Data WHO, pada 2018, melaporkan lebih dari 16.000 kasus difteri dan kemungkinan lebih dari yang dilaporkan di wilayah Amerika Serikat.[1]
Sariawan biasanya berukuran kurang dari 1 mm tetapi dapat membesar hingga diameter ½ sampai 1 inci.[5]
Daftar isi
Sebelum membahas mengenai perbedaan penyakit sariawan dengan difteri, sebaiknya perlu untuk mengetahui masing-masing penyakit.
Penyakit sariawan merupakan sebuah luka atau peradangan yang terjadi di bibir dan dalam mulut.[2]
Penyakit difteri disebabkan oleh strain bakteri.[1] Penyakit difteri dapat menular dari orang ke orang, biasanya melalui cairan tubuh, seperti dari batuk atau bersin, bisa juga karena terjadi kontak dengan luka terbuka atau bisul yang terinfeksi.[1,3]
Infeksi bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit difteri termasuk ke tingkat infeksi serius.[3]
Untuk mengetahui perbedaan penyakit sariawan dengan difteri lebih dalam, dapat ditelusuri penyebab terjadinya. Berikut di bawah ini keterangan mengenai penyebab terjadinya penyakit sariawan dan difteri:
Penyakit sariawan secara medis belum dapat dipastikan penyebabnya.[4] Kemungkinan besar, sariawan bisa muncul karena faktor-faktor di bawah ini:[5]
Beberapa obat jenis antiinflamasi nonsteroid yang umumnya menjadi penyebab terjadinya sariawan atau kemungkinan menjadi efek samping penggunaan seperti obat ibuprofen.
Bagi sebagian orang yang memiliki masalah dengan gigi tidak rata akan memilih menggunakan behel atau kawat gigi atau bahkan dengan gigi palsu. Penggunaan kawat gigi dan gigi palsu ini dapat mengakibatkan luka di dalam mulut yang memicu terjadinya infeksi sehingga memunculkan sariawan.
Kondisi stres atau cedera ringan yang terjadi di bagian dalam mulut dianggap dapat menyebabkan sariawan kategori ringan.
Beberapa kasus sariawan kompleks muncul bersamaan sebagai akibat mengalami penyakit sistem kekebalan. Penyakit-penyakit ini termasuk:
Lemahnya imunitas tubuh terhadap serangan penyakit bisa diakibatkan karena kekurangan asupan nutrisi. Pasien yang bermasalah dengan kekurangan nutrisi, akan lebih mudah terserang sariawan.
Berikut kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk mencegah terjadinya sariawan, seperti:
Beberapa makanan kemungkinan besar tidak cocok terhadap individu. Apabila dipaksakan atau termakan dapat menjadi pemicu terjadinya sariawan. Makanan-makanan tersebut seperti buah-buahan tropis dan mengandung asam seperti:
Difteri terjadi karena infeksi oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.[1,3]
Penyakit difteri memiliki onset akut.[6,3]
Tertumpuknya selaput jaringan mati tersebut akan membuat kesulitan bernapas dan menelan.[1] Penyakit ini dapat menular melalui:[3]
Gejala-gejala terjadinya penyakit sariawan pada seorang pasien ditandai dengan:[5]
Sedangkan penyakit difteri akan ditandai dengan:[3]
Penanganan medis maupun secara mandiri pada penyakit sariawan dan difteria tentu berbeda. Hal ini dikarenakan, penyebabnya yang berbeda juga. Berikut di bawah ini keterangan mengenai pengobatan dan pencegahan penyakit sariawan dan difteri:[3,5]
Pengobatan
Beberapa obat di bawah ini dapat digunakan sebagai pilihan untuk meredakan gejala penyakit sariawan:
Pencegahan
Sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari terjadinya penyakit sariawan, berikut di bawah ini beberapa perilaku yang dapat dilakukan:[5]
Pengobatan
Sedangkan pada penyakit difteri, akan memerlukan pengobatan menggunakan vaksin difteri. Vaksin ini biasanya diberikan sebagai vaksin kombinasi bersamaan dengan vaksin lain seperti:
Pengobatan pada pasien remaja dan pasien dewasa yang mengalami penyakit difteri sering dikombinasikan dengan toksoid tetanus dalam konsentrasi yang lebih rendah (vaksin Td).
WHO merekomendasikan pengobatan menggunakan vaksin sebaiknya dalam rangkaian vaksinasi primer 3 dosis dengan vaksin difteri yang diikuti dengan 3 dosis booster.
Pencegahan
Sedangkan pencegahan pada penyakit difteri masih belum dapat disimpulkan. Sejauh ini, satu-satunya cara yang tetap digunakan untuk menangani pasien dengan difteri adalah memberikan vaksin dan manajemen yang tepat.[6]
1. Anonim. Diphtheria. Center for Disease Control and Prevention; 2020.
2. Anonim. Aphthous Stomatitis. ScienceDirect; 2020.
3. Anonim. Diphtheria. World Health Organization; 2020.
4. R S Rogers. Semin Cutan Med Surg: Recurrent aphthous stomatitis: clinical characteristics and associated systemic disorders. National Center for Biotechnology Information; 1997.
5. Anonim. Canker Sores. Cleveland Clinic; 2020.
6. Anonim. Diphteria. Cleveland Clinic; 2020.