Muntah yang terjadi mendadak terutama saat dalam kondisi tidur dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Hal ini biasanya diawali dengan rasa mual secara tiba-tiba dan muntah pun bisa terjadi secara sangat cepat.
Apabila gejala ini terjadi berulang, maka tandanya kesehatan tubuh sedang tidak baik dan perlu segera mengidentifikasi penyebabnya.
Dengan diketahui penyebab pastinya, menanganinya akan menjadi lebih mudah sesuai dengan faktor yang mendasari.
Daftar isi
Bagi orang-orang dengan riwayat penyakit asma, terutama anak-anak, mual dan muntah tiba-tiba di malam hari sangat berpotensi terjadi [1,2,3].
Muntah tiba-tiba saat dalam kondisi tidur juga dapat disertai dengan batuk maupun mengi sebelumnya [1,2,3].
Asma sendiri merupakan penyakit pernafasan kronis yang menyerang saluran nafas [1,4].
Saluran pernafasan pada penyakit asma akan menyempit dan meradang sehingga penderita kesulitan bernafas yang disertai dengan batuk, mengi serta nyeri di dada [1,4].
Ketika suhu malam hari lebih dingin, biasanya anak-anak penderita asma jauh lebih rentan untuk mengalami gangguan tidur [4].
Salah satu gangguan tidur yang terjadi adalah batuk, mengi, hingga terkadang muntah tiba-tiba [1,4].
Gejala seperti ini dapat memburuk apabila penderita asma juga memiliki kondisi alergi atau sedang pilek dan batuk [1,4].
Selain beberapa kondisi tersebut, berikut ini adalah sejumlah tanda bahwa asma sedang menyerang [1,4] :
Tanda bahwa asma sudah terlampau buruk adalah ketika [1,4] :
Pengobatan asma umumnya dilakukan dengan pemberian inhaler kepada penderita [4].
Inhaler adalah obat yang dihirup bagi penderita asma melalui mulut di mana kemudian obat akan masuk ke saluran nafas dan melegakannya [4].
Inhaler ini terbagi menjadi dua jenis, yakni inhaler pereda dan inhaler pencegah [4].
Inhaler pereda berfungsi sebagai pereda sesak nafas ketika serangan asma terjadi; inhaler ini mengandng beta2-agonist sehingga reaksi yang dialami penderita lebih cepat menjadi lebih baik [4].
Inhaler pereda digunakan supaya otot-otot saluran nafas jauh lebih lemas ketika terjadi penyempitan dan dengan begitu udara dapat mengalir lebih lancar [4].
Sementara itu, inhaler pencegah adalah inhaler yang berguna sebagai pencegah serangan asma dan peminimalisir risiko radang saluran pernafasan [4].
Manfaat dari inhaler ini baru akan terasa ketika penggunaan dilakukan setiap hari (tentunya harus sudah sesuai dengan anjuran dokter atau sebelum menggunakan sudah berkonsultasi detail dengan dokter) [4].
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang muntah tiba-tiba saat tidur bisa jadi ini disebabkan oleh kebiasaan mendengkur [5,6].
Dengkuran baik itu berkaitan dengan sleep apnea ataupun tidak perlu ditangani segera apabila sudah cukup sering mengganggu tidur [5,6].
Bila benar dengkuran yang memicu muntah ini berkaitan dengan sleep apnea, maka hal ini sudah seharusnya memperoleh penanganan dini [5,6].
Sleep apnea atau apnea tidur merupakan jenis gangguan tidur di mana penderita saat tidur akan mengalami henti nafas dalam waktu singkat namun terjadi beberapa kali [6].
Mendengkur adalah salah satu tanda utama dari sleep apnea ini yang biasanya disertai dengan keluhan lain seperti [6] :
Pada beberapa kasus, penderita sleep apnea juga dapat mengalami sakit kepala ketika terjaga, mulut terasa kering, daya ingat dan konsentrasi menurun, sepanjang hari lebih mudah mengantuk, libido menurun, dan perubahan suasana hati yang drastis [6].
Pengobatan muntah tiba-tiba di malam hari saat tidur yang berkaitan dengan sleep apnea biasanya dapat dilakukan secara mandiri, yakni melalui perubahan pola hidup menjadi lebih sehat [6].
Dengan menurunkan berat badan (jika obesitas), berhenti konsumsi alkohol, dan tidak merokok umumnya sudah cukup meredakan gejala sleep apnea [6].
Namun jika perubahan pola hidup tak efektif, terapi dan operasi akan dokter rekomendasikan, baik bagi penderita usia anak maupun dewasa yang gejalanya sudah serius [6].
Batuk seringkali menjadi penyebab utama seseorang baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami muntah tiba-tiba, bahkan ketika sedang tidur [1,7].
