Daftar isi
Fistula merupakan saluran abnormal di antara dua ruang anatomik atau suatu saluran yang mengarah dari suatu rongga atau organ internal ke permukaan tubuh. Fistula dapat merupakan bawaan lahir atau berkembang selama kehidupan (acquired) dan dapat terjadi pada bagian-bagian tubuh yang berbeda[1, 2].
Fistula oral ialah fistula yang terletak/berkembang di bagian rongga mulut. Fistula oral dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan lokasinya, antara lain fistula kelenjar ludah, fistula oral antral, fistula oral nasal, dan fistula orokutaneus[1].
Istilah fistula dan sinus dapat digunakan dengan saling tukar. Saluran sinus didefinisikan sebagai jalur abnormal yang berasal atau berujung pada satu lubang[1].
Fistula orofasial merupakan saluran patologis antara permukaan kutaneus wajah dan rongga mulut. Jenis fistula ini tidak umum terjadi, namun saluran sinus intraoral akibat infeksi gigi termasuk umum. Infeksi gigi, lesi pada kelenjar ludah, neoplasma, dan lesi yang berkembang dapat menyebabkan fistula kutaneus oral, fistula pada leher, dan fistula intraoral[1].
Suatu studi menunjukkan bahwa fistula kutaneus odontogenik paling banyak dialami oleh kelompok usia 51 tahun (lebih dari 28%). Rasio prevalensi antara wanita dan pria ialah 1,14:1[3].
Sebagian besar kasus fistula oral disebabkan oleh infeksi periapikal dental kronis atau abses dentoalveolar[3].
Abses dentoalveolar berasal dari perpanjangan atau kelanjutan langsung dari pulpitis ireversibel akut yang menyebar lebih jauh dari apex gigi. Abses dentoalveolar juga dapat disebabkan oleh bertambah buruknya perioditis apikal atau granuloma periapikal kronis[1].
Fistula oral yang terbentuk akibat invasi bakteri pada pulpa gigi yang mengakibatkan periodontitis apikal disebabkan oleh lesi karies, cedera, atau faktor lain. Kondisi ini terjadi ketika pulpa menjadi nekrotik, dan infeksi menyebar ke dalam bagian periradikuler. Infeksi kemudian mengarah pada resorpsi tulang dan memotong sepanjang jalur dengan resistensi paling kecil dari ujung akar hingga akhirnya menembus melalui kulit[3].
Penyebab lain dari fistula oral ialah osteonekrosis rahang terkait pengobatan. Jenis obat bifosfat dan obat antiresorptif lainnya, serta obat anti angiogenik intravena dilaporkan menginduksi osteonekrosis rahang[3].
Fistula traumatik dapat terjadi akibat cedera atau perbaikan bedah. Fistula oral juga dapat disebabkan oleh komplikasi implan gigi, seperti infeksi dan respon inflamasi[3].
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya fistula oral[4]:
Gejala fistula meliputi gejala yang timbul akibat kondisi penyebab fistula, seperti infeksi dan inflamasi. Berikut beberapa gejala yang dapat dialami pada pasien fistula oral[3, 4]:
Fistula oral dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Fistula kelenjar ludah termasuk langka kecuali dengan mukosel kelenjar ludah minor. Ludah (saliva) dari kelenjar ludah atau saluran yang rusak mencari jalur dengan ketahanan minimal tapi jarang keluar melalui kulit atau mukosa[1].
Fistula kelenjar ludah dapat disebabkan oleh infeksi yang biasanya dipicu oleh cedera, mikroorganisme, neoplasma, xerostomia, imunosupresi, dan gizi buruk. Selain itu, fistula kelenjar ludah juga dapat diakibatkan oleh operasi dan terapi radiasi[1].
Fistula dentoalveolar ialah jalur patologis di antara rongga mulut dan tulang alveolar. Fistula dentoalveolar umumnya disebabkan oleh kista yang terinfeksi, fraktur rahang bawah atau rahang atas, inflamasi periodontal, gigi nekrotik, dan cedera[2].
Penyebab paling umum ialah nekrosis pulpal dan periodontitis apikal[1].
Gigi nekrotik biasanya diakibatkan oleh riwayat cedera, pembusukan gigi, penyakit periodontal, atau Gerakan gigi ortodontik. Ketika pulpa gigi menjadi nekrotik, saluran akar dapat menjadi tempat kolonisasi bakteri. [2]
Jika tidak dilakukan penanganan, infeksi dapat menyebar ke dalam bagian periradikuler, mengakibatkan periodontitis apikal dan mengikuti jalur dengan ketahanan paling minimal pada tulang dan jaringan lunak[2].
Fistula oronasal ialah saluran yang terbentuk secara tidak alami mengarah dari rongga mulut ke rongga hidung. Umumnya fistula oronasal terbentuk akibat reseksi tumor. Namun fistula juga dapat terbentuk akibat komplikasi dari bedah rekonstruktif bibir sumbing dan langit-langit mulut sumbing[2].
Risiko terbentuknya fistula oronasal sebanding dengan semakin parahnya kondisi bibir sumbing. Beberapa faktor penyebab pembentukan fistula setelah operasi meliputi infeksi, formasi hematoma, nekrosis flap, oklusi yang tidak memadai, atau tekanan berlebih pada bagian perbaikan bibir sumbing[2].
