Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Pankreas adalah organ di dalam tubuh yang bertugas untuk mengeluarkan enzim pencernaan dan hormon. Adanya peradangan pada pankreas disebut dengan pankreatitis. Pankreatitis dapat berbentuk akut maupun
Daftar isi
Pankreatitis merupakan kondisi radang yang menyerang pankreas [1,2,3,4,5,6,11].
Pankreas sendiri adalah salah satu organ kelenjar yang letaknya di bagian perut dan berperan utama menghasilkan cairan pankreas.
Selain cairan pankreas ini memiliki kandungan enzim pencernaan, beberapa hormon juga dihasilkan oleh pankreas, insulin salah satunya [1,9].
Insulin adalah pengatur kadar glukosa dalam darah serta glukagon [1,3].
Tinjauan Pankreatitis adalah radang pada pankreas yang membuat produksi enzim pencernaan dan insulin terhambat.
Pankreatitis terbagi menjadi dua jenis kondisi menurut tingkat keparahannya, yaitu pankreatitis akut dan pankreatitis kronik.
Pankreatitis akut adalah kasus paling umum dan menjadi penyebab utama pasien harus dirawat inap di rumah sakit untuk gangguan pencernaan [1,3].
Onset untuk kasus pankreatitis akut biasanya terjadi tiba-tiba dan biasanya gejala akan cepat hilang usai mendapat perawatan [6].
Meski demikian, ada pula yang harus sampai rawat inap di rumah sakit karena gejala tidak kunjung hilang [1,3,6].
Jenis pankreatitis ini lebih banyak dialami oleh orang dewasa daripada anak-anak dengan batu ginjal sebagai penyebab paling umum dan utama [1].
Jika kondisi tidak segera mendapatkan penanganan, pankreatitis akut akan berkembang menjadi lebih parah yang disebut dengan pankreatitis kronik [3].
Untuk penderita pankreatitis akut yang memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol serta merokok, perkembangan memburuknya gejala menjadi pankreatitis kronik akan lebih cepat [3,6].
Pankreatitis kronik merupakan jenis peradangan pankreas yang ditandai dengan gejala konsisten [1,4].
Umumnya, pankreatitis kronik adalah radang pankreas yang terjadi dalam jangka panjang sehingga penderitanya mengalami kerusakan pada pankreas [1,4].
Ketika peradangan kronik ini tak segera ditangani, jaringan parut pun akan terbentuk seiring waktu [4].
Pankreatitis kronik biasanya sampai merusak sel-sel penghasil insulin sehingga hal ini kemudian memicu penyakit diabetes pada penderitanya [7].
Orang dewasa dengan pankreatitis kronik sebagian besar disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih secara jangka panjang [4].
Beberapa penderita jenis pankreatitis ini pun ada pula yang disebabkan oleh faktor penyakit genetik seperti gangguan autoimun [4].
Selain pankreatitis akut dapat berkembang menjadi pankreatitis kronik, pankreatitis nekrotikans pun dapat terjadi [1,5].
Karena peradangan yang semakin parah, sebagai akibatnya sel-sel dalam tubuh akan mati [8].
Namun dibandingkan dengan dua jenis pankreatitis sebelumnya, kasus pankreatitis nekrotikans lebih jarang dijumpai.
Peradangan awal yang tak kunjung ditangani berpotensi menyebabkan kebocoran enzim pencernaan ke pankreas sehingga jaringan maupun sel-sel akan rusak dan mati.
Hal ini yang disebut dengan pankreatitis nekrotikans dan untuk kepastian kondisi ini biasanya pasien perlu menempuh CT scan dan USG perut [5].
Selain itu, sampel jaringan yang mati juga perlu dokter ambil untuk dianalisa dan dibuktikan bahwa jaringan tidak mengalami infeksi [5].
Apabila dari hasil analisa jaringan mati ini didapati adanya infeksi, dokter segera meresepkan antibiotik [5].
Selain penggunaan antibiotik, pasien juga akan dianjurkan menempuh operasi pengangkatan jaringan mati tersebut agar aman bagi keseluruhan tubuh [1,5].
Tinjauan Pankreatitis diklasifikasikan menjadi tiga jenis kondisi, yaitu pankreatitis akut, pankreatitis kronik, dan pankreatitis nekrotikans.
