Daftar isi
Kanker Sel Plasma atau multiple myeloma merupakan salah satu jenis kanker yang perkembangannya dimulai ketika terjadi perubahan struktur DNA (mutasi genetik) [1].
Mutasi genetik tersebut akan menyebabkan sel tumbuh dengan lebih cepat dan menumpuk hingga membentu tumor. Mengingat, sel-sel yang bermutasi tidak mati. Ketika sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terlalu banyak diproduksi, saat itulah Kanker Sel Plasma mulai berikembang [1].
Kanker Sel Plasma diketahui dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan efek atau pengaruhnya pada tubuh, termasuk [2]:
Myloma indolen merupakan jenis Kanker Sel Plasma yang tidak menyebabkan gejala yang nyata. Umumnya, Kanker Sel Plasma jenis ini memiliki perkembangan yang perlahan.
Peningkatan protein M dan sel plasma M yang terlihat pun tidak banyak. Selain itu, Kanker Sel Plasma jenis ini tidak menyebabkan tumor tulang.
Berbeda dengan myeloma indolen, plasmasitoma soliter merupakan jenis Kanker Sel Plasma yang dapat menyebabkan tumor tulang. Plasmasitoma soliter ini merupakan jenis Kanker Sel Plasma yang dapat disembuhkan dengan pengobatan dan pemantauan yang ketat.
Gejala Kanker Sel Plasma diketahui berbeda-beda pada masing-masing orang bergantung pada kondisi orangnya. Gejala pun kadang tidak langsung terlihat, namun seiring berkembangnya penyakit gejala utama akan muncul [2].
Adapun gejala umum yang muncul pada penderta Kanker Sel Plasma antara lain [3]:
Tingginya kadar kalsium dalam darah disebabkan adanya kebocoran kalsium dari tulang. Adapun kadar kalsium yang tinggi umumnya juga akan menyebabkan [2]:
Gejala Kanker Sel Plasma yang lain berikut ini mungkin juga akan dapat muncul [2]:
Penyebab pasti Kanker Sel Plasma hingga kini masih belum diketahui. Meskipun demikian, kelainan genetiik pada onkogen seperti CMYC, NRAS, dan KRAS mungkin berperan dalam perkembangan proliferasi sel plasma. Kanker Sel Plasma mungkin juga berkaitan dengan faktor-faktor berikut ini [1]:
Awalnya Kanker Sel Plasma ini dimulai dengan adanya satu sel plasma abnormal di sumsum tulang yang berkembang biak dengan cepat. Kemudian terjadi penumpukan sel, sehingga sel myeloma mengalami kelelahan dalam melawan infeksi [1].
Akibatnya, sel-sel myeloma yang bertugas menghasilkan antibodi menghasilkan antibodi abnormal yang tidak dibutuhkan oleh tubuh [1].
Penumpukan antibodi abnormal dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan pada ginjal atau tulang hingga menyebabkan patah tulang [1].
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mungkin dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan Kanker Sel Plasma [4]:
Kanker Sel Plasma akan meningkat risikonya seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, diagnosis Kanker Sel Plasma lebih banyak dijumpai pada orang-orang dengan usia pertengahan 60an.
Laki-laki diketahui memiliki risiko mengembangakan Kanker Sel Plasma lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Ras kulit hitam ternyata memiliki risiko mengembangkan Kanker Sel Plasma yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit lainnya.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita Kanker Sel Plasma, baik itu orang tua maupun saudara akan lebih berisiko mengembangkan Kanker Sel Plasma.
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi Kanker Sel Plasma yang mungkin dapat terjadi [3]:
Salah satu komplikasi Kanker Sel Plasma yang mungkin terjadi yaitu insufisiensi ginjal baik yang akut maupun kronis.
Infeksi yang paling umum sebagai akibat komplikasi dari Kanker Sel Plasma antara lain pneumonia dan infeksi saluran kemih, kebanyakan dengan organisme seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan Escherichia coli.
Komplikasi berupa lesi rangka mungkin juga dapat terjadi. Mengingat, kerusakan tulang dapat melepaskan kalsium ke dalam darah. Manifestasinya, dapat berupa nyeri tulang parah, patah tulang patologis dan kompresi sumsum tulang belakang.
Hiperkalsemia juga merupakan salah satu bentuk komplikasi Kanker Sel Plasma. Komplikasi ini dapat asimtotik atau menyebabkan anoreksia, kelelahan, konstipasi, polidipsia, poliuria, kebingungan, atau pingsan.
Kanker Sel Plasma mungkin juga menyebabkan komplikasi berupa sindrom hiperviskositas yang muncul sebagai [3]:
Neuropati mungkin timbul sebagai komplikasi Kanker Sel Plasma maupun sebagai efek samping dari pengobatan dengan menggunakan thalidomide, bortezomib, atau vincristine.
