium

Mineral penting yang tubuh perlu dapatkan secara cukup agar mual saat haid berkurang adalah magnesium [4,15].

Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa mineral magnesium bermanfaat sebagai penenang otot alami, terutama bagian panggul [15].

Oleh sebab itu, mengonsumsi makanan bermagnesium tinggi bagi wanita akan sangat membantu, terutama di kala haid sebagai pereda kram dan kontraksi [15].

Magnesium juga bersifat anti-inflamasi yang akan mengurangi efek inflamasi dari peningkatan hormon prostaglandin [4,15].

Mencukupi kebutuhan magnesium tubuh dapat mencegah maupun mengatasi rasa mual maupun nyeri haid [4].

7. Udara Segar

Saat mual melanda dan tidak dapat mengonsumsi apapun karena situasi dan kondisi tertentu, coba untuk memperoleh udara segar [3].

Membuka jendela dan duduk atau berdiri di sana agar terkena udara dapat membantu mengurangi rasa mual [3].

8. Kompres Dingin

Sebagai pereda mual, kompres dingin juga merupakan cara sederhana yang bisa dilakukan [3].

Basahi kain atau handuk bersih, kompreskan ke area dahi; cara ini diketahui efektif menghilangkan mual sedikit demi sedikit [3].

9. Obat Antimual

Obat antimual yang bisa dibeli di apotek atau toko obat terdekat juga bisa menjadi cara terbaik untuk menghilangkan mual saat haid [3].

Obat antimual sebaiknya digunakan apabila beberapa cara mandiri di atas kurang memberikan efek [3].

10. Akupresur

Akupresur adalah pengobatan alternatif asal Tiongkok yang menitikberatkan pada titik-titik tertentu pada tubuh yang terhubung dengan sistem atau jaringan tubuh tertentu [16].

Mirip dengan akupunktur, proses akupresur dilakukan dengan memberi tekanan pada titik-titik permukaan tubuh disesuaikan dengan lokasi tubuh yang nyeri atau tidak nyaman [16].

Alat bantu pada akupresur bukan jarum seperti pada akupunktur, melainkan kayu tumpul atau siku terapis yang ditekan ke titik permukaan tubuh tadi [16].

Guna akupresur adalah untuk merileskan tubuh, menstimulasi sistem saraf dan memperlancar aliran darah [4,16].

Banyak masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan menempuh akupresur, salah satunya adalah mual karena haid [4,16].

16 dari 23 hasil studi mengenai keterkaitan antara akupresur dengan mual menunjukkan bahwa akupresur bisa mengurangi mual maupun mengatasi muntah-muntah [17].

Cara mengatasi mual karena haid cukup mudah, namun bila mual disertai muntah terus-menerus, demam, sakit kepala hingga diare, segera periksakan diri ke dokter.

1. Ana Abreu-Sánchez, María Laura Parra-Fernández, María Dolores Onieva-Zafra, Juan Diego Ramos-Pichardo, & Elia Fernández-Martínez. Type of Dysmenorrhea, Menstrual Characteristics and Symptoms in Nursing Students in Southern Spain. Healthcare (Basel); 2020.
2. D V Jensen, K B Andersen, & G Wagner. Prostaglandins in the menstrual cycle of women. A review. Danish medical bulletin; 1987.
3. Debra Sullivan, Ph.D., MSN, R.N., CNE, COI & Hana Ames. Nausea during period: Causes, treatments, and prevention. Medical News Today; 2020.
4. Composed Nutrition. 9 Natural Remedies for Period Nausea. Composed Nutrition; 2020.
5. Z Abbaspour, M Rostami, & Sh Najjar. The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea. Journal of Research in Health Sciences; 2006.
6. Zahra Mohebbi Dehnavi, Farzaneh Jafarnejad & Zahra Kamali. The Effect of aerobic exercise on primary dysmenorrhea: A clinical trial study. Journal of Education and Health Promotion; 2018.
7. Mike Armour, Caroline A Smith, Kylie A Steel & Freya Macmillan. The effectiveness of self-care and lifestyle interventions in primary dysmenorrhea: a systematic review and meta-analysi. BMC Complementary Medicine and Therapies; 2019.
8. Iñaki Lete & José Allué. The Effectiveness of Ginger in the Prevention of Nausea and Vomiting during Pregnancy and Chemotherapy. Integrative Medicine Insights; 2016.
9. Hajar Adib Rad, Zahra Basirat, Fatemeh Bakouei, Ali Akbar Moghadamnia, Soraya Khafri, Zeynab Farhadi Kotenaei, Maryam Nikpour & Somayeh Kazemi. Effect of Ginger and Novafen on menstrual pain: A cross-over trial.
Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology; 2018.
10. Ming-Luen Hu, Christophan K Rayner, Keng-Liang Wu, Seng-Kee Chuah, Wei-Chen Tai, Yeh-Pin Chou, Yi-Chun Chiu, King-Wah Chiu, & Tsung-Hui Hu. Effect of ginger on gastric motility and symptoms of functional dyspepsia. World Journal of Gastroenterology; 2011.
11. Sara-Bethany S. Weir & Hossein Akhondi. Bland Diet. National Center for Biotechnology Information; 2021.
12. Seyedeh Zahra Masoumi, Horieh Rezvani Asl, Jalal Poorolajal, Mohammad Hosseini Panah & Seyedeh Reyhaneh Oliaei. Evaluation of mint efficacy regarding dysmenorrhea in comparison with mefenamic acid: A double blinded randomized crossover study. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research; 2016.
13. Ning Lin, Jiao-Jiao Shi, Yun-Ming Li, Xin-Yan Zhang, Yi Chen, Philip C Calder & Li-Jun Tang. What is the impact of n-3 PUFAs on inflammation markers in Type 2 diabetic mellitus populations?: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Lipids in Health and Disease; 2016.
14. Samira Behboudi-Gandevani, Fatemeh-Zahra Hariri & Lida Moghaddam-Banaem. The effect of omega 3 fatty acid supplementation on premenstrual syndrome and health-related quality of life: a randomized clinical trial. Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology; 2018.
15. James J DiNicolantonio, James H O'Keefe & William Wilson. Subclinical magnesium deficiency: a principal driver of cardiovascular disease and a public health crisis. Open Heart; 2018.
16. Victoria Clayton & Lenore Cangeloso, L.Ac. M.S.A.Om. Acupuncture Vs. Acupressure: What’s The Difference?. Forbes; 2022.
17. Eun Jin Lee & Susan K Frazier. The efficacy of acupressure for symptom management: a systematic review. Journal of Pain and Symptom Management; 2011.

Share