Pankreatitis terjadi ketika enzim pencernaan dalam kondisi aktif padahal masih berada di dalam pankreas [4,9].
Hal ini kemudian memicu iritasi pada sel-sel yang ada di pankreas dan peradangan pun timbul.
Bila dari kondisi pankreatitis akut berkembang menjadi pankreatitis kronik, jaringan parut akan terbentuk di pankreas [4].
Keberadaan jaringan parut ini dapat menyebabkan pankreas kehilangan fungsinya sehingga sebagai dampaknya adalah pada gangguan pencernaan [1].
Tidak hanya gangguan pencernaan, fungsi pankreas yang hilang juga akan berdampak pada produksi insulin di mana hal ini berkaitan dengan timbulnya masalah diabetes [7].
Beberapa kondisi atau faktor yang umumnya mampu menyebabkan seseorang menderita pankreatitis antara lain [1,3,4,5,6,7,10] :
Namun, tidak semua kasus batu ginjal ada faktor penyebabnya.
Pada beberapa kasus pankreatitis (terutama kasus rekuren), tidak diketahui faktor yang menyebabkannya [11].
Selain beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas, sejumlah faktor risiko di bawah ini pun perlu diwaspadai karena mampu memicu pankreatitis [1,3,4,5,6,11].
Tinjauan Penyebab pankreatitis bermacam-macam, yakni meliputi obesitas, operasi perut, kanker pankreas, cedera pada perut, infeksi, kadar trigliserida yang sangat tinggi (hipertrigliseridemia), kadar kalsium yang terlalu tinggi (hiperkalsemia), batu ginjal, kistik fibrosis, obat-obatan tertentu, alkoholisme, dan ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography) atau prosedur yang biasanya diterapkan untuk mengatasi batu ginjal
Pankreatitis menimbulkan gejala yang bermacam-macam dan jenis kondisi pankreatitis menentukan apa saja gejala yang dialami oleh penderita.
Pada pankreatitis akut, sejumlah gejala yang dapat dialami oleh penderita adalah [1,3,6,11] :
Pada kondisi kronik, pankreatitis dapat menimbulkan sejumlah gejala sebagai berikut [1,4] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Jika nyeri pada perut terjadi secara persisten dan bahkan bertambah buruk ketika sehabis makan, pastikan segera ke dokter.
Penderita yang merasakan nyeri sampai tak dapat duduk dengan nyaman, pastikan memeriksakan diri.
Tinjauan - Gejala pankreatitis timbul menurut jenis pankreatitis yang dialami penderita. - Gejala pankreatitis akut meliputi nyeri perut atas, nyeri perut usai makan, nyeri dari perut yang menjalar hingga punggung, denyut nadi lebih cepat, area perut yang nyeri disentuh terasa lunak atau lembut, serta mual, demam dan muntah. - Gejala pankreatitis kronik meliputi nyeri perut atas, feses mengandung minyak serta penurunan berat badan tanpa diet.
Ketika mengunjungi dokter untuk memeriksakan diri, beberapa metode diagnosa berikut dapat ditempuh oleh pasien [1,3,4] :
Beberapa metode pemeriksaan lainnya kemungkinan dokter rekomendasikan untuk menegakkan diagnosa.
Namun pemeriksaan lanjutan lainnya juga akan disesuaikan dengan kondisi tertentu dari kesehatan pasien.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes feses, tes darah, dan tes pemindaian adalah serangkaian metode diagnosa yang diterapkan oleh dokter.
Pankreatitis dapat ditangani dengan berbagai metode, baik itu melalui perawatan alami dan mandiri hingga perawatan medis.
Tingkat keparahan atau jenis kondisi pankreatitis pada penderita menentukan metode pengobatan seperti apa yang perlu didapat atau ditempuh.
Pada kondisi pankreatitis akut maupun kronik, ketidaknyamanan karena rasa nyeri pasti dirasakan oleh pasien.
Tergantung dari faktor penyebabnya, beberapa program, terapi maupun obat-obatan berikut berguna membantu mengatasi gejala pasien.
Bagi pasien pankreatitis yang disebabkan oleh ketergantungan alkohol, biasanya dokter akan menganjurkan pasien untuk ikut dalam program tertentu yang mengatasi masalah tersebut [1].
Program khusus ini bertujuan membantu pasien untuk berhenti dari kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebih.
