Penyakit & Kelainan

Hipertensi Intrakranial Idiopatik : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Hipertensi Intrakranial Idiopatik?

Hipertensi Intrakranial Idiopatik ( img : LabMedica )

Hipertensi intrakranial idiopatik merupakan sebuah gangguan kesehatan di mana tekanan intrakranial meningkat namun penyebabnya tak diketahui secara jelas [1,2,3,4,7].

Hipertensi intrakranial benigna atau pseudotumor cerebri merupakan istilah lain untuk menyebut hipertensi intrakranial idiopatik [2,3,4].

Kondisi ini kerap dianggap sebagai tumor otak karena gejalanya memiliki kemiripan [2,3].

Saraf optik dapat mengalami bengkak karena tekanan intrakranial yang terus meningkat di mana hal ini mampu berujung pada kebutaan jika penderita tidak segera memeriksakan dan mendapat penanganan [1,2,4].

Tinjauan
Hipertensi intrakranial idiopatik atau pseudotumor cerebri adalah tekanan intrakranial yang meningkat tanpa adanya penyebab.

Fakta Tentang Hipertensi Intrakranial Idiopatik

  1. Walau tak menutup kemungkinan anak-anak dan pria bisa menderita hipertensi intrakranial idiopatik atau pseudotumor serebri, wanita memiliki potensi jauh lebih besar, khususnya usia 20-44 tahun dengan prevalensi 19,3 per 100.000 jiwa setiap tahunnya [1].
  2. Prevalensi tersebut adalah untuk para wanita yang memiliki berat badan 20% lebih dari berat badan ideal mereka [1].
  3. Untuk prevalensi kasus hipertensi intrakranial idiopatik pada wanita usia antara 15-44 tahun adalah 3,5 per 100.000 jiwa setiap tahun [1].
  4. Prevalensi dari populasi global untuk hipertensi intrakranial idiopatik adalah 0,9-1 per 100.000 jiwa di mana 90% dari prevalensi tersebut kasus terjadi pada wanita pasca pubertas (terjadi di usia subur) [1,2].
  5. Risiko hipertensi intrakranial idiopatik pada anak di bawah usia 12 tahun (sebelum pubertas) baik perempuan maupun laki-laki sama besar walau prevalensinya jauh lebih rendah dari wanita dewasa [1,2].
  6. Obesitas bukan faktor utama terkait hipertensi intrakranial idiopatik pada anak-anak usia kurang dari 12 tahun [1,2].
  7. Prevalensi hipertensi intrakranial idiopatik pada perempuan usia 12-16 tahun adalah 2,2 per 100.000 jiwa setiap tahun, sedangkan pada laki-laki usia 12-15 tahun adalah 0,8 per 100.000 jiwa [1].
  8. Untuk kasus hipertensi intrakranial sekunder, belum diketahui prevalensinya karena faktor penyebab yang lebih bervariasi disertai dengan ketersediaan hasil survei subyek yang terpublikasi masih kurang [2].
  9. Hal tersebut menjadi alasan mengapa data statistik untuk hipertensi intrakranial sekunder belum tersedia walaupun kondisi ini cukup banyak dijumpai [2].
  10. Di Indonesia, data prevalensi spesifik hipertensi intrakranial idiopatik belum diketahui jelas karena kasus ini tergolong jarang.

Jenis Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Hipertensi intrakranial terklasifikasi menjadi tiga jenis kondisi, yaitu [3,5] :

Akut

Pada kondisi akut, gejala biasanya terjadi secara tiba-tiba namun dan lebih terkait dengan hipertensi intrakranial sekunder [3,5].

Penyakit stroke atau cedera di kepala mampu menjadi sebab utama timbulnya gejala.

Kronik

Pada kondisi kronik, gejala berkembang secara perlahan dan berisiko memburuk [3,5].

Kondisi ini pun terkait dengan hipertensi intrakranial sekunder.

Ini karena masalah kesehatan tertentu mampu mendasari kemunculan dan perkembangan gejala kronik.

Idiopatik

Pada kondisi idiopatik, penyebab sama sekali tidak diketahui namun gejala dapat muncul, berkembang semakin buruk, maupun kambuh saat sudah diobati [1,2,3,4,5].

Tinjauan
Jenis kondisi hipertensi intrakranial terbagi menjadi tiga jenis, yakni akut, kronik dan idiopatik.