Penyakit batuk walaupun sering disepelekan karena tanpa penanganan medis bisa sembuh dengan sendirinya, tetap dapat berpotensi memburuk di malam hari [1,7].
Muntah tiba-tiba bukan tidak mungkin dapat terjadi pada penderita, terutama bila batuk berdahak yang dialaminya [1,7].
Batuk berdahak sendiri seringkali timbul saat seseorang mengalami flu [1,7].
Ketika flu, dalam tubuh penderita lendir yang terproduksi akan lebih banyak karena infeksi virus [1,8].
Batuk justru bertujuan supaya lendir tersebut bisa dikeluarkan dari tubuh karena dengan membuang dahak, penyembuhan juga menjadi lebih cepat [1].
Pengobatan untuk muntah tiba-tiba saat tidur yang disebabkan oleh batuk tentu juga perlu disesuaikan dengan penyebab batuk itu sendiri.
Bila mengalami flu atau batuk disebabkan oleh virus, maka penanganan mandiri biasanya sudah cukup untuk memulihkan diri [7,8]:
Hanya saja bila diperlukan, obat batuk ekspektoran dapat dikonsumsi supaya dahak lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan [7].
Namun bila batuk tak kunjung membaik atau justru semakin parah setelah seminggu sekalipun sudah minum obat, segera ke dokter.
Sensitif terhadap makanan dapat dialami oleh siapa saja, khususnya anak-anak di mana sistem imun mengeluarkan reaksi berlebihan ketika adanya asupan makanan normal dan tak berbahaya masuk ke dalam tubuh [1].
Meski demikian, gejala tidak terlalu cepat nampak, dan baru akan benar-benar dirasakan ketika sudah tengah malam atau saat tidur [1].
Muntah tiba-tiba saat tidur bisa jadi disebabkan oleh tubuh yang sensitif terhadap makanan tertentu, seperti [1] :
Bedanya dari alergi makanan adalah alergi mampu menimbulkan sejumlah gejala mengganggu, seperti timbul ruam, gatal dan bengkak pada kulit [1].
Penderita alergi makanan pun dapat pula mengalami gangguan pernafasan sehingga memerlukan penanganan medis darurat [1].
Sementara itu, sensitif terhadap makanan tertentu lebih ringan dan tidak mengancam jiwa penderitanya [1].
Flu perut atau juga dikenal dengan istilah gastroenteritis dan muntaber ini terjadi karena saluran pencernaan mengalami infeksi [1,9,10].
Virus yang mampu menyerang dan menginfeksi saluran pencernaan (usus atau lambung) pada kasus flu perut adalah Rotavirus dan Norovirus, terkadang pula Astrovirus dan Adenovirus [9,10].
Penyebab flu perut juga tidak hanya meliputi beberapa jenis virus, tapi juga bakteri dan parasit [9,10].
Seseorang lebih rentan terkena flu perut jika daya tahan tubuhnya sedang lemah, oleh sebab itu anak-anak jauh lebih berisiko mengalaminya [1,9,10].
Muntah tiba-tiba saat tidur yang diikuti dengan diare kemungkinan besar merujuk pada kondisi flu perut 9,10].
Selain itu, ada beberapa keluhan tambahan yang dapat terjadi pada penderita, yaitu [9,10] :
Pengobatan muntaber atau flu perut ini bisa dilakukan dengan banyak beristirahat dan mengasup cairan sebanyak mungkin untuk mencegah dehidrasi [9,10].
Selain itu, penderita harus menjaga makan sampai benar-benar pulih [9,10].
Jika gejala memburuk, maka perlu segera memperoleh penanganan dokter, yakni berupa antibiotik (jika diare disebabkan infeksi bakteri), loperamide (pereda diare), atau antijamur (jika disebabkan infeksi jamur) [9,10].
Keracunan makanan dapat menjadi salah satu sebab seseorang muntah tiba-tiba pada waktu tidur [1,11].
Seringkali efek atau gejala dari keracunan makanan tidak langsung dialami oleh penderita, oleh sebab itu hal ini berpotensi timbul pada saat sudah tidur [1,11].
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh asupan makanan mentah maupun matang, terutama [1] :
Umumnya, selain muntah dan mual beberapa keluhan ini akan menyertai pada kondisi keracunan makanan [1] :
Pengobatan keracunan makanan dapat dilakukan dengan mengonsumsi air putih secara sedikit-sedikit supaya penderita tidak dehidrasi.
Penderita juga selama pemulihan tidak mengonsumsi makanan pedas maupun yang terlalu manis.
Konsumsi obat antidiare dan antimual pun sebaiknya dengan resep dokter [11].
Stres berat maupun kurang tidur dalam waktu beberapa hari saja dapat memengaruhi kesehatan fisik [12,13].
