Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Gejala ekstrapiramidal merupakan gangguan pergerakan yang paling sering diakibatkan oleh efek samping obat yang bekerja dengan memblok dopamin, seperti antipsikotik. Gejalanya antara lain gerakan involunter,
Daftar isi
Ekstrapiramidal Sindrom umumnya merupakan suatu gangguan gerakan yang diinduksi oleh obat, atau dengan kata lain obat tertentu dapat memberikan efek samping berupa gangguan gerakan pada pasien yang menggunakannya [1].
Salah satu contoh yang paling umum terjadi yaitu efek samping obat dari agen penghambat reseptor dopamine [1].
Ekstrapiramidal Sindrom ini diketahui pertama kali dikenalkan pada tahun 1952, dengan gejala yang melemahkan, mengganggu fungsi sosial dan komunikasi, tugas motorik, dan aktivitas kehidupan sehari-hari [1].
Oleh karena itu Ekstrapiramidal Sindrom ini berkaitan erat dengan penurunan kualitas hidup yang buruk, di mana masih terdapat risiko kekambuhan penyakit jika menghentikan terapi [1].
Gangguan gerakan atau Ekstrapiramidal Sindrom ini mengacu pada kondisi sistem syaraf yang secara sengaja atau tidak sengaja menyebabkan gerakan abnormal, seperti gerakan yang melambat [2].
Adapun berikut ini merupakan beberapa jenis Ekstrapiramidal Sindrom yang paling umum diketahui hingga kini [2]:
Ataxia merupakan salah satu jenis Ekstrapiramidal Sindrom, di mana gangguan gerakan yang terjadi mempengaruhi cerebellum yang merupakan bagian otak yang mengontrol gerakan terkoordinasi.
Akibatnya, ataxia ini dapat menyebabkan [2]:
Distonia serviks merupakan jenis Ekstrapiramidal Sindrom, di mana terjadi gangguan gerakan berupa kontraksi jangka panjang (kejang).
Sebagai contoh, gangguan gerakan ini dapat berupa kontraksi otot leher yang terputus putus hingga memicu gerakan untuk memutarkan leher.
Chorea merupakan jenis Ekstrapiramidal Sindrom yang menimbulkan gerakan yang melibatkan wajah, mulut, batang tubuh, dan anggota tubuh, berikut ini [2]:
Salah satu jenis Ekstrapiramidal Sindrom lain yaitu gangguan gerakan fungsional di mana menyerupai gangguan pergerakan namun bukan disebabkan oleh penyakit neurologis tertentu.
Penyakit huntington diketahui juga termasuk dalam salah satu jenis Ekstrapiramidal Sindrom, di mana merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang diwariskan.
Penyakit huntington ini diketahui dapat menyebabkan [2]:
Myoclonus merupakan suatu kondisi di mana dapat menyebabkan gangguan gerakan berupa sentakan otot atau sekelompok otot yang sangat cepat secepat kilat.
Salah satu jenis Ekstrapiramidal Sindrom yang mungkin sudah tidak asing yaitu penyakit Parkinson yang merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang lambat.
Penyakit Parkinson ini umumya akan menyebabkan gangguan gerakan seperti [2]:
Ekstrapiramidal Sindrom jenis ini, merupakan suatu kondisi di mana telah terjadi kelainan neurologis langka yang menyebabkan masalah pada beberapa aktivitas harian seperti berjalan, keseimbangan, dan gerakan mata.
Ekstrapiramidal Sindrom jenis ini mungkin memiliki gejala yang hampir menyerupai penyakit Parkinson tetapi keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Ekstrapiramidal Sindrom jenis ini diketahui sebagai gangguan gerakan yang menyebabkan perasaan tidak menyenangkan dan tidak normal pada kaki ketika sedang diam seperti bersantai atau berbaring.
Perasaan yang tidak menyenangkan pada kaki tersebut seringkali lega dengan melakukan gerakan tertentu.
Tardive Dyskinesia merupakan suatu kondisi neurologis yang terjadi akibat konsumsi atau penggunaan obat obatan neuroleptik tertentu dalam jangka panjang.
Ekstrapiramidal Sindrom jenis ini umumnya akan menimbulka gangguan gerakan berulang dan tidak disengaja berupa [2]:
Sindrom Tourette merupakan kondisi neurologis yang menimbulkan gangguan gerakan berulang baik gerakan motorik maupun gerakan vokal yang umumnya dimulai pada masa anak anak atau remaja.
Tremor esensial merupakan jenis Ekstrapiramidal Sindrom yang dapat menimbulkan gangguan berupa bagian tubuh seperti tangan, kepala atau bagian tubuh lain bergetar tanpa disengaja.
Penyakit Wilson adalah salah satu jenis kelainan bawaan yang langka, di mana dapat menyebabkan kandungan mineral tembaga yang berlebihan di dalam tubuh hingga menumpuk dan menimbulkan masalah neurologis.
