Tinjauan Medis : dr. Jessica S. Raditia, MDCH, RPSGT
Diazepam tidak disarankan untuk diberikan pada pasien dengan riwayat penyakit pernafasan seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) serta OSA (Obstructive Sleep Apnea), glaukoma sudut tertutup, resiko
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang digunakan untuk meringankan kecemasan, detoksi alkohol, dan kejang.[1]
Daftar isi
Berikut info mengenai diazepam, mulai dari indikasi hingga peringatan:[2,3,4]
Indikasi | Meringankan penyakit ringan hingga berat seperti kecemasan, detoksi alkohol, dan kejang. |
Kategori | Resep dokter. |
Konsumsi | Dewasa dan anak-anak. |
Administrasi | Dikonsumsi setelah makan. |
Bentuk | Kaplet, sirup, suntik, suppositoria (kaplet yang dimasukkan ke dalam dubur). |
Kontradiksi | Tekanan darah sistolik < 100 mmHg, gangguan pernapasan, paru-paru, glokoma sempit, kejiwaan akut, Tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, menyusui, dan bayi < 6 bulan. |
Perhatian Khusus | Bukan untuk mengobati nyeri otot karena flu, rematik, sakit punggung dan pinggang, radang kandung lendir, sindrom lengan-bahu. Bukan untuk penggunaan jangka panjang depresi berat atau kecenderungan bunuh diri, hipersensitif terhadap aspirin, gangguan CV, epilepsy, kelainan darah, dan kehamilan. |
Diazepam adalah obat keras yang memerlukan resep dokter untuk dapat menggunakannya. Obat ini hanya dapat digunakan untuk perawatan jangka pendek. Beberapa contoh pengunaan diazepam adalah untuk:[2]
Pemberian diazepam dibagi menjadi tiga, yaitu dewasa, lansia, dan anak-anak.[2][4]
Oral/Diminum | Kesulitan tidur karena kecemasan: 5-15 mg saat akan tidur. |
Kejang: 2-60 mg setiap hari dengan pembagian dosis. | |
Premedikasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis minor: 5-20 mg. | |
Kejang otot: 2-15 mg setiap hari dengan pembagian dosis, dapat ditingkatkan menjadi 60 mg/hari jika bertambah parah. | |
Kecemasan akut: 2-10 mg 2-4 kali sehari tergantung keparahan gejala. | |
Sindrom untuk penarikan alkohol: 5-20 mg, dapat diulang 2-4 jam jika perlu. Atau 10 mg 3-4 jam selama 24 jam pertama, kurangi menjadi 5 mg 3-4 jam sehari sesuai kebutuhan. | |
Parenteral/Injeksi | Kecemasan hebat: 2-10 mg injeksi IM atau IV lambat, ulangi setelah 4 jam. |
Kejang otot: 5-10 mg injeksi IM atau IV lambat, dapat diulangi setelah 4 jam. Kejang otot karena tetanus: awalnya 0,1-0,3 mg/kg melalui injeksi IV lambat (1 ml/menit), dapat diulangi setelah 1-4 jam atau Infus IV 3-10 mg/kg selama 24 jam. Dosis dapat ditingkatkan tergantung beratnya kasus. | |
Premedikasi sebelum anestesi: 10-20 mg, dosis dapat ditingkatkan berdasarkan respons klinik atau sesuai kebutuhan. | |
Sindrom untuk penarikan alkohol parah dengan delirium: 10-20 mg melalui injeksi IM atau IV, dosis dapat ditingkatkan tergantung keparahan. | |
Kejang: 10-20 mg melalui injeksi IM atau IV lambat (1 ml/menit) dapat diulangi 30-60 menit sesuai kebutuhan. Dapat diikuti infus lambat IV jika diindikasikan maksimal 3 mg/kg dalam 24 jam. | |
Rektal/Dubur | Kejang: 0,5 mg/kg dapat diulangi setiap 12 jam. Maksimal 30 mg. |
Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur bedah, medis minor, dan kecemasan parah 0.5 mg/kg dapat diulangi setiap 12 jam. Maksimal 30 mg. |
Oral/Diminum | Kesulitan tidur karena kecemasan: Kurangi setengah dari dosis dewasa. |