Penyebab Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Karena merupakan sebuah kondisi hipertensi intrakranial idiopatik, maka dengan adanya istilah idiopatik sebenarnya penyebab kondisi ini tak diketahui secara pasti.

Jika penyebabnya diketahui, maka biasanya istilah yang digunakan adalah hipertensi intrakranial sekunder dan bukan idiopatik.

Di dalam setiap tubuh manusia, ada cairan serebrospinal, yakni cairan yang mengelilingi sumsum tulang dan otak manusia.

Fungsi cairan serebrospinal adalah sebagai pelindung tulang belakang serta otak dari cedera yang mampu mengganggu atau merusak jaringan vital.

Otak adalah lokasi produksi cairan serebrospinal yang kemudian terserap ke dalam aliran darah yang mampu memberi tekanan pada otak secara terus-menerus.

Jika tekanan ini tidak segera diatasi, maka biasanya proses penyerapan cairan serebrospinal ke aliran darah akan terganggu.

Faktor Penyebab Hipertensi Intrakranial Kronik

Untuk kasus hipertensi intrakranial kronik, sejumlah kondisi medis seperti di bawah ini dapat menjadi penyebabnya [1,4,5,6].

  • Hidrosefalus
  • Ensefalitis
  • Meningitis
  • Tumor otak
  • Hematoma subdural kronik
  • Trombosis sinus vena serebri, yaitu penggumpalan darah di salah satu pembuluh vena otak.
  • Pembuluh darah abnormal, seperti malformasi arteriovenosa atau fistula arteriovenosa.
  • Malformasi Chiari
  • Vaskulitis
  • Kraniosinostosis

Faktor Risiko Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Walau penyebab pasti dari hipertensi intrakranial idiopatik belum diketahui jelas hingga kini, terdapat sejumlah faktor risiko yang perlu dikenali.

Faktor-faktor berikut mampu meningkatkan potensi seseorang dalam menderita hipertensi intrakranial idiopatik.

1. Obesitas

Hipertensi intrakranial idiopatik paling kerap dikaitkan dengan obesitas [1,2,3,4].

Wanita kelebihan berat badan di usia produktif atau usia subur memiliki risiko lebih tinggi dalam menderita hipertensi intrakranial idiopatik [1,2,3,4].

2. Penyakit Tertentu

Beberapa penyakit berikut kerap dikaitkan dengan hipertensi intrakranial sekunder, yaitu [2,3,4,7] :

3. Obat-obatan Tertentu

Pada kasus hipertensi intrakranial sekunder, kondisi ini juga kerap dikaitkan dengan penggunaan sejumlah jenis obat atau zat kimia seperti berikut [2,3,4,7] :

Tinjauan
Karena bersifat idiopatik, maka hipertensi intrakranial idiopatik atau pseudotumor cerebri tidak diketahui penyebab utamanya. Namun, obesitas merupakan kondisi yang utamanya dikaitkan dengan kondisi penyakit ini.

Gejala Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Walau penyebabnya tidak jelas diketahui, kondisi hipertensi intrakranial tetap perlu diwaspadai, terutama bila sudah menimbulkan keluhan-keluhan di bawah ini [1,2,3,4].

  • Mual yang terkadang disertai muntah.
  • Sakit kepala berat yang rasa nyerinya berasal dari belakang mata.
  • Penglihatan ganda.
  • Sulit untuk melihat ke arah samping.
  • Pusing
  • Nyeri di area punggung, leher, dan bahu.
  • Seperti melihat kilatan cahaya.
  • Kebutaan dengan episode singkat dan berdurasi beberapa detik (dapat dialami oleh satu sisi atau kedua sisi mata).
  • Terdapat sensasi suara berdesir atau berdesis di kepala yang suaranya bersamaan dengan detak jantung.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Jika gejala-gejala yang telah disebutkan mulai dialami, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

Gejala hipertensi intrakranial idiopatik dapat hilang dan timbul kembali secara tiba-tiba.

Bahkan ketika sudah diobati, gejala bisa timbul baik itu berbulan-bulan kemudian atau beberapa tahun kemudian.

Bila kekambuhan atau rekuren terjadi, secepatnya konsultasikan hal ini dengan dokter.

