Daftar isi
Penyakit Addison merupakan sebuah kondisi di mana kelenjar adrenal tak mampu menghasilkan hormon yang cukup untuk tubuh berfungsi dengan baik karena mengalami kerusakan [1,4,5,6,8,9,10].
Di atas setiap ginjal manusia terdapat kelenjar adrenal yang terdiri dari lapisan dalam atau medula dan lapisan luar atau korteks [1].
Hormon steroid, termasuk aldosterone dan kortisol dihasilkan oleh korteks pada kelenjar adrenal [1,4,5,6].
Oleh karena kadar hormon normal ini, keseimbangan cairan dan garam dalam tubuh terjaga dengan baik.
Jika seseorang mengalami penyakit Addison, maka tubuhnya tidak menghasilkan hormon aldosterone dan kortisol secara cukup dari kelenjar adrenal.
Tinjauan Penyakit Addison adalah sebuah kondisi ketika kelenjar adrenal tidak bekerja sebagaimana mestinya, yakni dalam hal menghasilkan hormon yang cukup untuk kelangsungan fungsi tubuh.
Penyebab penyakit Addison adalah kerusakan korteks pada kelenjar adrenal sehingga produksi hormon adosterone dan kortisol oleh kelenjar adrenal terhambat [1,4,5].
Korteks sendiri merupakan bagian kelenjar adrenal penghasil hormon steroid, seperti hormon androgen, mineralokortikoid dan glukokortikoid [1,5].
Hormon androgen merupakan hormon penting bagi perkembangan seksual pria, termasuk perkembangan libido dan massa otot [6].
Glukokortikoid merupakan jenis hormon kortisol yang penting dalam proses pengubahan makanan di dalam tubuh menjadi tenaga [6].
Hormon ini juga yang berpengaruh pada sistem imun sebagai perespon stres dan radang [1,5].
Sementara mineralokortikoid adalah hormon penjaga keseimbangan kadar kalium dan natrium di mana salah satu jenis mineralokortikoid adalah hormon aldosterone [1,5,6].
Terdapat dua jenis kondisi penyakit Addison menurut penyebabnya yang perlu dikenali dengan baik, yakni insufisiensi adrenal primer dan insufisiensi adrenal sekunder.
Ketidakcukupan adrenal primer di sini mengacu pada kerusakan korteks di kelenjar adrenal [1,5,6].
Karena kondisi ini, hormon yang terproduksi demi kelangsungan fungsi tubuh yang normal menjadi tidak cukup.
Seringkali penyebab utama dari kondisi insufisiensi adrenal primer adalah penyakit autoimun [1,5,6].
Ketika seseorang mengalami penyakit autoimun, korteks dianggap sebagai benda asing oleh sistem imun dan karena itu sistem imun kemudian merusak serta menghancurkannya.
Beberapa jenis kondisi lain yang mampu memicu insufisiensi adrenal primer antara lain [1,6] :
Pada kondisi insufisiensi adrenal sekunder, artinya kelenjar pituitari mengalami gangguan [1,5,6].
Tumor yang tumbuh di kelenjar tersebut menjadi salah satu penyebabnya [5,6].
Kelenjar pituitari atau yang juga dikenal dengan istilah kelenjar hipofisis memiliki fungsi utama sebagai pengatur produksi hormon kelenjar adrenal di mana letak kelenjar ini ada di bawah otak.
Penderita penyakit arthritis maupun asma yang berhenti dari terapi kortikosteroid secara tiba-tiba pun mampu memicu insufisiensi adrenak sekunder [7].
Sejumlah faktor mampu meningkatkan risiko penyakit Addison, seperti [1,5,6] :
Beberapa penyebab maupun faktor risiko yang telah disebutkan dapat memicu kegagalan adrenal akut apabila kondisi penyakit Addison tak segera memperoleh penanganan yang tepat.
Tinjauan - Penyebab utama penyakit Addison adalah kerusakan korteks pada kelenjar adrenal yang membuat hormon adosterone dan kortisol tidak terproduksi secara optimal oleh kelenjar adrenal. - Menurut penyebabnya, penyakit Addison pun terbagi menjadi dua kondisi, yaitu insufisiensi adrenal primer (kerusakan korteks di kelenjar adrenal) dan insufisiensi adrenal sekunder (gangguan pada kelenjar pituitari).
Gejala penyakit Addison terdiri dari dua jenis kondisi, yaitu gejala tahap awal dan gejala tahap lanjut.
Di tahap awal, penyakit ini sulit dideteksi karena gejala yang ditimbulkan cukup umum sehingga kerap dianggap sebagai gejala gangguan kesehatan lain.
Beberapa gejala awal berikut ini cenderung sangat umum dan mirip dengan gejala penyakit lain [1,4].
Gejala penyakit Addison dapat berkembang perlahan menjadi semakin serius di mana perkembangan terjadi secara perlahan.