Kejang: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Premediasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis minor: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Kejang otot: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Kecemasan akut: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Sindrom untuk penarikan alkohol: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Parenteral/Injeksi | Kecemasan hebat: Kurangi setengah dari dosis dewasa. |
Kejang otot: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Premedikasi sebelum anestesi: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Sindrom untuk penarikan alkohol: Kurangi setengah dari dosis dewasa. | |
Rektal/Dubur | Kejang: Kurangi setengah dari dosis dewasa. |
Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur bedah, medis minor, dan kecemasan parah: 0.25 mg/kg dapat diulangi setiap 12 jam, maksimal 30 mg. |
Oral/Diminum | Premediasi sebelum anestesi, prosedur bedah dan medis minor: 2-10 mg. |
Kejang otot: 2-40 mg setiap hari dengan pembagian dosis. | |
Kecemasan akut: 1-2.5 mg 3-4 kali dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan dan toleransi. | |
Parenteral/Injeksi | Kejang otot: Sama dengan dosis orang dewasa. |
Premedikasi sebelum anestesi: 0.2 mg/kg injeksi lambat lebih dari 0.5 ml/menit. | |
Kejang: 1 bulan hingga kurang dari 5 tahun 0.2-0.5 mg melalui injeksi IM atau IV lambat setiap 2-5 menit. Maksimal 5 mg. Lebih dari 5 tahun 1 mg setiap 2-5 menit hingga maksimal 10 menit. Dapat diulangi dalam 2-4 jam jika perlu. | |
Rektal/Dubur | Kejang otot, premedikasi sebelum anestesi, prosedur bedah, medis minor, dan kecemasan parah: Lebih dari 1 tahun sama dengan orang dewasa. |
Seiring dengan manfaat yang didapat dari mengonsumsi diazepam, terdapat beberapa efek samping yang dapat dirasakan oleh penggunanya yaitu:[2]
Untuk mengetahui lebih detail tentang diazepam seperti cara penyimpanan, cara kerja, interasi dengan obat lain hingga makanan berikut datanya:[2]
Penyimpanan | Simpan di suhu di bawah 25oC dan lindungi dari cahaya |
Cara Kerja | Deskripsi: Diazepam adalah benzodiazepine yang memberikan efek ansiolitik (gangguan mental), antikonvulsan (menstabilkan rasangan sel saraf untuk mengatasi kejang), pelemas otot dan amnesia. Onset: untuk kasus kejang diperlukan 1-3 menit melalui injeksi IV dan 2-10 menit melalui dubur. Durasi: untuk kasus kejang diperlukan 15-30 menit farmakokinetik. Penyerapan: mudah diserap oleh tubuh melalui saluran pencernaan atau dubur. Jika mengonsumsi makanan berlemak sedang penyerapan akan menurun. Waktu yang diperlukan untuk memuncak konsentrasi plasma: sekitar 30-90 menit (oral), sekitar 1 menit (injeksi IV) dan 0,25-2 jam (injeksi IM). Distribusi: melintasi penghalang darah-otak dan plasenta kemudian didistribusikan ke depot dan jaringan lemak juga melalui ASI. Volume Distribusi: 1.1 L/kg (oral) 1.2 L/kg (injeksi IV), 1 L/kg (dubur). Pengikatan Protein Plasma: 98% (oral), 95-98% (dubur). Metabolisme: dimetabolisme di hati melalui dimetilasi N oleh CYP3A4 dan CYP2C19 ke N- desmethyldiazepam, hroksilasi oleh CYP3A4 ke temazepam dan selanjutnya dimetabolisme menjadi oxazepam. Ekskresi: melalui urine (terutama sebagai konjugat glukoronida). Paruh Eliminasi: 44-48 jam (oral), 33-45 jam (injeksi IV), sekitar 60-71 jam (injeksi IM), dan 45-46 jam (dubur). |
Interaksi Dengan Obat Lain | Efek potensial dengan agen yang bertindak terpusat (misalnya: antipsikotik, ansiolitik, antikonvulsan, antihistaman, inhibitor MAO, anestesi barbiturate). Efek sedatif ditingkatkan dengan obat lain seperti lofexidine, nabilone, dan disulfiram. Mengurangi tindakan pembersihan dan potensiasi dengan inhibitor CYP3A4 (misalnya: simetidin, idoniazid, eritromisin, omeprazole, ketkonazol). Peningkatan metabolisme dan pembersihan induser CYP3A4 (misalnya: rifampisin, carbamazepine, fenition). Efek antagonis dengan teofilin. Keterlambatan penyerapan dengan antasida berpotensi fatal apabila: pengguna mengonsumsi opioid (penghilang rasa sakit) secara bersamaan, dan dapat menyebabkan sedasi, masalah pernapasan, koma, dan kematian. |
