Daftar isi
Otitis media merupakan sebuah kondisi infeksi yang menyerang bagian tengah telinga, tepatnya di bagian rongga belakang gendang telinga [1,2,4,5,6].
Otitis media adalah kondisi yang lebih rentan dialami oleh anak-anak (khususnya balita) daripada orang dewasa di mana walaupun tergolong ringan, pada beberapa kasus masalah pendengaran dapat terjadi.
Terdapat tiga jenis kondisi otitis media yang perlu dikenali, yaitu otitis media akut, otitis media dengan efusi, serta otitis media supuratif kronik [1,2,4,6,8].
Jenis infeksi telinga satu ini jauh lebih umum dialami dan jauh lebih cepat terjadi.
Pada area belakang dan sekeliling gendang telinga akan timbul kemerahan dan pembengkakan pada waktu terjadi otitis media akut.
Jika terdapat lendir atau cairan yang berada di dalam telinga bagian tengah dan tak dapat dikeluarkan, nyeri pada telinga, demam hingga gangguan pendengaran bisa terjadi sebagai dampaknya.
Ketika infeksi sudah sembuh dan berlalu, pada beberapa penderita mereka masih mengalami penumpukan cairan atau lendir di bagian tengah telinga.
Bahkan penumpukan cairan dapat terus terjadi sehingga semakin banyak.
Pada kondisi ini, penderita akan merasakan penuh pada bagian tengah telinga sehingga pendengaran mulai terganggu.
Bila seseorang sudah mulai sulit mendengar secara jelas, ada kemungkinan cairan atau lendir sudah menumpuk terlalu banyak di dalam telinga.
Jenis infeksi telinga ini cukup sulit ditangani karena tidak mudah sembuh dan hilang dengan perawatan biasa.
Parahnya, penderita dapat mengalami terjadinya lubang pada bagian gendang telinga ketika jenis infeksi ini tak juga dapat ditangani.
Virus maupun bakteri dapat menjadi penyebab utama terjadinya infeksi telinga tengah [1,4,5,6].
Infeksi telinga ini pun seringkali adalah akibat dari kondisi alergi, flu, atau pilek sehingga saluran hidung mengalami pembengkakan dan kemampetan, begitu juga pada bagian tabung eustachius hingga tenggorokan.
Sejumlah faktor risiko berikut mampu menjadi alasan mengapa seseorang lebih mudah terkena infeksi telinga tengah [1,3,4,5,6].
Tinjauan Otitis media terjadi karena infeksi bakteri maupun virus di mana penderita flu dan pilek jauh lebih berpotensi mengalami infeksi telinga ini. Namun, faktor musim, kualitas udara yang buruk, kondisi langit-langit sumbing, cara memberi makan bayi yang salah, serta faktor usia (anak usia 6 bulan hingga 2 tahun) jauh berperan cukup besar hingga seseorang mampu mengalami otitis media.
Keluhan gejala yang secara umum dialami oleh penderita otitis media antara lain adalah [1,5] :
Otitis media pada anak menimbulkan sejumlah keluhan gejala seperti :
Pada orang dewasa, gejala otitis media yang mudah timbul antara lain adalah :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Infeksi telinga dengan gejala yang terjadi selama lebih dari sehari sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.
Para orang tua yang memiliki anak dengan gejala otitis media di mana usianya kurang dari 6 bulan juga segeralah ke dokter untuk memeriksakan kondisi si kecil.
Keluarnya cairan atau lendir dari dalam telinga berupa nanah atau bahkan bercampur darah, rasa nyeri yang bertambah parah, dan gangguan tidur selama beberapa malam menjadi tanda utama untuk segera menemui dokter.
Tinjauan Selain rasa nyeri di telinga, penderita akan mengalami gejala umum seperti sulit tidur, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare, hilang keseimbangan, mudah marah, demam hingga penurunan fungsi mendengar.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa berikut paling kerap digunakan untuk mengonfirmasi gejala [1,5].
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan dengan stetoskop di mana dokter perlu mendengar nafas pasien anak.
Otoskop juga seringkali digunakan untuk memeriksa saluran hidung, tenggorokan, serta telinga.
Metode diagnosa ini membantu dokter dalam melihat ke bagian dalam telinga, khususnya area gendang telinga untuk mengetahui keberadaan penumpukan cairan di sana.
