Transplantasi Sumsum Tulang Belakang: Fungsi, Prosedur dan Risikonya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Transplantasi sumsum tulang adalah suatu prosedur dengan memasukkan sel punca (stem cell) ke dalam tubuh untuk menggantikan sumsum tulang yang rusak atau sakit. Seseorang dapat membutuhkan transplantasi... sumsum tulang jika sumsum tulang tidak lagi bekerja dan tidak menghasilkan cukup sel darah yang sehat, seperti pada kondisi leukemia, anemia aplastik, limfoma, dll. Prosedur ini memiliki risiko seperti kegagalan prosedur, infeksi, sampai kematian. Dokter akan menjelaskan risiko dan kemungkinan komplikasi yang dapat muncul dari prosedur transplantasi sumsum tulang sehingga Anda dapat menimbang apakah prosedur ini adalah pilihan yang tepat bagi kondisi Anda. Read more

Fungsi Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Transplantasi sumsum tulang belakang merupakan sebuah prosedur bedah untuk mengganti sumsum tulang belakang yang rusak akibat cedera, infeksi, atau penyakit, dengan sumsum tulang belakang baru. Dalam proses penggantiannya, prosedur ini melibatkan sel punca atau sel induk (stem cell).[1]

Sel induk adalah sel khusus yang dapat menggandakan dirinya sendiri dan berubah menjadi berbagai jenis sel yang dibutuhkan tubuh. Pada transplantasi sumsum tulang belakang, sel punca yang sehat bisa didapatkan dari donor atau tubuh pasien sendiri.[2]

Pada tubuh pasien terdapat sumsum tulang, yaitu jaringan berbentuk spons yang terletak di bagian tengah-tengah tulang. Di dalam sumsum tulang, ditemukan sel induk hematopoietik yang memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.[2]

Ketika sumsum tulang belakang mengalami cedera atau infeksi penyakit, maka produksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit ikut terganggu. Oleh karena itu diperlukan transplantasi agar pasien terhindar dari infeksi, gangguan pendarahan, atau anemia.[3]

Dokter akan merekomendasikan transplantasi sumsum tulang belakang bagi pasien yang memiliki kondisi medis, seperti:[3]

  • Anemia aplastik, kelainan di mana sumsum berhenti membuat sel darah baru
  • Kanker yang mempengaruhi sumsum tulang belakang, seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma
  • Sumsum tulang yang rusak akibat kemoterapi
  • Neutropenia kongenital, kelainan bawaan yang menyebabkan infeksi berulang
  • Anemia sel sabit, kelainan darah bawaan yang menyebabkan sel darah merah berubah bentuk
  • Thalassemia, kelainan darah bawaan di mana tubuh membuat bentuk abnormal dari hemoglobin, yang merupakan bagian integral dari sel darah merah

Jenis Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Ada dua jenis utama transplantasi sumsum tulang belakang, jenis yang digunakan akan bergantung pada alasan pasien membutuhkan transplantasi. Dua jenis tersebut yaitu:[3]

Transplantasi Autologus

Jenis transplantasi ini menggunakan sel punca dari tubuh pasien sendiri. Biasanya, dokter akan mengambil sel pasien sebelum pasien melakukan pengobatan kanker yang dapat merusak sel tersebut. Setelah selesai, dokter akan mengembalikan sel yang sehat ke dalam tubuh pasien lagi.[3]

Transplantasi autologus hanya dapat dilakukan jika pasien memiliki sumsum tulang belakang yang sehat. Jenis transplantasi ini dapat mengurangi pasien terkena risiko Graft-versus-host disease (GVHD).[3]

GVHD merupakan kondisi dimana tubuh pasien membentuk sistem kekebalan baru sehingga menyerang sel yang didonorkan karena dianggap sebagai “benda asing”. GVHD biasanya terjadi pada pasien yang menerima donor organ dari orang lain untuk transplantasi.[4]

Jika tidak segera ditangani GVHD dapat mempengaruhi kulit, saluran pencernaan, hati, dan banyak organ lainnya. GVHD biasanya ditandai dengan nyeri otot, sesak napas, batuk, mata kering, ruam, sariawan, diare, mual, atau muntah.[4]

Transplantasi Alogenik

Jenis transplantasi ini menggunakan donor sel punca dari milik orang lain. Donor harus memiliki kecocokan genetik yang dekat, bisa didapatkan dari kerabat maupun dari daftar donor milik rumah sakit.[3]

Transplantasi alogenik dilakukan apabila pasien memiliki kondisi medis yang merusak sel-sel sumsum tulang belakang. Jenis transplantasi ini memiliki risiko yang tinggi terkena GVHD.

Pasien juga perlu diberikan obat untuk menekan sistem kekebalan sehingga tubuh tidak menyerang sel-sel baru. Selain itu, transplantasi alogenik juga membuat pasien rentan terhadap penyakit.[3]

Keberhasilan transplantasi alogenik bergantung pada seberapa dekat sel donor cocok dengan pasien.[3]

Persiapan Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Sebelum melakukan prosedur transplantasi sumsum tulang belakang, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien dalam melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan pasien cukup sehat dalam melakukan prosedur.[3]

Pasien juga akan melakukan beberapa tes untuk menemukan jenis sel sumsum tulang yang dibutuhkan. Pasien juga dapat menjalani radiasi atau kemoterapi untuk membunuh semua sel kanker atau sel sumsum tulang belakang sebelum mendapatkan sel induk baru.[3]

Transplantasi sumsum tulang belakang membutuhkan waktu hingga seminggu atau lebih. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan segala kebutuhan, seperti:[3]

