Daftar isi
Pneumonia aspirasi merupakan sebuah kondisi komplikasi dari aspirasi paru, yaitu ketika zat asing atau makanan yang masuk ke dalam paru dan terjebak di sana [1,4,6].
Ketika zat atau makanan tersebut tak dapat dikeluarkan lagi, kondisi ini lalu memicu radang paru-paru serta infeksi bakteri.
Bila kondisi paru tergolong sehat, maka biasanya bakteri yang berpengaruh pada paru dapat diatasi sendiri oleh tubuh, namun jika tidak, pneumonia aspirasi dapat terjadi.
Tinjauan Pneumonia aspirasi merupakan sebuah kondisi komplikasi dari aspirasi paru di mana zat atau makanan terjebak di dalam paru sehingga infeksi bakteri dan radang paru terjadi.
Pneumonia aspirasi utamanya disebabkan oleh paru-paru yang terinfeksi bakteri [1].
Bakteri dapat masuk melalui saluran nafas yang kemudian masuk ke dalam paru yang terkadang bisa bersamaan dengan air liur maupun asam lambung serta makanan.
Walau dengan batuk biasanya mampu mencegahnya, rata-rata pneumonia aspirasi tetap terjadi ketika sudah batuk atau dibatukkan sekalipun.
Selain karena infeksi bakteri, penting untuk mengetahui bahwa beberapa faktor risiko di bawah ini mampu memicu seseorang menderita pneumonia aspirasi [1,3] :
Tinjauan Pneumonia aspirasi utamanya disebabkan oleh paru-paru yang terinfeksi bakteri di mana bakteri memasuki saluran nafas yang menuju paru. Masuknya bakteri dapat terjadi bersamaan dengan air liur maupun asam lambung serta makanan.
Pneumonia aspirasi dapat dialami siapapun, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Batuk berdahak merupakan gejala utama pneumonia aspirasi, namun biasanya warna dahaklah yang menunjukkan bahwa kesehatan paru sedang terganggu.
Beberapa gejala selain batuk berdahak yang perlu dikenali dan segera diatasi adalah [1,4,5] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Pemeriksaan diri ke dokter dapat dilakukan ketika sebelumnya sempat mengalami tersedak minuman maupun makanan.
Karena dapat berbahaya, terutama bila terjadi pada anak-anak usia kurang dari 2 tahun serta lansia dengan usia 65 tahun ke atas, maka segera periksakan untuk dapat ditangani secepatnya.
Segera ke dokter untuk menempuh beberapa pemeriksaan ketika mengalami batuk berdahak dengan warna dahak tidak normal dan disertai darah.
Terlebih jika demam menyertai, jangan ragu dan tunggu terlalu lama untuk menemui dokter.
Tinjauan Batuk berdahak menjadi gejala utama dari kondisi pneumonia aspirasi dengan warna kemerahan atau kehijauan. Selain itu, dahak berbau tidak sedap, kulit memucat, demam, disfagia (sulit menelan), sesak nafas disertai mengi, nyeri di bagian dada, tubuh berkeringat lebih banyak dari normalnya, tubuh mudah lemas, bau mulut, mual disertai muntah, pusing dan berat badan turun.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, maka pasien perlu menjalani sejumlah metode diagnosa untuk memastikan penyebab pneumonia aspirasi.
Melalui deteksi dan diagnosa dini, dokter juga lebih mudah membantu dan menentukan penanganan seperti apa yang paling baik bagi penderita.
Pemeriksaan akan diawali dengan pemeriksaan fisik pasien menggunakan stetoskop [3].
Guna pemeriksaan fisik adalah agar dokter dapat mendengarkan suara dari paru-paru pasien yang tidak normal.
Selain pemeriksaan fisik, dokter juga biasanya memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai riwayat kesehatan pasien.
Dokter perlu tahu apa saja riwayat medis pasien serta keluarga pasien.
Dokter juga akan menanyakan riwayat gejala yang dialami pasien selama ini terkait dengan masalah pernafasan.
Namun jika diperlukan dalam penegakan diagnosa, dokter akan meminta pasien untuk menjalani beberapa tes penunjang.
Dokter biasanya akan meminta pasien menempuh pemeriksaan laboratorium untuk mengecek kondisi tubuh pasien secara lebih detail.
Tes laboratorium umumnya meliputi tes kultur darah, analisa gas darah, hitung darah lengkap, tes fungsi ginjal dan hitung kadar elektrolit [1,3].
Metode diagnosa lainnya yang juga dapat membantu dokter dalam menghasilkan diagnosa lebih tepat antara lain adalah CT scan dan rontgen (sinar-X) [1,3].
Kedua tes pemindaian ini dapat dilakukan untuk memeriksa area dada agar dokter dapat mengetahui kelainan maupun gangguan pada paru-paru dan sekitarnya secara lebih jelas.