Tinjauan
Gejala-gejala yang umumnya timbul akibat hipertensi intrakranial idiopatik adalah mual yang terkadang disertai muntah, sakit kepala, pusing, penglihatan ganda, nyeri punggung, nyeri bahu, nyeri leher, kebutaan berdurasi singkat, hingga melihat kilatan cahaya.

Pemeriksaan Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa berikut perlu ditempuh oleh pasien :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Pemeriksaan fisik seperti pada umumnya menjadi metode diagnosa yang dokter lakukan pertama kali [1,3].

Hal ini kemudian disertai dengan pemeriksaan riwayat medis pasien melalui sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh dokter dalam menggali informasi pasien [1,3].

  • Pemeriksaan Mata

Jika dokter mencurigai adanya pseudotumor cerebri dari gejala yang dialami pasien, biasanya dokter akan merujukkan pasien ke dokter spesialis mata [1,2,3].

Dokter spesialis mata akan mencoba mencari tahu jenis bengkak khas yang menyerang saraf optik belakang mata pasien [1,3,4].

  • Uji Lapangan Visual

Metode pemeriksaan ini akan dokter terapkan untuk mengecek apakah pada penglihatan pasien terdapat titik kebutaan [1,2].

Tes pencitraan dalam hal ini juga diperlukan untuk khusus pengambilan gambar kondisi mata [8].

Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengukur ketebalan lapisan retina pasien [8].

  • Tes Pemindaian Otak

CT scan atau MRI scan adalah tes pemindaian yang dapat ditempuh oleh pasien untuk memeriksa kondisi otak [1,2,3,4,7].

Kedua tes ini akan membantu dokter dalam mengeliminasi adanya kemungkinan lain penyebab pseudotumor cerebri, seperti penggumpalan darah atau adanya tumor otak [1].

  • Lumbal Pungsi

Proses analisa cairan tulang belakang sekaligus pengukuran tekanan di dalam tengkorak dapat dilakukan melalui lumbal pungsi atau spinal tap [1,2,3,4,7].

Pengambilan sampel cairan serebrospinal akan dilakukan lalu dokter bawa ke laboratorium untuk proses pengujian sebelum hasilnya nanti akan dibicarakan dengan pasien.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan mata, uji lapangan visual, lumbal pungsi dan tes pemindaian otak merupakan metode-metode diagnosa pada pasien dengan gejala mengarah pada hipertensi intrakranial idiopatik.

Pengobatan Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Karena hipertensi intrakranial idiopatik tidak diketahui sebabnya secara jelas, biasanya pengobatan diberikan lebih mudah kepada pasien penderita hipertensi intrakranial sekunder.

Pengobatan akan diberikan oleh dokter dengan mempertimbangkan faktor penyebab apa saja yang memicunya seperti berikut.

Melalui Pengobatan Utama

  • Penurunan berat badan : Jika pasien mengalami hipertensi intrakranial idiopatik karena obesitas, maka menurunkan berat badan adalah salah satu cara terbaik menangani kondisi ini [1,2,3,4].
  • Berhenti dari penggunaan obat tertentu : Jika pemakaian obat tertentu justru memicu timbulnya gejala kondisi hipertensi intrakranial, maka berhenti menggunakan obat tersebut dapat menjadi solusi yang tepat (khususnya dalam hal ini adalah metode kontrasepsi seperti konsumsi pil KB) [4].
  • Penggunaan diuretik : Obat ini berguna dalam mengatasi kelebihan cairan dalam tubuh dan mengeluarkannya [1,3,4].
  • Penggunaan obat yang mengurangi produksi cairan serebrospinal pada otak [4].
  • Penggunaan steroid : Obat ini diresepkan oleh dokter untuk penggunaan jangka pendek yang akan meredakan sakit kepala sekaligus meminimalisir risiko kebutaan [1,2,4].
  • Menjalani pemeriksaan lumbal pungsi secara rutin : Jika pasien diminta untuk menempuh lumbal pungsi secara rutin, maka biasanya tujuannya adalah untuk menghilangkan cairan berlebih dari tulang belakang dan mengurangi tekanan di bagian otak [1,4].
  • Obat migrain : Dokter meresepkan obat ini bagi pasien yang mengalami sakit kepala hebat sehingga rasa nyerinya dapat berkurang [1,2].
  • Obat glaukoma : Acetazolamide adalah salah satu obat untuk glaukoma yang berfungsi sebagai pereda produksi cairan serebrospinal yang berlebihan; obat ini juga dapat diandalkan sebagai pereda gejala [1,2].