Beberapa pasien dapat mengonsumsi suplemen antioksidan sebagai pereda rasa nyeri [12].
Namun dalam penggunaannya, pastikan sudah lebih dulu berkonsultasi dengan dokter agar tak terjadi kesalahan dosis.
Terapi alternatif yang juga baik untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit akibat pankreatitis adalah metode akupunktur, bermeditasi serta Yoga [13].
Meditasi dan Yoga diketahui merupakan latihan relaksasi dan pernapasan yang mampu membantu meredakan ketidaknyamanan dari rasa sakit.
Perubahan gaya hidup adalah bentuk penanganan mandiri yang dapat dilakukan oleh pasien pankreatitis baik sebelum maupun sesudah menjalani operasi [1,14].
Ketika pankreatitis tak lagi dapat dikendalikan melalui perawatan mandiri seperti diet dan penggunaan obat, itu artinya dokter perlu merekomendasikan prosedur bedah.
Prosedur bedah akan disesuaikan dengan penyebab pankreatitis pasien.
Prosedur operasi pankreas diperlukan oleh pasien apabila terdapat penumpukan cairan di sana atau jaringan sudah ikut terpengaruh [15].
Operasi pankreas bertujuan mengangkat jaringan yang sudah terkena atau sebagai metode pengambilan cairan dari pankreas.
Prosedur ERCP dengan memanfaatkan selang panjang yang sudah dilengkapi kamera kecil di bagian ujung tak hanya berguna dalam memeriksa saluran empedu maupun kondisi pankreas [1,3,4,5].
Jika pankreatitis disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan saluran empedu, ERCP direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasinya.
Namun pada beberapa kasus (terutama pada lansia), ERCP adalah salah satu pemicu pankreatitis akut sehingga sebelum menjalaninya penderita perlu berkonsultasi dengan dokter [1,3,4,5,11].
Pankreatitis yang utamanya disebabkan oleh batu ginjal artinya perlu ditangani dengan operasi batu ginjal.
Kolesistektomi atau prosedur bedah untuk mengangkat batu ginjal merupakan metode penanganan pankreatitis yang juga kemungkinan dokter anjurkan [16].
Tinjauan Penanganan pankreatitis umumnya melalui penggunaan obat-obatan resep dokter, perawatan mandiri dengan mengubah gaya hidup, serta operasi (tergantung apa penyebab utama pankreatitis pasien).
Ketika pankreatitis tidak segera diatasi, penderita memiliki berbagai kemungkinan mengalami risiko-risiko komplikasi sebagai berikut :
Pankreatitis akut dapat meningkatkan kerentanan pankreas terhadap bakteri dan infeksi yang disebabkan bakteri [1,3,5,6].
Jika infeksi pankreas terjadi, pasien harus mendapatkan perawatan intensif seperti prosedur operasi pengangkatan jaringan yang sudah terinfeksi serius.
Peradangan pada pankreas jangka panjang karena pankreatitis kronik perlu segera mendapat penanganan [1,4].
Bila tak diatasi, kondisi dapat berkembang menjadi kanker pankreas yang akan jauh lebih sulit disembuhkan nantinya.
Pankreatitis baik akut maupun kronik dapat mengakibatkan produksi enzim oleh pankreas berkurang [4].
Padahal, enzim tersebut sangat tubuh perlukan untuk memecah nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
Enzim pada sistem pencernaan ini juga penting dalam memroses nutrisi tersebut sehingga bila pankreas tidak dalam kondisi baik, malnutrisi bisa saja terjadi.
Penurunan berat badan dan diare dapat terjadi menyertai malnutrisi; dan apapun makanan yang masuk ke dalam tubuh tak lagi bermanfaat ketika pankreas telah terganggu [4].
Pankreatitis akut mampu menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.
Jika gagal ginjal yang dialami oleh penderita pankreatitis bersifat persisten dan parah, maka dialisis atau cuci darah perlu ditempuh [17].
Pankreatitis akut yang tak segera diatasi juga dapat berakibat pada pembentukan serupa kista di pankreas [1,3,4,5,6].
Jika sampai benjolan ini semakin besar dan akhirnya pecah, infeksi dan perdarahan adalah risiko komplikasi yang perlu diwaspadai.
Sel-sel penghasil insulin yang rusak karena peradangan pankreas, terutama pada kondisi pankreatitis kronik akan berakibat pada diabetes [1,3,4,5,6,11].
