Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Zat besi merupakan nutrien yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan atau defisiensi besi pada bayi dapat mempengaruhi perkembangan dan menyebabkan anemia. Zat besi membantu
Tubuh membutuhkan zat besi untuk dapat memproduksi hemoglobin yang merupakan pemberi warna merah pada sel darah merah [1].
Hemoglobin ini bertugas membawa oksigen melalui darah ke semua sel, sehingga jika tubuh kekurangan zat besi, maka hemoglobin yang diproduksi pun akan rendah [1].
Jika hemoglobin rendah maka kemampuannya membawa oksigen akan terganggu, sehingga sel, organ atau otot tubuh tidak menerima cukup oksigen [1].
Untuk bayi dan anak-anak, zat besi bahkan lebih dibutuhkan lagi, khususnya untuk perkembangan otak yang normal [1].
Daftar isi
Bayi diketahui telah memiliki cadangan zat besi yang diperoleh dari darah ibunya selama berada dalam kandungan [1].
Ketika bayi mulai mengonsumsi makanan padat, jumlah zat besi yang dibutuhkan akan bergantung pada usianya [1].
Usia Bayi | Jumlah Zat Besi Yang Dibutuhkan Per Hari |
7 sampai 12 bulan | 11 mg |
1 sampai 3 tahun | 7 mg |
4 sampai 8 tahun | 10 mg |
9 sampai 13 tahun | 8 mg |
14 sampai 18 tahun | 11 mg (untuk laki laki) dan 15 mg (untuk perempuan) |
Bayi yang mengalami kekurangan zat besi mungkin akan menunjukkan beberapa gejala berikut ini [1, 2]:
Penyebab utama bayi mengalami kekurangan zat besi yaitu minimnya asupan zat besi yang diperoleh bayi, baik sebelum lahir atau setelah lahir [3].
Asupan zat besi yang kurang pada bayi dapat juga disebabkan dari kurangnya zat besi pada ibunya. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan untuk menambah formula kaya zat besi ke makanan bayi jika tubuh ibunya memiliki zat besi yang rendah [3].
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mungkin meningkatkan risiko bayi mengalami kekurangan zat besi [2]:
Kekurangan zat besi umumnya akan terlihat khususnya pada kemampuan atau fisik bayi yang terganggu. Jika bayi menunjukkan gejala kekurangan zat besi maka sebaiknya segera diperiksakan kedokter [2].
Selain itu, jika bayi memiliki faktor risiko kekurangan zat besi, jangan pernah ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar dapat memberikan pencegahan dan penanganan yang tepat nanti [2].
Diagnosis kekurangan zat besi umumnya akan dilakukan dengan tes darah. Oleh karena itu, American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar semua bayi dites mulai antara usia 9 bulan dan 12 bulan [2].
Selain itu, jika bayi memiliki faktor risiko kekurangan zat besi, maka tes akan dilakukan sekali lagi di usia yang lebih tua. Pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan jika dibutuhkan [12].
Ibu yang kandungan zat besi dalam tubuhnya rendah, umumnya akan disarankan dokter untuk memberikan tambahan formula bayi kaya zat besi sebagai tambahan disamping pemberian ASI [1].
Untuk bayi lahir prematur yang berisiko mengalami kekurangan zat besi, umumnya akan diberikan suplemen zat besi pada usia 8 minggu hingga ulang tahun pertamanya [1].
Pemberian suplemen zat besi ini akan bergantung pada kondisi masing-masing bayi. Oleh karena itu, jangan pernah memberikan suplemen zat besi pada bayi tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter [4].
Mengingat, konsumsi suplemen zat besi yang berlebihan juga dapat mengakibatkan efek negatif bagi kesehatan. Untuk itu, penggunaannya harus dengan resep dan pengawasan dokter [4].
Selain suplemen zat besi, kebutuhan zat besi dalam tubuh juga dapat dicukupi dengan mengonsumsi sumber makanan kaya zat besi (bagi bayi yang sudah cukup umur untuk makan) [4].
Bagi bayi yang lahir prematur, pemberian suplemen zat besi sebagaimana di resepkan oleh dokter mulai dari usia dua minggu hingga satu tahun dapat mencegah bayi kekurangan zat besi [2].