Melalui Prosedur Operasi

Jika serangkaian metode perawatan yang telah disebutkan tidak efektif, dokter kemungkinan besar merekomendasikan jalur operasi kepada pasien.

  • Operasi Shunt

Pada prosedur bedah ini, dokter akan memasukkan selang tipis fleksibel ke dalam rongga berisi cairan di dalam tengkorak atau tulang belakang [1,2,3,4,7].

Kelebihan cairan yang ada pada tulang belakang atau otak melalui selang ini akan dialihkan.

  • Pemasangan Stent Sinus Vena

Prosedur bedah lainnya yang mungkin diperlukan adalah venous sinus stenting atau proses pemasangan stent sinus vena yang sebenarnya sangat jarang diterapkan [2,4,9].

Dokter bedah akan meningkatkan aliran darah melalui pemasangan stent di salah satu vena besar di kepala pasien [9].

Namun untuk prosedur ini, efek samping sekaligus manfaatnya masih dipelajari lebih lanjut.

  • Fenestrasi Selubung Saraf Optik

Pada prosedur ini dokter bedah membuka jalan melalui sayatan pada membran yang mengelilingi saraf optik [2,3,4].

Tindakan ini adalah sebuah prosedur pembuangan cairan serebrospinal yang berlebihan.

Jika penglihatan pasien sempat terganggu, maka usai menjalani prosedur ini fungsi penglihatan akan membaik dan stabil.

Prosedur ini dipercaya mampu bermanfaat untuk fungsi kedua mata, hanya saja tak semua pasien hipertensi intrakranial idiopatik cocok dan bisa memperoleh manfaat dari tindakan ini.

Tinjauan
Penanganan hipertensi intrakranial idiopatik dapat disesuaikan dengan faktor risikonya. Jika obat-obatan dan penurunan berat badan tidak efektif, beberapa prosedur operasi akan direkomendasikan oleh dokter.

Komplikasi Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Pada kasus hipertensi intrakranial idiopatik yang tak segera memperoleh penanganan, penderita dapat mengalami perburukan dalam fungsi penglihatannya.

Jika dibiarkan terlalu lama, risiko komplikasi fatal seperti kebutaan atau kehilangan penglihatan permanen sangat tinggi [1,2,4].

Tinjauan
Kehilangan penglihatan secara permanen adalah risiko fatal bila hipertensi intrakranial idiopatik tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Pencegahan Hipertensi Intrakranial Idiopatik

Jika hipertensi intrakranial idiopatik terjadi karena faktor obesitas, maka pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan berat badan.

Memiliki pola hidup sehat seperti mengasup makanan-makanan rendah lemak diimbangi olahraga rutin akan menurunkan risiko penyakit tersebut [3].

Tinjauan
Jika berkaitan dengan obesitas, pencegahan hipertensi intrakranial idiopatik terbaik adalah dengan menjaga berat badan tetap ideal.

1. Jonathan Mondragon & Victoria Klovenski. Pseudotumor Cerebri. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. National Organization for Rare Disorders. Idiopathic Intracranial Hypertension. National Organization for Rare Disorders; 2021.
3. Anonim. Idiopathic Intracranial Hypertension. Cedars Sinai; 2021.
4. Anonim. Intracranial hypertension. National Health Service; 2019.
5. Sandeep Sharma; Muhammad F. Hashmi; & Anil Kumar. Intracranial Hypertension. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. P Rebaud, J C Berthier, E Hartemann, & D Floret. Intracranial pressure in comatose meningitis and encephalitis in children. Pediatrie; 1988.
7. John Chen, M.D., Ph.D & Michael Wall, M.D. Epidemiology and Risk Factors for Idiopathic Intracranial Hypertension. HHS Public Access; 2015.
8. Maren Skau, Hanne Yri, Birgit Sander, Thomas A Gerds, Dan Milea, & Rigmor Jensen. Diagnostic value of optical coherence tomography for intracranial pressure in idiopathic intracranial hypertension. Graefe's Archive for Clinical and Experimental Ophthalmology; 2013.
9. Brian K Owler, Geoffrey Parker, G Michael Halmagyi, Victoria G Dunne, Verity Grinnell, David McDowell, & Michael Besser. Pseudotumor cerebri syndrome: venous sinus obstruction and its treatment with stent placement. Journal of Neurosurgery; 2003.

Share