Insomnia tidak hanya mudah terjadi pada orang dewasa, tapi juga pada para remaja [1].
Gangguan tidur paling umum dialami remaja adalah insomnia, yakni dengan prevalensi seumur hidup sekitar 10,7% [2].
Menurut DSM-4 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th Edition), prevalensi gangguan tidur insomnia pada remaja usia 13-16 tahun di Amerika Serikat adalah 9,4% [2].
Di Indonesia sendiri, prevalensi insomnia menurut penelitian tahun 2018 adalah sekitar 10% dari seluruh jumlah penduduk dan pada penduduk usia remaja belum diketahui pasti [3].
Di masa pertumbuhannya, remaja seharusnya mendapatkan kualitas tidur yang baik, yakni sekitar 7-8 jam per malam agar tidak rentan sakit dan lelah [1,2,3].
Ketahui lebih dulu kemungkinan penyebab insomnia pada remaja supaya dapat menangani secara tepat.
Daftar isi
Remaja masa kini akan lebih banyak berkutat dengan ponsel pintar atau laptopnya [1,2].
Perangkat gawai menjadi hal yang seringkali sulit dipisahkan dari para remaja di zaman sekarang [1,2].
Hal ini bisa menjadi salah satu sebab utama mengapa remaja sulit tidur di malam hari [1,2].
Menggunakan banyak waktu di depan ponsel pintar atau laptop (biasanya untuk bermain games, bertukar pesan dan bermain media sosial) mampu membuat remaja kebanyakan lupa dengan aktivitas lainnya [1].
Tidak hanya bisa membuat remaja lupa makan, belajar, dan melakukan kegiatan lainnya, mereka pun bisa lupa untuk tidur [1,2].
Seringkali, bahkan ketika remaja sudah mematikan perangkat gawainya, mereka akan kesulitan untuk terlelap karena efek dari sinar biru dari layar ponsel [1,2].
Bagi remaja yang sudah mulai suka dengan kopi, teh atau makanan/minuman berkafein, efek kafein ini bisa memengaruhi pola tidurnya [1,2].
Para remaja yang suka mengasup kafein cenderung lebih sulit untuk tidur malam [1,2].
Tidak hanya kopi dan teh, minuman berenergi dan bahkan minuman bersoda seperti kola juga mengandung kafein [1,2].
Rata-rata minuman-minuman tersebut sering remaja konsumsi yang tanpa disadari mampu memicu insomnia [1,2].
Remaja adalah masa-masa paling aktif; tidak sekadar fokus pada sekolah, para remaja seringkali aktif dalam berbagai kegiatan di luar sekolah [1,2].
Walau kesibukan meningkatkan risiko lelah pada remaja dan seharusnya hal ini menjadi faktor pemicu cepat tidur, pada beberapa remaja tidak demikian [1,2].
Misalnya saja remaja bangun setiap jam 6 pagi lalu baru pulang sekolah sore hingga malam hari, ada kemungkinan mereka tidak langsung bisa tertidur cepat [1].
Masa-masa sekolah menengah ke atas (SMA) biasanya menjadi masa penuh tekanan atau stres bagi remaja [1].
Tidak hanya tugas sekolah dan ujian, tapi kegiatan di luar sekolah, hingga masalah dengan teman, pacar atau bahkan keluarga di saat yang sama akan memicu stres [1,2].
Obat golongan steroid seperti prednisone adalah salah satu faktor yang mampu membuat remaja jika mengonsumsinya akan mengalami insomnia [1,4,5].
Steroid seperti prednisone sendiri adalah obat anti-inflamasi/antiradang yang juga mampu menyebabkan rasa gatal pada kulit hingga hot flashes (tubuh terkena serangan sensasi panas) [5].
Namun bila seorang remaja mengonsumsi prednisone ini sehari dua kali, maka risiko insomnia jauh lebih tinggi untuk terjadi daripada gatal-gatal dan hot flashes [4,5].
Selain stres, kegiatan padat, efek obat, efek kafein dan efek penggunaan gawai, beberapa kondisi medis pun bisa mendasari kondisi insomnia remaja [1].
Asma adalah salah satu penyakit yang dimaksud, yakni gangguan saluran nafas kronis yang biasanya menyebabkan sesak nafas, batuk dan mengi [6].
Gangguan saluran nafas ini terjadi akibat saluran nafas yang menyempit dan adanya peradangan yang menyerang [6].
Jika remaja memiliki kebiasaan merokok, terpapar udara dingin, terpapar alergen (bulu hewan, debu hingga asap rokok), atau terpapar zat kimia tertentu, gejala asma dapat memburuk di malam hari [6].