Interaksi Dengan Makanan | Mengurangi efek adatif dan ansiolitik dengan kafein. Peningkatan konsentrasi plasma dengan jus anggur atau dengan memakan buah anggur langsung. Konsentrasi serum menurun dengan St. John’s Wort. Efek depresan SPP yang ditingkatkan dengan alkohol. |
Overdosis | Gejala: Ataksia, kantuk, disartria, sedasi, kelelahan otot, tidur, hipotensi, gelisah, nystagmus, kebingungan. Kasus yang parah dapat menyebabkan ataksia, depresia kardiorespirasi, koma hingga kematian, walaupun jarang terjadi. Manajemen: Pengobatan yang mendukung untuk meredakan gejala. Berikan cairan injeksi IV, ventilasi yang cukup dan pernapasan yang baik. Pemberian arang aktif dalam waktu 1 jam setelah konsumsi. Jika terjadi hipotensi angkat kaki dan berikan cairan yang sesuai, memberikan agen α-adrenergik seperti norepinefrin untuk mengurangi resistensi vaskulas sistemik. Flumazenil dapat digunakan untuk mengembalikan efek sedatif asalkan tindakan yang dilakukan tepat. |
Pengaruh Pada Hasil Lab. | Dapat mengakibatkan glukosa urine negative-palse ketika menggunakan Clinistix® atau Diastix®. |
Apakah diazepam boleh dikonsumsi ibu hamil?
Diazepam adalah obat kategori D atau tidak aman dikonsumsi ibu hamil dan menyusui. Pada ibu hamil dapat menyebabkan bahaya pada janin, sedangkan pada ibu menyusui dapat menyebabkan berat badan turun, perubahan elektroensefalogram konsisten dengan pengaruh sedatif/kantuk.[2][5]
Bolehkah diazepam dikonsumsi tanpa resep dokter?
Diazepam adalah golongan obat psikotropika (golongan benzodiazepine, salah satu komponen pengecekan pada tes narkoba) dan harus menggunakan resep dokter jika mengonsumsinya. Pembelian obat ini secara online adalah illegal karena membahayakan dan dapat menyebabkan ketergantungan.[5]
Kapan boleh mengonsumsi diazepam?
Penggunaan diazepam harus menggunakan petunjuk dan pengawasan dokter yang memberikan obat tersebut.[2]
Berapa lama efek diazepam akan hilang?
Waktu yang dibutuhkan obat untuk berada di dalam tubuh tergantung dosis, efek puncak dari mengonsumsi diazepam pada kebanyakan orang adalah 1-1.5 jam. Diazepam dimetabolisme menjadi metabolit aktif dan efeknya bertahan selama 24 jam dan jika mengonsumsi dalam jangka panjang obat tersebut akan terakumulasi dalam tubuh.[6]
Apa efek dari diazepam?
Terdapat beberapa efek samping dari penggunaan diazepam yaitu: mual, mengantuk, pusing, gemetar, lemas, gelisah, gangguan penglihatan, dan lainnya. Jika sudah mengalami halusinasi sebaiknya hentikan penggunaan obat dan segera konsultasi dengan dokter.[5]
Berikut beberapa obat bermerek yang mengandung diazepam:[5]
Contoh Obat Diazepam |
Diastat AcuDial |
Diastat Pediatric |
DiazePAM Intensol |
Valium |
Valtoco 10 MG Dose |
Valtoco 15 MG Dose |
Valtoco 20 MG Dose |
Valtoco 5 MG Dose |
1. Anonim. Diakses 2020. Pubchem, National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Diazepam
2. Anonim. Diakses 2020. Mims Indonesia. Diazepam
3. Jaberpreet S. Dhaliwal., Abdolreza Saadabadi. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health. Diazepam
4. Anonim. Diakses 2020. Webmd com. Diazepam
5. Sanjai Sinha, MD. 2019. Drugs com. Diazepam
6. Carmen Fookes, BPharm. 2019. Drugs com. Diazepam: 7 things you should know