Melalui metode ini, dokter akan memberikan udara pada gendang telinga sehingga gendang telinga akan bergerak saat terkena udara.
Dokter dapat mengetahui apakah penumpukan cairan/lendir terjadi di sana dari tidak bergeraknya gendang telinga saat terpapar udara yang diberikan.
Metode pemeriksaan lainnya yang diperlukan agar dokter mampu membuat hasil diagnosa yang tepat adalah timpanometri.
Tes ini adalah metode pengukuran gerakan gendang telinga.
Terdapat alat khusus yang digunakan dokter sebagai penutup saluran telinga pasien lalu mengendalikan tekanan udara di sana sehingga akan terlihat gendang telinga yang bergerak.
Alat khusus ini menjadi pengukur seberapa baik gerakan gendang telinga sekaligus pengukur tekanan secara tak langsung pada telinga bagian tengah.
Tympanocentesis merupakan metode diagnosa yang sangat jarang dilakukan dokter, namun akan diterapkan bila perlu menegakkan hasil diagnosa.
Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan tabung berukuran kecil yang dimasukkan hingga ke gendang telinga.
Tabung ini berguna untuk menyedot atau mengambil cairan yang ada pada bagian tengah telinga.
Cairan atau lendir yang berhasil diambil kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisa lebih jauh mengenai keberadaan bakteri atau virus.
Dokter mungkin akan meminta pasien untuk juga menempuh tes lanjutan berupa pemeriksaan MRI dan CT scan.
Kedua jenis tes pemindaian tersebut akan direkomendasikan oleh dokter bila terdapat kecurigaan bahwa pasien memiliki kondisi komplikasi.
Metode diagnosa ini juga digunakan dokter untuk mengukur banyaknya cairan di dalam telinga secara tidak langsung dengan mengecek seberapa banyak suara yang mampu gendan telinga pantulkan kembali.
Semakin banyak suara yang gendang telinga mampu pantulkan, maka hal ini menandakan bahwa terdapat banyak cairan yang memberi tekanan di bagian telinga tengah.
Padahal, normalnya justru gendang telinga menyerap suara yang masuk.
Tinjauan Dalam mengonfirmasi gejala sebagai kondisi otitis media, beberapa metode diagnosa seperti pemeriksaan fisik, otoskop pneumatik, uji timpanometri, tympanocentesis, tes pemindaian (MRI dan CT scan), serta reflektometri akustik perlu ditempuh oleh pasien.
Pengobatan infeksi telinga ditentukan oleh dokter menurut kondisi kesehatan menyeluruh pasien, seberapa parah otitis media yang dialami, serta usia pasien.
1. Obat Pereda Nyeri
Dokter kemungkinan akan meresepkan obat pereda nyeri jika kondisi pasien memerlukan penanganan semacam ini.
Dokter berkemungkinan memberikan obat tetes anestesi agar pasien tak lagi merasakan nyeri di bagian telinga.
Namun obat jenis ini hanya akan diberikan bila tidak terdapat lubang atau robekan pada gendang telinga pasien.
Untuk mengendalikan rasa sakit yang mengganggu aktivitas harian pasien, pemberian acetaminophen (golongan obat anti-inflamasi non-steroid paling umum) dapat membantu.
Ibuprofen juga kemungkinan diresepkan oleh dokter, namun penggunaannya oleh pasien harus sesuai dengan anjuran dokter.
Sementara itu, anak-anak atau remaja yang baru saja sembuh dan masih dalam masa pemulihan dari kondisi cacar air atau gejala seperti penyakit flu tidak dianjurkan mengonsumsi aspirin.
Penggunaan aspirin oleh anak atau remaja penderita cacar air atau gejala mirip flu akan meningkatkan risiko terkena sindrom Reye [9].
2. Obat Antibiotik [1,6,8]
Terapi antibiotik juga kerap menjadi penanganan utama bagi penderita otitis media ketika infeksi telinga disebabkan oleh bakteri (seperti bakteri Moraxella catarrhalis, Haemophilus influenzae, dan Streptococcus pneumoniae).
Umumnya, dokter dapat memberikan amoxicillin 80-90 mg per kilogram berat badan pasien per hari (dosis termasuk tinggi).
Bagi pasien otitis media akut yang tidak memiliki alergi penicillin, dokter dapat memberikan amoxicillin dalam dosis tinggi tersebut.