Bila remaja mengalami sesak nafas, nyeri dada, batuk-batuk, hingga mengi hampir setiap malam, maka hal ini menjadi penyebab insomnia yang perlu segera diatasi [1,7].
Sindrom kaki gelisah adalah sebuah kondisi ketika timbul dorongan kuat untuk terus-menerus menggoyangkan, menggerakkan atau menghentakkan kaki [8].
Jenis penyakit ini tergolong sebagai gangguan saraf di mana tanda lainnya adalah kaki akan terasa kram, nyeri, geli, gatal, kesemutan hingga seperti tersengat listrik [8].
Jika remaja mengalami sindrom ini di malam hari, maka biasanya tidur menjadi tak nyaman dan remaja akan sulit terlelap [1,9].
Insomnia pun menjadi akibat dari sindrom kaki gelisah apabila gejala sampai dialami hampir setiap malam [1,9].
Kondisi lainnya yang menyebabkan remaja mengalami insomnia adalah fibromyalgia atau kondisi saat sekujur tubuh mengalami rasa nyeri [1,10,11].
Jika rasa nyeri ini terjadi selama 3 bulan atau lebih, maka biasanya kondisi ini mengarah pada fibromyalgia [10].
Nyeri yang dapat dirasakan oleh remaja pada kasus fibromyalgia adalah nyeri menusuk, nyeri panas/terbakar, atau bisa juga nyeri tumpul [10,11].
Nyeri yang umumnya muncul di daerah punggung, leher dan beberapa bagian tubuh lainnya ini bisa membuat penderitanya susah tidur di malam hari [10,11].
Jika remaja juga mengalami keluhan lain berikut, maka kemungkinan besar kondisi mengarah pada fibromyalgia [10].
Gejala lain yang lebih jarang terjadi adalah sering merasa dingin atau panas, kesemutan pada tungkai, hingga nyeri haid pada remaja perempuan [10].
GERD atau kondisi kenaikan asam lambung juga dapat menjadi alasan lain remaja tak bisa tidur di malam hari [1].
Ketika asam lambung naik hingga kerongkongan, maka tandanya remaja sedang mengalami GERD [1,12].
Insomnia adalah bentuk gangguan tidur yang berpotensi dialami remaja ketika asam lambungnya naik dan gejala GERD sedang kambuh [1,13].
Heartburn atau nyeri/perih di ulu hati kerap menjadi tanda utama penyakit GERD, sekaligus tanda yang membuat tubuh tidak nyaman baik saat beristirahat maupun beraktivitas [12,13].
Beberapa gejala lain yang menunjukkan kondisi GERD adalah [12,13] :
Bila insomnia terus-menerus terjadi, maka sudah saatnya remaja memeriksakan diri ke dokter agar gejala dapat dikendalikan.
Penyebab insomnia pada remaja lainnya adalah narkolepsi, yakni sistem saraf yang terganggu sehingga remaja dapat merasakan kantuk lebih hebat justru pada siang hari [14].
Di siang hari, penderita narkolepsi akan lebih banyak tertidur, bahkan mereka bisa tertidur di mana saja dan kapan saja [14].
Tak sekadar menghambat rutinitas, remaja dengan kondisi ini bisa mengalami insomnia dan beberapa situasi berbahaya lainnya [1,15].
Narkolepsi seringkali juga ditandai dengan serangan tidur, katapleksi (kelemahan otot mendadak), ketindihan, hingga halusinasi [14].
Somnabulisme atau penyakit tidur berjalan (sleep walking) adalah salah satu penyebab remaja bisa sulit tidur di malam hari [1,16].
Kondisi tidur berjalan sendiri adalah ketika remaja bangun dari tempat tidur (namun dalam kondisi masih terlelap), lalu berjalan dan melakukan aktivitas [17].
Remaja berisiko mengalami ini, terutama saat sedang stres atau demam [1,17].
Remaja berpotensi terbangun dan bisa saja sulit untuk tertidur kembali [1,16,17].
Remaja berkemungkinan mengalami depresi, gangguan kecemasan hingga perubahan suasana hati tak menentu [1].
Mencemaskan banyak hal di malam hari menjadi salah satu faktor pemicu insomnia pada remaja [1,18].
Bahkan tak sedikit remaja yang pada akhirnya mengembangkan depresi dan gangguan suasana hati pada tahap serius [1,18].
Ketika berbagai macam gangguan kesehatan mental terjadi pada remaja, gangguan tidur berpotensi semakin buruk [1,19].