Adapun untuk bayi yang sudah cukup umur, maka langkah-langkah berikut ini mungkin dapat membantu mencegah kekurangan zat besi [2]:
Para orang tua harus tahu, beberapa sumber makanan kaya zat besi ini cocok untuk bayi (khususnya balita), antara lain [4]:
Daging tanpa lemak, baik daging sapi, ayam atau kalkun diketahui memiliki kandungan zat besi yang tinggi.
Ketika memasak daging untuk bayi, pastikan untuk menghilangkan bagian berlemaknya.
Kebutuhan zat besi pada balita dapat juga dicukupi dengan mengonsumsi sereal yang diperkaya dan oatmeal.
Kandungan zat besi pada sereal atau oatmeal akan berbeda beda, untuk itu pastikan dengan selalu melihat kandungan pada label produk.
Kacang seperti kacang putih, lentil, kacang merah diketahui memiliki kandungan zat besi yang cukup tinggi. Selain itu, jenis kacang tersebut juga mengandung vitamin dan mineral lain yang baik untuk bayi.
Zat besi juga terkandung pada beberapa sayuran berdaun hijau seperti [4]:
Jika bayi atau anak tidak suka mengonsumsi sayuran hijau, kismis atau buah kering yang biasa menjadi cemilan yang digemari mungkin dapat menjadi alternatif terbaik.
Mengingat, kismis dan buah kering juga mengandung zat besi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, konsumsi kismis dan buah kering juga dapat mencegah bayi mengalami sembelit.
Biji labu tidak hanya kaya akan protein dan lemak sehat saja, melainkan juga mineral seperti zat besi. Adapun seperempat cangkir biji labu diketahui mengandung zat besi sebesar 2,5 mg.
Namun, konsumsi biji-bijian pada bayi harus terlebih dahulu dihancurkan agar bayi tidak tersedak ketika mengonsumsinya.
Zat besi juga terkandung dalam telur, di mana satu telur rebus diketahui mengandung 1 mg zat besi.
Untuk balita sendiri, telur dapat dikonsumsi dengan berbagai cara, mulai dari direbus hingga dijadikan tambahan dengan makanan kaya zat besi lain dengan resep telur orak arik.
Agar hasilnya maksimal, usahakan untuk menggunakan telur yang segar dan matang dengan baik. Selain itu, telur segar organik (telur lokal atau telur buras) mungkin adalah pilihan yang terbaik.
Kacang hijau diketahui mengandung banyak nutrisi, termasuk protein, serat dan juga zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam setengah cangkir kacang hijau saja, diketahui mengandung 1 mg zat besi.
Tuna tidak hanya kaya akan protein, asam lemak omega-3 namun juga mengandung zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Asupan zat besi balita dapat ditingkatkan dengan konsumsi tuna suwir dengan bubur sayuran yang lezat.
Namun, perlu diperhatikan bahwa, sebaiknya bayi tidak diberi tuna jika keluarga memiliki riwayat alergi makanan laut.
Tahu merupakan salah satu sumber makanan yang sangat umum dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan tahu menjadi makanan sederhana favorit bagi banyak orang dari berbagai rentang usia.
Tidak hanya rasanya yang enak, tahu juga mengandung banyak nutrisi seperti protein lengkap, kalsium dan nutrisi lain termasuk zat besi.
Tahu adalah sumber makanan nabati yang cocok menjadi alternatif untuk mencukupi kebutuhan zat besi, khususnya jika bayi tidak menyukai daging.
Tahu pun jenisnya beragam, untuk tahu sutra sendiri memiliki tektur yang lembut sehingga dapat diolah juga menjadi saus salad atau bahkan smoothie.
1. Anonim. Iron needs of babies and children. Paediatrics & Child Health; 2007.
2. Anonim. Iron deficiency in children: Prevention tips for parents. Mayo Clinic; 2021.
3. Zawn Villines & Sade Meeks, MS, RD. High iron vegetables for vegetarians and vegans: 10 of the best. Medical News Today; 2021.
4. Jacquelyn Cafasso & Kathy W. Warwick, R.D., CDE. 10 Iron-Rich Foods Your Toddler Needs. Healthline; 2020.