Pada beberapa kasus, gejala otitis media pada anak yang telah mendapatkan terapi antibiotik 48-72 jam berpotensi tidak mereda dan bersifat persisten.
Untuk kasus seperti ini, dokter akan memeriksa ulang kondisi pasien dan kemungkinan meresepkan clavunalate atau amoxicillin yang perlu digunakan sesuai resep.
3. Myringotomy atau Penempatan Tabung Tympanostomy [1,6]
Menurut panduan American Academy of Pediatrics, myringotomy dengan penempatan tabung adalah metode penanganan yang direkomendasikan oleh dokter bagi pasien otitis media akut selama 12 bulan terakhir.
Sementara itu, bagi pasien dengan infeksi telinga berulang, tidak lagi hanya antibiotik yang dibutuhkan untuk menangani gejalanya.
Penempatan tabung tympanostomy adalah prosedur medis yang akan memberikan ventilasi pada rongga telinga tengah.
Selain itu, manfaat tabung tympanostomy adalah untuk memperbaiki fungsi pendengaran pasien agar kembali normal.
Tinjauan Pengobatan otitis media seringkali melalui pemberian obat pereda nyeri, obat jenis antibiotik, serta penempatan tabung khusus seperti pada prosedur tympanostomy dan myringotomy yang bertujuan memperbaiki fungsi pendengaran.
Beberapa kondisi komplikasi yang dapat mengancam penderita otitis media antara lain adalah [1] :
Otitis media merupakan kondisi penyakit telinga yang dapat dicegah dan berikut ini merupakan sejumlah upaya pencegahan yang dapat dilakukan [1,2,5,6,10] :
Tinjauan Pencegahan otitis media dapat dilakukan dengan menjaga agar bayi minum susu dari botol dengan posisi tubuh yang benar, menjaga kesehatan agar tidak mudah tertular flu dan pilek, menghindari paparan polusi, serta memperoleh vaksin untuk anak.
1. Amina Danishyar & John V. Ashurst. Acute Otitis Media. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Suprihati Asmuni. Otitis Media in Indonesian Urban and Rural School Children. The Pediatric Infections Disease Journal; 2014.
3. Rosalyn Singleton, Sara Seeman, Margaret Grinnell, Lisa Bulkow, John Kokesh, Susan Emmett, Stephen Holve, Jeffrey McCollum, & Thomas Hennessy. Trends in Otitis Media and Myringotomy With Tube Placement Among American Indian and Alaska Native Children and the US General Population of Children After Introduction of the 13-valent Pneumococcal Conjugate Vaccine. The Pediatric Infectious Disease Journal; 2018.
4. Gayan Bowatte, Rachel Tham, Jennifer L. Perret, Michael S. Bloom, Guanghui Dong, Nilakshi Waidyatillake, Dinh Bui, Geoffrey G. Morgan, Bin Jalaludin, Caroline J. Lodge, & Shyamali C. Dharmage. Air Pollution and Otitis Media in Children: A Systematic Review of Literature. International Journal of Environmental Research and Public Health; 2018.
5. Jan Peter Thomas, M.D., Reinhard Berner, Prof., Thomas Zahnert, Prof., & Stefan Dazert, Prof. Acute Otitis Media—a Structured Approach. Deutsches Artzteblatt; 2014.
6. Ali Qureishi, Yan Lee, Katherine Belfield, John P Birchall, & Matija Daniel. Update on otitis media – prevention and treatment. Infection and Drug Resistance; 2014.
7. Shailendra Prasad, MBBS, MPH & Bernard Ewigman, MD, MSPH. Use anesthetic drops to relieve acute otitis media pain. The Journal of Family Practice; 2008.
8. Kathryn M. Harmes MD; R. Alexander Blackwood, MD, PhD; Heather L. Burrows, MD, PhD; James M. Cooke, MD; R. Van Harrison, PhD; & Peter P. Passamani, MD. Otitis Media: Diagnosis and Treatment. American Family Physician; 2013.
9. Debra L Weiner, MD, PhD, Kirsten A Bechtel, MD, Richard G Bachur, MD, Mary L Windle, PharmD, & Grace M Young, MD. Reye Syndrome. Medscape; 2018.
10. Carlos Rodrigo. Prevention of acute otitis media. Clinical Microbiology and Infection; 1997.