Pembentukan fistula oroantral dapat disebabkan oleh malunion fraktur dentoalveolar atau zygomatik. Selain itu, fistula oroantral juga dapat disebabkan oleh infeksi spesifik atau kronis[2].
Penyebab paling umum fistula oral antral ialah ekstraksi gigi. Sebesar 50% dari kasus fistula oral antral disebabkan oleh ekstraksi gigi geraham pertama rahang atas. Sementara 50% lagi disebabkan oleh ekstraksi gigi geraham kedua dan ketiga molar rahang atas. Prior to ekstraksi, infeksi pada gigi tersebut dapat membentuk hubungan dengan antrum[1].
Fistula kutaneus oral atau orofasial ialah saluran patologis di antara permukaan kutaneus pada wajah dan rongga mulut. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah estetika akibat keluarnya air ludah dari rongga mulut ke wajah secara terus menerus[2].
Sebagian besar kasus fistula kutaneus oral disebabkan oleh fistula orokutaneus odontogenik, yang mana terbentuk akibat invasi bakteri pada pulpa gigi yang mengarah pada apikal periodontitis[3].
Infeksi gigi kronis dapat mengakibatkan fistula kutaneus odontogenik yang mana dapat terjadi secara intraoral atau ekstraoral. Ketika penanganan ditunda, pulp dapat menjadi nekrotik dan dapat terjadi periodontitis apikal. Kondisi ini menyebabkan resorpsi tulang yang dapat mengarah pada pembentukan fistula orokutaneus odontogenik[2].
Penyebab lain dari fistula kutaneus oral ialah osteoonekrosis rahang terkait obat (medication-related osteonecrosis of the jaw/MRONJ). Obat jenis bifosfat dan obat antiresoptive lainnya diberikan secara intravena pada pasien dengan penyakit tulang tertentu. Bifosfat merupakan inhibitor resorpsi tulang, menghambat aktivitas osteoklas dan menurunkan suplai oksigen vaskuler[1].
Risiko berkembangnya MRONJ meningkat pada pasien dengan kanker tulang, pasien yang menerima terapi dexamethasone, dan terapi bifosfat intravena. Faktor dental/oral yang meningkatkan risiko MRONJ meliputi abses, penyakit periodontal, karies gigi, eksostosis dan tori, dan ekstraksi gigi[1].
Fistula kutaneus oral juga dapat disebabkan oleh kanker, inflamasi atau cedera/trauma. Fistula traumatik dapat terjadi akibat cedera atau bedah perbaikan pada bagian di mana jaringan epitel permukaan epidermal dan mukosa membatasi dinding fistula. Fistula jenis traumatik tidak berkaitan dengan peradangan, kecuali jika terjadi infeksi[1].
Fistula oral dapat mengarah pada timbulnya komplikasi berikut[4]:
Diagnosis fistula meliputi pemeriksaan riwayat kesehatan dan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami pasien. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada kepala dan leher, meliputi perabaan nodus limfa kepala dan leher. Hal ini diperlukan untuk mengkonfirmasi infeksi dental atau infeksi dermatologis dan neoplasma lain[1, 4].
Selain itu, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk pemeriksaan lebih lanjut, antara lain[3]:
Pengobatan atau penanganan fistula oral bergantung pada tingkat keparahan kondisi. Fistula kecil yang menimbulkan gangguan minimal penanganannya dapat ditunda selama beberapa tahun atau bahkan dibiarkan tanpa penanganan[1, 2].
Penanganan fistula oral dapat dilakukan melalui:
Jika terdapat infeksi, maka diperlukan pengeringan cairan untuk menurunkan jumlah mikroba dan mengurangi substrat tempat tumbuhnya mikroba. Kemudian diberikan antibiotik untuk menghilangkan mikroba penyebab infeksi[1].
Berikut beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan[1]:
Untuk mengatasi infeksi serius pada wajah dan orbital dapat digunakan obat intravena, meliputi nafcillin, cefazolin, ceftriaxone, vancomycin, levofloxacin, dan beta-lactam/beta-lactamase inhibitor[1].
Pasien dengan fistula kutaneus atau saluran sinus memerlukan pemantauan jangka panjang mengingat adanya potensi untuk terjadinya infeksi. Pasien dapat memerlukan perawatan suportif[1].
Terbentuknya fistula tidak selalu dapat dicegah. Meski demikian deteksi dini masalah gigi dan perawatan gigi pencegahan dapat mencegah terbentuknya fistula kutaneus oral. Menjaga kebersihan gigi dan rongga mulut dan menghindari atau mencegah cedera dapat mencegah pembentukan fistula oral[1].
1. James E Cade, DDS, FACD. Oral Cutaneous Fistula. Medscape; 2017.
2. Erol Cansiz, Alper Gultekin, Melek Koltuk and Sirmahan Cakarer. Treatment of Oral Fistula. Intechopen; 2016.
3. Chouk C, Litaiem N. Oral Cutaneous Fistula. [Updated 2021 May 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
4. James E Cade, DDS, FACD. Oral Cutaneous Fistula Clinical Presentation. Medscape; 2017.