Dari gejala awal yang tampak biasa dan ringan tersebut, dalam beberapa bulan keluhan akan semakin serius, seperti [1,4,6] :
Pada kasus perkembangan gejala yang lebih buruk, beberapa kondisi berikut ini dapat terjadi sehingga penderita memerlukan penanganan segera [1,4,6,8] :
Ketika krisis Addison terjadi, maka beberapa gejala serius tahap lanjut tersebut dialami oleh penderita, penting untuk segera memperoleh bantuan medis.
Tak ada penanganan segera mampu berakibat pada kondisi fatal pada tubuh pasien.
Tinjauan Gejala yang ditimbulkan penyakit Addison terdiri dari dua jenis kondisi, yakni gejala tahap awal (kelelahan, mudah haus, mudah mengantuk, sering buang air kecil, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan) serta gejala tahap lanjut (hipoglikemia, diare, kerontokan rambut, menstruasi tak teratur, hiperpigmentasi, depresi, disfungsi seksual, dan tekanan darah rendah).
Ketika gejala penyakit Addison terjadi, periksakan diri ke dokter dan konsultasikan dengan rinci.
Beberapa metode diagnosa yang dokter akan terapkan antara lain adalah :
Dokter akan mengecek kondisi fisik pasien lebih dulu berikut mengajukan sejumlah pertanyaan yang berakitan dengan riwayat kesehatan pasien [1,4,9].
Kondisi fisik yang diperiksa oleh dokter adalah keadaan kulit (apakah pasien mengalami hiperpigmentasi di bagian bibir, telapak tangan dan siku).
Selain itu, dokter akan memeriksa tekanan darah pasien supaya dapat terdeteksi adanya kondisi hipotensi (tekanan darah rendah).
Dokter kemungkinan perlu mengetahui pula riwayat kesehatan keluarga pasien sebelum beralih ke pemeriksaan lanjutan.
Tes pemindaian seperti MRI scan dan CT scan diperlukan agar dokter tahu pasti ukuran kelenjar adrenal abnormal [1,6,8].
Dari hasil tes pemindaian, akan diketahui pula apakah kelainan terjadi di kelenjar hipofisis sehingga faktor penyebab insufisiensi adrenal teridentifikasi.
Tes penunjang satu ini bertujuan utama mengetahui kadar gula darah, hormon adrenokortikotropik (ACTH), hormon aldosterone dan hormon kortisol [1,5,6,8,9].
Bahkan kadar keseimbangan natrium serta kalium di dalam tubuh pasien akan terdeteksi dari hasil tes darah.
Penyakit Addison ditandai dengan kadar hormon ACTH yang terlalu tinggi sementara kadar hormon aldosterone dan gula darah terlalu rendah [1].
Jika dokter ingin mengetahui jumlah antibodi dalam tubuh pasien dan ingin mengetahui apakah pasien mengalami penyakit autoimun sebagai penyebab penyakit Addison, tes darah juga sangat membantu [1].
Karena fungsi kelenjar tiroid dalam tubuh penderita penyakit Addison terpengaruh, dokter perlu memeriksa untuk mengetahui seberapa baik fungsi kelenjar ini [1,9].
Hormon tiroid yang tidak terproduksi sebagaimana mestinya menandakan bahwa kelenjar tiroid mengalami gangguan.
Jika kelenjar tiroid terganggu, pasien dapat mengalami perkembangan dan metabolisme tubuh yang juga tak terkendali dengan baik.
Metode diagnosa ini digunakan oleh dokter apabila dokter mencurigai insufisiensi adrenal sekunder dari kelenjar hipofisis yang mengalami gangguan [6].
Dokter dalam prosedur ini akan memeriksa kadar hormon kortisol dan kadar gula darah usai menyuntikkan insulin.
Pasca pemberian insulin, kadar gula darah biasanya akan rendah pada kondisi orang yang sehat, sementara kadar kortisol akan naik.
Dokter menerapkan prosedur pemeriksaan ini untuk mengetahui kadar hormon kortisol dalam darah sebelum dan sesudah penyuntikan ACTH sintetis [1,4,5,6,7,8].
Kelenjar adrenal yang sedang dalam kondisi rusak akan nampak pada hasil pemeriksaan.
Hal tersebut ditunjukkan dari hasil kadar hormon kortisol yang rendah tepat setelah dokter menyuntikkan ACTH sintetis.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah, tes pemindaian, tes hormon tiroid, tes hipoglikemia induksi insulin, dan tes stimulasi ACTH merupakan metode-metode diagnosa penyakit Addison.
Untuk menangani penyakit Addison, terapi hormon adalah metode perawatan yang utama sebagai pengganti hormon steroid yang hilang atau menurun.
Karena tubuh tak lagi mampu secara maksimal menghasilkan hormon tersebut, metode-metode terapi hormon berikut diperlukan oleh pasien.
Untuk pasien penyakit Addison yang mengalami muntah-muntah sebagai salah satu gejalanya, maka kortikosteroid suntik/injeksi akan diberikan oleh dokter [1,5,6,7,9].
Pasien dengan gejala tersebut kesulitan mengonsumsi obat tablet.