Berikut ini merupakan beberapa gejala yang mungkin dapat terjadi akibat Ekstrapiramidal Sindrom [3]:
Gejala Ekstrapiramidal Sindrom yang mungkin timbul pada bagian leher atau tulang belakang meliputi [3]:
Gejala Ekstrapiramidal Sindrom berupa gangguan gaya berjalan mungkin mencakup [3]:
Gejala gangguan gerakan yang berkaitan rongga mulut mungkin termasuk [3]:
Gejala gangguan gerakan jari yang mungkin timbul akibat Ekstrapiramidal Sindrom antara lain [3]:
Gejala Ekstrapiramidal Sindrom yang berkaitan dengan tungkai mungkin meliputi [3]:
Gejala Ekstrapiramidal Sindrom yang berkaitan dengan gangguan gerakan pada mata mungkin termasuk [3]:
Gejala Ekstrapiramidal Sindrom yang berkaitan dengan vokalisasi dan menelan meliputi [3]:
Penyebab utama dari Ekstrapiramidal Sindrom yaitu antipsikotik baik generasi pertama maupun generasi kedua. Adapun berikut ini merupakan antipsikotik generasi pertama maupun generasi kedua [4]:
Antipsikotik generasi pertama meliputi [4]:
Antipsikotik generasi kedua meliputi [4]:
Antipsikotik ini merupakan golongan obat yang dapat mengikat reseptor dopamin atau memblokir dopamin di sistem saraf pusat, sehingga mencegah ganglia basal mendapatkan cukup dopamin [4].
Sedangkan ganglia basal membutuhkan dopamin untuk dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, antipsikotik ini kemudian dapat mengembangkan Ekstrapiramidal Sindrom [4].
Mengingat, ganglia basal merupakan struktur yang penting yang membantu jaringan saraf otak mengatur dan mengontrol koordinasi motorik [4].
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh Ekstrapiramidal Sindrom yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat [1]:
Adapun dalam mendiagnosis Ekstrapiramidal Sindrom ini, dokter mungkin akan melakukan beberapa hal berikut ini [4]:
Skala evaluasi ini diketahui dapat memberikan banyak informasi tentang tingkat keparahan Ekstrapiramidal Sindrom dan juga gejala gejala yang mungkin telah terjadi. Adapun skala yang di maskud yaitu ada dua [4]:
Perawatan atau pengobatan pada gejala Ekstrapiramidal Sindrom ini termasuk hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Mengingat, setiap obat memiliki efek yang berbeda beda pada masing masing pasien [4].
Selain itu, hingga kini diketahui masih belum ditemukan cara yang efektif untuk memprediksi reaksi yang mungkin dialami pasien dengan mengonsumsi obat tertentu [4].
Dengan kata lain, pada banyak kasus, seringkali pengobatan Ekstrapiramidal Sindrom ini dilakukan dengan mencoba obat obatan yang berbeda dengan dosis yang lebih rendah [4].
Hal ini dilakukan untuk dapat melihat efek obat pada gejala dengan efek samping yang paling kecil hingga ditemukan obat yang cocok untuk meredakan gejala Ekstrapiramidal Sindrom [4].
Adapun karena penyebab utama Ekstrapiramidal Sindrom ini adalah konsumsi antipsikotik, maka untuk meredakan gejala Ekstrapiramidal Sindrom dokter akan meresepkan jenis obat lain untuk dikonsumsi bersama dengan antipsikotik tersebut [4].
Perlu juga diperhatikan, pasien Ekstrapiramidal Sindrom tidak diperkenankan untuk menyesuaikan atau mengubah dosis obat tanpa panduan dokter karena dapat menyebabkan gejala lain timbul [4].
Selain harus mematuhi aturan tersebut, pasien Ekstrapiramidal Sindrom juga diharuskan mencatat setiap efek samping yang terjadi selama proses pengobatan dan menyampaikannya kepada dokter [4].
Dan, hal terpenting lain yang harus diperhatikan selama melakukan pengobatan Ekstrapiramidal Sindrom ini adalah jika mengalami halusinasi atau delusii maka sangat disarankan untuk segera mencari bantuan [4].
Mengingat, halusinasi atau delusi ini dapat meningkatkan risiko pasien menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain sehingga sangat berbahaya jika dibiarkan [4].
Hal yang perlu diperhatikan pada Ekstrapiramidal Sindrom ini yaitu, gejala yang timbul mungkin akan mirip atau hampir sama dengan gejala efek samping dari obat yang dikonsumsi [4].
Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika selalu mengkomunikasikan gejala apapun yang dialami setelah mengonsumsi obat obatan jenis antipsikotik pada dokter [4].
Mengingat, dokter dapat membantu mendiagnosis gejala agar jika memang itu merupakan tanda Ekstrapiramidal Sindrom, pasien dapat segera ditangani secara tepat [4].
Dengan adanya diagnosis secara dini, pencegahan Ekstrapiramidal Sindrom untuk berkembang menjadi parah kemungkinan dapat dilakukan.
1. Ryan S. D'Souza & W M. Hooten. Extrapyramidal Symptoms. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.
2. Anonim. Movement disorders. Mayo Clinic; 2021.
3. Elizabeth Pulsifer-Anderson & Edward B. Freeman, MD. Recognition of Movement Disorders: Extrapyramidal Side Effects and Tardive Dyskinesia. Medical News Today; 2004.
4. Crystal Raypole & Alan Carter, Pharm.D. Understanding Extrapyramidal Symptoms and the Medications That Cause Them. Healthline; 2019.