Metode yang juga dikenal dengan istilah sputum ini diterapkan dengan pengambilan sampel dahak pasien yang kemudian dianalisa lebih jauh [1,6].
Dari hasil pemeriksaan, akan dapat diketahui oleh dokter apakah terdapat bakteri yang menjadi penyebab infeksi.
Bronkoskopi merupakan bentuk tes penunjang lainnya yang membantu dokter dalam mendeteksi adanya gangguan pada tenggorokan pasien [1,3,4,6].
Biasanya metode diagnosa ini dilakukan untuk memeriksa kondisi tenggorokan hingga saluran nafas bagian bawah.
Tinjauan Metode diagnosa yang digunakan dokter dalam memastikan pneumonia aspirasi, penyebab dan cara mengobatinya adalah pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan, tes laboratorium, tes pemindaian, kultur dahak dan bronkoskopi.
Pneumonia adalah suatu kondisi yang sangat serius sehingga penderita perlu segera memeriksakan diri dan memperoleh penanganan.
Untuk kultur darah dan dahak, umumnya hasil pemeriksaan akan keluar setelah 3-5 hari dan setelah hasil diagnosa menyatakan penderita mengalami pneumonia aspirasi, dokter baru dapat menentukan pengobatan yang sesuai.
Dokter akan memberikan pengobatan yang disesuaikan lebih dulu dengan tingkat keparahan gejala penderitanya.
Jika gejala tergolong ringan dan masih dapat ditangani secara mandiri, maka perawatan di rumah sudah terbilang cukup.
Namun bila gejala cukup parah, perawatan di rumah sakit adalah hal wajib.
Berikut ini merupakan metode perawatan untuk pasien pneumonia aspirasi pada umumnya.
Beberapa jenis obat yang diresepkan oleh dokter bagi pasien pneumonia aspirasi antara lain :
Ketika pneumonia menimbulkan gejala sulit bernafas pada pasien, terapi pendukung seperti berikut ini sangat diperlukan [1,3,4,9].
Tinjauan Metode pengobatan pneumonia aspirasi adalah dengan pemberian obat-obatan pereda gejala dan juga beberapa terapi untuk mengatasi gejala sulit bernafas.
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada pneumonia aspirasi apabila gejalanya tidak segera diatasi.
Berikut ini adalah sejumlah risiko komplikasi yang perlu diwaspadai dan diminimalisir [1] :
Pneumonia aspirasi dapat dicegah dengan sejumlah cara, yaitu antara lain [10,11,12] :
Tinjauan Pencegahan pneumonia aspirasi yang dianjurkan adalah dengan menjalani pola hidup sehat, seperti tidak makan/minum berlebihan dan sambil bicara, menjaga kesehatan mulut, tidak konsumsi alkohol, tidak merokok, dan tidak menggunakan narkoba.
1. Raghavendra R. Sanivarapu; Joshua Gibson. Aspiration Pneumonia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. dr. Ida Bagus Gde Sujana, Sp.An, M.Si & Anak Agung Putri Satwika. Pneumonia Aspirasi. SIM Dosen Universitas Udayana; 2016.
3. Gusts Ancans, Dace Zentina, & Zaiga Kraval. Pneumonia and hypercapnic respiratory failure. Breathe (Sheff); 2019.
4. Young Gon Son, Jungho Shin, & Ho Geol Ryu. Pneumonitis and pneumonia after aspiration. Journal of Dental Anesthesia and Pain Medicine; 2017.
5. Shun-Te Huang, Chi-Chen Chiou, & Hsiu-Yueh Liu. Risk factors of aspiration pneumonia related to improper oral hygiene behavior in community dysphagia persons with nasogastric tube feeding. Journal of Dental Sciences; 2017.
6. Brett R. Kollmeier & Michael Keenaghan. Aspiration Risk. National Center for Biotechnology Information; 2020.
7. Jiang-nan Zhao, Yao Liu, & Huai-chen Li. Corticosteroids in treatment of aspiration-related acute respiratory distress syndrome: results of a retrospective cohort study. BMC Pulmonary Medicine; 2016.
8. Anat Stern, Keren Skalsky, Tomer Avni, Elena Carrara, Leonard Leibovici, & Mical Paul. Corticosteroids for pneumonia. Cochrane Library; 2017.
9. Ryo Momosaki, MD, PhD, MPH. Rehabilitative management for aspiration pneumonia in elderly patients. Journal of General and Family Medicine; 2017.
10. Saud Bin Abdul Sattar & Sandeep Sharma. Bacterial Pneumonia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
11. Vadsala Baskaran, Rachael L. Murray, Abby Hunter, Wei Shen Lim & Tricia M. McKeever. Effect of tobacco smoking on the risk of developing community acquired pneumonia: A systematic review and meta-analysis. PLoS One; 2019.