Hydrocortisone atau prednisone adalah obat yang termasuk golongan kortikosteroid tablet dan bertujuan sebagai pengganti kortisol [1,5,6,7,9].
Bagi pasien yang tidak mengalami muntah-muntah, obat ini aman digunakan.
Untuk pengganti hormon aldosterone, fludcortisone biasanya dokter resepkan.
Untuk kondisi pasien yang sudah di tahap krisis Addison, pemberian infus larutan khusus dilakukan oleh dokter [1,4,8].
Larutan yang dimaksud adalah gula dan garam di mana pemberian dilakukan melalui pembuluh darah vena.
Selama metode perawatan ditempuh oleh pasien, pasien dianjurkan untuk tetap ke dokter untuk pengecekan perkembangan kondisi [1,9].
Dokter biasanya menyarankan pasien untuk datang memeriksakan diri 6 bulan atau 1 tahun sekali [1].
Pemantauan tetap diperlukan agar dosis obat yang diresepkan kemudian dapat menyesuaikan kondisi pasien.
Adakah efek samping dari terapi hormon pengganti?
Ada, namun hanya ketika dosis resep dari dokter terlalu tinggi.
Efek samping yang dapat terjadi umumnya meliputi insomnia, perubahan suasana hati, hingga risiko osteoporosis [1,7].
Konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan efek samping dari obat-obat yang diresepkan agar dapat mewaspadainya.
Tinjauan Pengobatan penyakit Addison umumnya meliputi pemberian kortikosteroid baik secara suntik maupun secara oral (tablet). Larutan intravena yang diberikan melalui infus juga merupakan perawatan umum bagi penderita penyakit Addison, di mana setelahnya dokter masih memantau perkembangan kondisi pasien.
Ketika terdeteksi dan ditangani dari kemunculan awal gejala, maka risiko komplikasi sebenarnya dapat ditekan.
Salah satu kondisi komplikasi penyakit Addison adalah krisis Addison di mana keadaan ini berakibat pada [1] :
Risiko kematian karena masalah kardiovaskular, kanker, dan infeksi pada pasien insufisiensi adrenal sangat tinggi [1].
Gangguan saraf adalah risiko komplikasi lainnya yang dapat terjadi pada pasien penyakit Addison apabila tak segera mendapatkan pertolongan medis [1,6].
Pada wanita, insufisiensi ovarium primer atau kegagalan ovarium prematur adalah akibat dari terlambatnya penanganan penyakit Addison [1].
Tidak ada cara khusus dan pasti dalam mencegah penyakit Addison [10].
Namun untuk mencegah krisis Addison, beberapa upaya berikut dapat dilakukan [1] :
Selain mengikuti anjuran dokter selama pengobatan, pastikan untuk menjaga diri sendiri dengan baik dan benar melalui beberapa upaya ini [11] :
Tinjauan Tidak ada cara mencegah penyakit Addison, namun dengan menjaga berat badan, membatasi konsumsi garam, dan rutin mengecek tekanan darah sangat membantu. Begitu pula dengan pemeriksaan dan penanganan gejala dini, hal ini akan membantu mengatasi krisis penyakit Addison.
1. Sadaf Munir; Bryan S. Quintanilla Rodriguez; & Muhammad Waseem. Addison Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Suri Nurharjanti H & Bambang Tridjaja. Krisis Adrenal pada Bayi dengan Hiperplasia Adrenal Kongenital. Sari Pediatri; 2007.
3. Yanne Pradwi Efendi & Eva Decroli. Tuberculous Addison’s Disease. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2019.
4. Soumya Brata Sarkar, Subrata Sarkar, Supratim Ghosh, & Subhankar Bandyopadhyay. Addison's disease. Contemporary Clinical Dentistry; 2012.
5. Martin R. Huecker & Elvita Dominique. Adrenal Insufficiency. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. Nicolas C Nicolaides, M.D., George P Chrousos, MD, MACE, MACP, FRCP, & Evangelia Charmandari, M.D. Adrenal Insufficiency. Endotext; 2017.
7. Muhammad Yasir; Amandeep Goyal; Pankaj Bansal; & Sidharth Sonthalia. Corticosteroid Adverse Effects. National Center for Biotechnology Information; 2020.
8. Sandeep Choudhary, Anwer Alam, Vivek Dewan, Dinesh Yadav, & N.K. Dubey. An Unusual Presentation of Addison’s Disease—A Case Report. Clinical Pediatric Endocrinology; 2011.
9. Claire Burton, MRCGP, NIHR, Elizabeth Cottrell, MRCGP, GP, & John Edwards, MPH, MRCGP, GP. Addison’s disease: identification and management in primary care. British Journal of General Practice; 2015.
10. American Academy of Family Physicians. Addison’s Disease. Family Doctor; 2019.
11. S Friedenberg. A low-sodium diet for hypertensive vascular disease precipitating Addison's disease and miliary tuberculosis, report of a case. The New England Journal of Medicine; 1950.