Trombosis mungkin akan menjadi komplikasi Kanker Sel Plasma akibat konsumsi imunomodulasi seperti thalidomide dan lenalidomide.
Kanker Sel Plasma seringkali diketahui bahkan sebelum gejalanya muncul yaitu melalui pemeriksaan rutin, tes darah dan tes urin. Diagnosis lebih lanjut Kanker Sel Plasma umumnya akan dilakukan melalui beberapa cara atau tahapan tes sebagai berikut [2]:
Tes darah dan urin digunakan untuk memeriksa protein M. Protein dan beta-2 mikroglobulin. Tes yang mungkin dilakukan meliputi [2]:
Tes pencitraan berikut ini mungkin juga akan dilakukan dalam mendiagnosis Kanker Sel Plasma, khususnya untuk melihat kerusakan tulang[2]:
Biopsi atau pengambilan sampel sumsum tulang untuk dianalisis lebih lanjut mungkin juga akan dilakukan untuk diagnosis Kanker Sel Plasma. Dengan tes biopsy, jenis sel kanker dan kecepatan perkembangannya dapat diketahui.
Tes lain berikut ini mungkin juga akan dilakukan untuk menentukan stadium Kanker Sel Plasma [2]:
Pengobatan Kanker Sel Plasma mungkin tidak harus segera dilakukan jika tidak menunjukkan gejala atau perkembangannya lambat. Namun, dokter akan tetap melakukan pemantauan dengan tes urin dan darah secara berkala [4].
Pengobatan akan dilakukan jika gejala mulai muncul atau terdapat tanda-tanda perkembangan Kanker Sel Plasma.Pengobatan Kanker Sel Plasma umumnya akan memiliki beberapa tujuan, termasuk [4]:
Berikut ini merupakan beberapa pilihan pengobatan standar untuk Kanker Sel Plasma [4]:
Pengobatan dengan terapi atau target yang ditargetkan pada sel kanker dapat membantu memblokir kelainan dan mematikan sel Kanker Sel Plasma.
Kanker Sel Plasma dapat juga diobati dengan penggunaan imunoterapi yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Imunoterapi membantu sistem kekebalan tubuh berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan demikian, sel-sel kanker yang bersembunyi dari sistem kekebalan tubuh tetap dapat diserang dan dimatikan.
Sebagaimana kanker pada umumnya, kemoterapi mungkin dapat juga dilakukan untuk membantu proses penyembuhan Kanker Sel Plasma. Kemoterapi umumnya akan menggunakan obat-obatan yang mampu membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat.
Jika seseorang akan melakukan transplantasi sumsum tulang, dosis tinggi obat kemoterapi mungkin diperlukan.
Obat-obatan kortikosteroid mungkin juga dibutuhkan untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengendalikan peradangan dan melawan sel kanker.
Seseorang yang menderita Kanker Sel Plasma mungkin juga akan membutuhkan transplantasi sumsum tulang belakang atau dikenal juga dengan transplantasi sel induk.
Transplantasi sumsum tulang ini merupakan suatu metode atau prosedur yang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang belakang yang sakit dengan sumsum tulang belakang yang sehat.
Tahapan transplantasi sumsum tulang ini mungkin akan meliputi [4]:
Terapi radiasi menggunakan sinar X dan proton mungkin dapat menjadi pilihan untuk membunuh sel Kanker Sel Plasma. Terapi radiasi ini dapat membantu mengecilkan sel kanker seperti kumpulan sel plasma abnormal yang membentuk tumor.
Pengobatan Kanker Sel Plasma mungkin juga akan mencakup pengobatan komplikasi yang ditimbulkan, termasuk [4]:
Perlu diketahui bahwa, pengobatan untuk Kanker Sel Plasma ini mungkin akan dilakukan secara gabungan beberapa metode pengobatan [4].
Sebagaimana obat kemoterapi yang juga digunakan sebelum transplantasi sumsum tulang belakang. Pengobatan bertahap dan saling mendukung satu sama lain mungkin akan dilakukan untuk efektivitas pengobatan [4].
Sejauh ini, pencegahan terhadap Kanker Sel Plasma belum diketahui secara jelas. Saat ini penelitian masih terfokus pada cara pencegahan berkembangnya Kanker Sel Plasma pada orang yang berisiko tinggi menjadi Kanker Sel Plasma aktif [5].
Selain itu, pencegahan mungkin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi Kanker Sel Plasma dengan [4]:
1. Adam Felman & Christina Chun, MPH. What's to know about multiple myeloma?. Medical News Today; 2019.
2. Bree Normandin & Christina Chun, MPH. What Is Multiple Myeloma?. Healthline; 2019.
3. Sara A. Albagoush & Alexandre M. Azevedo. Multiple Myeloma. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2021.
4. Tim Mayo Clinic. Multiple myeloma. Mayo Clinic; 2021.
5. Anonim. Can Multiple Myeloma Be Prevented ?. Cancer org; 2021.