Jika hal ini terjadi, salah satu gejala yang dapat terjadi adalah muntah secara tiba-tiba saat tidur [12,13].
Sindrom muntah siklik atau cyclic vomiting syndrome dapat terjadi ketika stres, kecemasan dan susah tidur terus dialami oleh seseorang [14].
Penanganan utama untuk kondisi seperti ini tentu dengan memiliki kualitas tidur yang lebih baik [12,13,14].
Pengelolaan stres dapat dilakukan secara mandiri sebagai langkah awal, seperti berolahraga, meditasi dan latihan pernafasan secara rutin [12,13,14].
Namun jika stres dan gangguan kecemasan tak kunjung mereda dan justru semakin parah, ada baiknya segera menemui seorang psikiater atau psikolog.
Penyakit asam lambung juga dapat menjadi alasan mengapa seseorang muntah tiba-tiba saat tidur [1,15].
Kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi serta anak-anak yang lebih besar [1].
Jika memiliki riwayat penyakit asam lambung ditambah dengan mengonsumsi makanan yang menjadi pemicu kenaikan asam lambung, maka gejala seperti batuk dan muntah bisa terjadi kapan saja [1,15].
Muntah saat tidur berpeluang terjadi ketika dalam posisi berbaring, asam lambung naik hingga ke kerongkongan [15].
Mengonsumsi makanan pedas, makanan yang digoreng, makanan berlemak tinggi, makanan dan minuman asam, serta kafein adalah pemicu bagi penyakit asam lambung [15].
Pengobatan untuk muntah karena asam lambung tentu dengan mengubah pola makan dan jenis makanan yang sehari-hari dikonsumsi [15].
Hindari makanan dan minuman pemicu kenaikan asam lambung, selalu makan tepat waktu, kelola stres dengan baik dan rajin berolahraga [15].
Jika harus ke dokter karena perubahan pola hidup tidak efektif, dokter kemungkinan memberi resep antasida atau merekomendasikan prosedur bedah lambung hanya apabila kondisi penderita memerlukannya [16,17].
Segera periksakan diri ke dokter apabila muntah tiba-tiba saat tidur sering terjadi dan disertai dengan beberapa keluhan tak nyaman lainnya.
1. Karen Gill, M.D. & Noreen Iftikhar, MD. Why Is My Child Throwing Up at Night and What Can I Do?. Healthline; 2020.
2. V M Osundwa & S T Dawod. Vomiting as the main presenting symptom of acute asthma. Acta Paediatrica; 1989.
3. L Schreier, R M Cutler, & V Saigal. The vomiting asthmatic. Annals of Allergy, Asthma & Immunology; 1984.
4. Muhammad F. Hashmi; Maryam Tariq; & Mary E. Cataletto. Asthma. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Fuzhan Parhizgar, Kenneth Nugent, & Rishi Raj. Obstructive sleep apnea and respiratory complications associated with vagus nerve stimulators. Journal of Clinical Sleep Medicine; 2011.
6. Jennifer M. Slowik & Jacob F. Collen. Obstructive Sleep Apnea. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Sandeep Sharma; Muhammad F. Hashmi; & Mohamed S. Alhajjaj. Cough. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Anonim. Flu: Overview. National Center for Biotechnology Information; 2013.
9. Nancy S. Graves, MD. Acute Gastroenteritis. Primary Care: Clinics in Office Practice; 2013.
10. John Walker-Smith, MD(Syd), FRCP(Ed), FRCP(Lond), FRACP. Gastroenteritis. Diseases of the Small Intestine in Childhood; 1988.
11. Charles C. Horn. Why is the neurobiology of nausea and vomiting so important?. HHS Public Access; 2009.
12. Fan-Hao Chou, Kay C Avant, Shih-Hsien Kuo, & Susan J Fetzer. Relationships between nausea and vomiting, perceived stress, social support, pregnancy planning, and psychosocial adaptation in a sample of mothers: a questionnaire survey. International Journal of Nursing Studies; 2008.
13. Filippo Cremonini, MD, PhD, Michael Camilleri, MD, Alan R Zinsmeister, PhD, Linda M. Herrick, Ph.D., RN, Timothy Beebe, PhD, & Nicholas J Talley, MD, PhD. Sleep disturbances are linked to both upper and lower gastrointestinal symptoms in the general population. HHS Public Access; 2010.
14. Amy Davis; Carrie J. Nichols; & Joe H. Bryant. Cyclic Vomiting Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
15. Anonim. Heartburn and GERD: Overview. National Center for Biotechnology Information; 2012.
16. Blake H. Salisbury & Jamie M. Terrell. Antacids. National Center for Biotechnology Information; 2021.
17. Stuart Jon Spechler, M.D. Surgery for Gastroesophageal Reflux Disease. HHS Public Access; 2010.