Apnea tidur obstruktif adalah gangguan pernafasan di mana remaja bisa mengalami henti nafas sementara pada saat tidur [20].
Karena adanya jaringan menghambat saluran nafas sewaktu sedang tidur, penderita apnea tidur akan tiba-tiba bangun tersengal-sengal [20].
Dengan kata lain, remaja dengan apnea tidur obstruktif akan mengalami sesak nafas ketika tidur, mengorok, hingga sering terjaga dan batuk-batuk [20].
Karena gejala-gejala tersebut, remaja menjadi sulit tidur atau mengalami insomnia [1,21].
Tips Mengatasi Insomnia pada Remaja
Insomnia pada remaja dapat diatasi dengan melakukan beberapa upaya seperti berikut [1] :
Penyebab insomnia pada remaja sangat bervariasi, namun saat gejala tampak cukup serius dan terjadi dalam jangka panjang, sudah saatnya memeriksakan diri ke dokter agar segera ditangani.
1. Susan Bernstein & Dan Brennan, MD. Insomnia in Teens. WebMD; 2021.
2. Massimiliano de Zambotti, PhD, Aimee Goldstone, PhD, Ian M Colrain, PhD, & Fiona C Baker, PhD. Insomnia disorder in adolescence: diagnosis, impact, and treatment. Sleep Medicine Reviews; 2019.
3. Raudhatul Zahara, Sofiana Nurchayati, & Rismadefi Woferst. Gambaran Insomnia pada Remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan; 2018.
4. Theodore R. Fields, MD, FACP. Steroid Side Effects: How to Reduce Drug Side Effects of Corticosteroids. Hospital for Special Surgery; 2021.
5. Dr. Keith Roach. To Your Good Health: Insomnia one of many prednisone side effects. Agrinews; 2022.
6. Muhammad F. Hashmi; Maryam Tariq; & Mary E. Cataletto. Asthma. National Center for Biotechnology Information; 2022.
7. Fredrik Sundbom, Andrei Malinovschi, Eva Lindberg, Catarina Almqvist & Christer Janson. Insomnia symptoms and asthma control-Interrelations and importance of comorbidities. Clinical & Experimental Allergy; 2020.
8. Abeera Mansur; Pablo R. Castillo; Franklyn Rocha Cabrero; & Syed Rizwan A. Bokhari. Restless Legs Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Jan-Erik Broman, Lena Mallon, & Jerker Hetta. Restless legs syndrome and its relationship with insomnia symptoms and daytime distress: epidemiological survey in Sweden. Psychiatry and Clinical Neurosciences; 2008.
10. Juhi Bhargava & John A. Hurley. Fibromyalgia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
11. Danielle Pacheco & Dr. Abhinav Singh. Fibromyalgia and Sleep. Sleep Foundation; 2022.
12. Catiele Antunes; Abdul Aleem; & Sean A. Curtis. Gastroesophageal Reflux Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. Hye-kyung Jung, M.D., Rok Seon Choung, M.D., & Nicholas J. Talley, M.D., Ph.D. Gastroesophageal Reflux Disease and Sleep Disorders: Evidence for a Causal Link and Therapeutic Implications. Journal of Neurogastroenterology and Motility; 2010.
14. Jennifer M. Slowik; Jacob F. Collen; & Allison G. Yow. Narcolepsy. National Center for Biotechnology Information; 2022.
15. Raj Dasgupta, MD & Caitlin Geng. Is there a link between narcolepsy and insomnia?. Medical News Today; 2021.
16. American Academy of Sleep Medicine. Adult sleepwalking is serious condition that impacts health-related quality of life. American Academy of Sleep Medicine; 2017.
17. Azka S. Zergham & Zeeshan Chauhan. Somnambulism. National Center for Biotechnology Information; 2022.
18. Suma P. Chand & Hasan Arif. Depression. National Center for Biotechnology Information; 2021.
19. David Nutt, DM, FRCP, FRCPsych, FMedSci, Sue Wilson, PhD, & Louise Paterson, PhD. Sleep disorders as core symptoms of depression. Dialogues in Clinical Neuroscience; 2008.
20. Jennifer M. Slowik & Jacob F. Collen. Obstructive Sleep Apnea. National Center for Biotechnology Information; 2022.
21. Erla Björnsdóttir, Christer Janson, Thorarinn Gíslason, Jón Fridrik Sigurdsson, Allan I Pack, Philip Gehrman, & Bryndís Benediktsdóttir. Insomnia in untreated sleep apnea patients compared to controls. Journal of Sleep Research; 2012.