Tubuh tak lagi sama dan normal dalam penggunaan glukosa dalam darah.
Pankreatitis akut yang tak mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat juga berakibat pada perubahan kimia dalam tubuh [18].
Perubahan ini kemudian juga berpengaruh pada fungsi paru-paru penderita.
Kadar oksigen dalam darah dapat menurun drastis karena perubahan tersebut sehingga penderita mengalami gangguan napas.
Tinjauan Berbagai risiko komplikasi dapat terjadi pada penderita pankreatitis ketika tidak segera diatasi, yaitu meliputi infeksi, kanker pankreas, malnutrisi, gagal ginjal, pseudocyst, diabetes dan gangguan pernapasan.
Ada berbagai cara dalam mencegah atau setidaknya menurunkan risiko pankreatitis, seperti [19] :
Tinjauan Menjaga pola hidup seimbang dan sehat adalah pencegahan terbaik pankreatitis dan agar pankreas tetap dalam kondisi baik.
1. Nabeeha Mohy-ud-din & Suzanne Morrissey. Pancreatitis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Ira Laurentika, Ari Fahrial Syam, Marcellus Simadibrata & Achmad Fauzi. Pankreatitis Akut Rekuren sebagai Manifestasi dari Disfungsi Sfingter Oddi. Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia; 2016.
3. Jonathan Gapp & Subhash Chandra. Acute Pancreatitis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
4. Onecia Benjamin; Sarah L. Lappin. Chronic Pancreatitis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
5. Christine Boumitri, Elizabeth Brown, & Michel Kahaleh. Necrotizing Pancreatitis: Current Management and Therapies. Clinical Endoscopy; 2017.
6. Anonim. Acute pancreatitis: Overview. National Center for Biotechnology Information; 2015.
7. S Larsen. Diabetes mellitus secondary to chronic pancreatitis. Danish Medical Bulletin; 1993.
8. Olga A Mareninova, Kai-Feng Sung, Peggy Hong, Aurelia Lugea, Stephen J Pandol, Ilya Gukovsky, & Anna S Gukovskaya. Cell death in pancreatitis: caspases protect from necrotizing pancreatitis. The Journal of Biological Chemistry; 2006.
9. Pandol SJ. Digestive Enzymes. San Rafael (CA): Morgan & Claypool Life Sciences; 2010.
10. S H Burkey, R J Valentine, M R Jackson, J G Modrall, & G P Clagett. Acute pancreatitis after abdominal vascular surgery. Journal of the American College of Surgeons.
11. Pier Alberto Testoni. Acute recurrent pancreatitis: Etiopathogenesis, diagnosis and treatment. World Journal of Gastroenterology; 2014.
12. C D Johnson. Antioxidants in acute pancreatitis. Gut; 2007.
13. Surinder Sareen, Vinita Kumari, Karaminder Singh Gajebasia, & Nimanpreet Kaur Gajebasia. Yoga: A tool for improving the quality of life in chronic pancreatitis. World Journal of Gastroenterology; 2007.
14. Brian C. Jacobson, MD, MPH, Martha B. Vander Vliet, RN, Michael D. Hughes, PhD, Rie Maurer, M.A., Katherine McManus, MS, RD, & Peter A. Banks, MD. A Prospective, Randomized Trial of Clear Liquids vs. Low-fat Solid Diet as the Initial Meal in Mild Acute Pancreatitis. HHS Public Access; 2008.
15. Stephanie Plagemann, Maria Welte, Jakob R. Izbicki, & Kai Bachmann. Surgical Treatment for Chronic Pancreatitis: Past, Present, and Future. Gastroenterology Research and Practice; 2017.
16. Daniel Cucher, Narong Kulvatunyou, Donald J Green, Tun Jie, & Evan S Ong. Gallstone pancreatitis: a review. The Surgical Clinics of North America; 2014.
17. G Pupelis. Renal failure in acute pancreatitis. Timing of dialysis and surgery. Przeglad Leskarski; 2000.
18. Murli Manohar, Alok K Verma, Sathisha Upparahalli Venkateshaiah, Nathan L Sanders, & Anil Mishra. Chronic Pancreatitis Associated Acute Respiratory Failure. HHS Public Access; 2018.
19. Cleveland Clinic medical professional. Can pancreatitis be prevented?. Cleveland Clinic; 2020.