  • Membawa baju ganti dan keperluan pribadi lain ke rumah sakit
  • Mengatur waktu cuti dari pekerjaan
  • Mengatur perawatan anak-anak atau hewan peliharaan
  • Mempersiapkan biaya yang dibutuhkan
  • Pastikan ada yang menemani selama prosedur

Prosedur Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Tergantung dari jenis transplantasi sumsum tulang belakang yang dilakukan, rangkaian prosedur yang dijalani pasien dapat berbeda-beda.[2]

Prosedur Transplantasi Autologus

Apabila pasien menjalani transplantasi autologus, maka secara umum rangkaian prosedurnya, meliputi:[2]

  • Pasien akan diberikan obat untuk meningkatkan produksi sel punca. Kemudian tim medis akan mengambil sejumlah sel punca melalui pembilih darah di lengan atau dada pasien untuk disimpan sampai waktu yang dibutuhkan
  • Pasien selanjutnya menjalani perawatan pra-transplantasi berupa kemoterapi atau terapi radiasi selama 5 sampai 10 hari
  • Pada hari transplantasi, dokter akan mengembalikan sel punca yang sebelumnya telah diambil melalui jarum kateter dan memakan waktu 30 menit untuk setiap dosis sel induk darah.

Prosedur Transplantasi Alogenik

Apabila pasien menjalani transolantasi alogenik, maka secara umum rangkaian prosedurnya, meliputi:[2]

  • Sebelum melakukan transplantasi, pasien perlu melakukan tes yang disebut HLA (human leukocyte antigen) untuk mengindentifikasi donor yang cocok. Pengujian HLA dapat dilakukan oleh kerabat dekat atau sukarelawan lain yang tidak ada hubungan keluarga dengan pasien
  • Setelah mendapatkan donor yang cocok, tim medis akan mengambil sel punca pendonor melalui aliran darah atau langsung dari sumsum tulang.
  • Selanjutnya pasien menjalani perawatan pra-transplantasi berupa kemoterapi dengan atau tanpa terapi radiasi untuk mempersiapkan tubuh menerima sel donor. Perawatan ini membutuhkan waktu sekitar 5 sampai 7 hari
  • Terakhir, transplantasi sel punca dari pendonor akan dilakukan dengan memasukkan jarum kateter pada aliran darah Anda. Prosedur ini biasanya memakan waktu 1 jam.

Pasca Prosedur Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Setelah selesai menjalani prosedur, pasien akan dipindahkan ke ruangan khusus transplantasi sumsum tulang belakang untuk mencegah pasien terkena infeksi.[5]

Lama waktu pemulihan tergantung dari jenis transplantasi, kondisi kesehatan pasien, perawatan kemoterapi dan terapi radiasi yang dilakukan.[3]

Selama di rumah sakit, tim medis akan memantau tanda vital pasien dan memberikan obat khusus untuk mencegah GVHD dan infeksi. Pasien akan menerima nutrisi makanan melalui selang infus, setelah pulih dari efek samping prosedur, pasien diperbolehkan kembali untuk makan melalui mulut.[5]

Pasien mungkin juga akan membutuhkan banyak transfusi sel darah merah dan trombosit secara berkala sampai sumsum tulang pasien dapat memproduksi sel tersebut secara mandiri.[4,5]

Sebagai upaya untuk mempercepat proses pemulihan, pasien dianjurkan untuk memulai diet dan gaya hidup sehat, seperti:[4]

  • Mengonsumsi berbagai macam makanan sehat, termasuk sayuran; buah-buahan; biji-bijian; daging tanpa lemak, unggas dan ikan; kacang-kacangan; dan lemak sehat, seperti minyak zaitun
  • Membatasi asupan garam
  • Membatasi alkohol
  • Berhenti merokok
  • Melakukan aktivitas fisik yang teratur guna membantu mengontrol berat badan, memperkuat tulang, meningkatkan daya tahan, memperkuat otot, dan menjaga kesehatan jantung

Risiko Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Transplantasi sumsum tulang belakang dapat meningkatkan risiko pasien mengalami kondisi berikut:[3]

Kondisi di atas biasanya hanya berlangsung sebentar. Peluang pasien terkena komplikasi dari prosedur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:[3]

  • Umur
  • Penyakit yang sedang diderita
  • Kondisi kesehatan
  • Jenis transplantasi

Komplikasi atau risiko khusus yang mungkin dialami pasien akibat menjalani prosedur transplantasi sumsum tulang belakang adalah:[3,5]

  • Graft Versus Host Disease (GVHD)
  • Kegagalan pencangkokan, yang terjadi ketika sel yang ditransplantasikan tidak dapat memproduksi sel baru
  • Pendarahan di paru-paru, otak, dan bagian tubuh lainnya
  • Katarak, yang ditandai dengan penglihatan yang mengabur
  • Kerusakan pada organ ginjal, hati paru-paru, dan jantung
  • Pembekuan darah di vena kecil pada organ hati
  • Menopause dini
  • Anemia, yang terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan cukup sel darah merah
  • Infeksi
  • Mual, diare, atau muntah
  • Mukositis, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan peradangan dan nyeri di mulut, tenggorokan, dan perut
  • Pertumbuhan terhambat khususnya bagi pasien yang masih anak-anak

Hasil Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Keberhasilan transplantasi sumsum tulang belakang tergantung pada seberapa cocok donor sel punca yang diterima pasien. Salah satu tanda bahwa prosedur ini berhasil adalah terjadinya peningkatan sel darah putih (engraftment).[3,4]

Hal tersebut menunjukkan bahwa sel pendonor dapat diterima oleh tubuh pasien dan menghasilkan sel-sel baru yang sehat. Dibutuhkan waktu hingga beberapa minggu sampai jumlah sel dalam tubuh kembali normal.[3,4]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment