Ensefalopati bukanlah suatu penyakit tunggal, melainkan sekelompok gangguan dengan beberapa penyebab[1].
Daftar isi
Ensefalopati merupakan istilah yang berarti penyakit, kerusakan, atau gangguan fungsi otak. Istilah itu menggambarkan kondisi sementara atau permanen yang mempengaruhi struktur dan fungsi otak. Ensefalopati dapat terjadi dalam spektrum yang sangat luas[2, 3, 4].
Istilah ensefalopati, pada umumnya diawali dengan berbagai istilah yang mendeskripsikan alasan, penyebab, atau kondisi khusus pasien yang mengarah pada gangguan fungsi otak.
Selain itu, beberapa istilah lain mendeskripsikan kondisi tubuh atau sindrom yang mengarah pada beberapa gangguan otak spesifik[4].
Gejala utama ensefalopati ialah perubahan pada status mental seseorang. Terdapat berbagai jenis ensefalopati. Beberapa jenis bersifat sementara dan beberapa permanen.
Beberapa jenis merupakan bawaan lahir dan tidak berubah, sedangkan beberapa jenis lain diperoleh semasa pertumbuhan dan dapat bersifat progresif[2, 5].
Ensefalopati merupakan masalah kesehatan serius yang jika tidak mendapat perawatan dapat menyebabkan kerusakan sementara atau permanen pada otak, hilangnya kesadaran, dan bahkan kematian[1, 6].
Secara umum, ensefalopati dapat disebabkan oleh cedera fisik, infeksi, atau kondisi medis lainnya[2].
Berikut berbagai faktor penyebab ensefalopati[2, 3]:
Ensefalopati yang disebabkan oleh cedera fisik disebut sebagai ensefalopati traumatik kronis. Cedera pada kepala dapat mengarah pada kerusakan sel-sel saraf yang mempengaruhi fungsi otak.
Ensefalopati traumatik kronis dapat disebabkan oleh serangkaian kecelakaan atau pukulan pada kepala. Orang-orang dalam militer dan mereka yang melakukan olahraga kontak memiliki risiko lebih besar terhadap ensefalopati traumatik kronis.
Toksin (zat beracun) yang terdapat di dalam darah dan mencapai otak dapat menyebabkan kerusakan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kondisi tertentu seperti infeksi, atau paparan zat kimia.
Beberapa jenis ensefalopati yang terkait toksin antara lain ensefalopati uremik, ensefalopati hepatik, dan ensefalopati metabolik toksik.
Jika seseorang tidak mendapatkan perawatan untuk tekanan darah tinggi, kondisi tersebut dapat mengarah pada pembengkakan di dalam otak. Ketika kondisi mengakibatkan cedera otak, disebut sebagai ensefalopati hipertensi.
Jika otak tidak mendapatkan cukup oksigen, orang tersebut dapat mengalami kerusakan otak. Ensefalopati yang disebabkan kondisi ini disebut sebagai ensefalopati iskemik hipoksik
Kekurangan vitamin B1 dapat mengarah pada berkembangnya penyakit ensefalopati Wernicke. Kekurangan vitamin B1 dapat disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol, malnutrisi, dan gangguan penyerapan makanan di usus.
Prion merupakan jenis protein yang dapat bermutasi dan bersifat menginfeksi. Ensefalopati akibat infeksi dapat menjadi jenis yang paling serius.
Penyakit prion termasuk langka, dan dapat menyebabkan ensefalopati spongiformis menular yang bersifat progresif.
Penyakit prion menyebabkan degenerasi sel saraf sehingga merusak otak dan mengakibatkan fungsi otak menjadi buruk, atau semakin menurun seiring waktu.
Penyakit prion dicirikan dengan adanya lubang kecil di dalam otak yang menimbulkan penampakan seperti berpori.
Beberapa jenis ensefalopati berhubungan dengan genetik, sehingga orang dengan anggota keluarga yang mengalami ensefalopati berisiko lebih tinggi. Dua jenis ensefalopati yaitu ensefalopati Hashimoto dan ensefalopati glisin.
Gejala utama ensefalopati ialah perubahan kondisi mental, meliputi[2, 5, 6]:
Selain perubahan kondisi mental, ensefalopati dapat menimbulkan gejala neurologis meliputi[2, 5]:
Gejala yang dialami dapat bertambah buruk seiring waktu. Progres penyakit bergantung pada jenis ensefalopati dan tingkat keseriusan kondisi[2].
Jika mengalami gejala ensefalopati, sebaiknya pasien segera menemui dokter. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai[5]:
Terdapat dua jenis atau kategori ensefalopati, yaitu ensefalopati akut dan kronis[7].
Ensefalopati kronis ditandai dengan perubahan kondisi mental kronis, yang pada kebanyakan kasus, berprogres perlahan.
Disebabkan oleh perubahan struktural dalam otak yang permanen dan biasanya tidak dapat dipulihkan (irreversible). Beberapa kerusakan dapat dihentikan atau diperbaiki dengan deteksi dini dan perawatan.
Ensefalopati kronis meliputi[7]:
Terjadi ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen, yang mana dapat mengarah pada kerusakan atau disfungsi otak permanen.
Kondisi ini dapat terjadi setelah serangan jantung, keracunan karbon monooksida, overdosis obat, atau hampir tenggelam. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh paparan alkohol ketika janin berkembang dalam kandungan.
Disebabkan oleh cedera kepala berulang yang merusak otak. Pukulan pada kepala mengarah pada kerusakan sel saraf di dalam otak. Kondisi ini biasanya ditemukan pada petinju, pemain football, atau anggota militer yang terluka dalam suatu ledakan.
Merupakan jenis ensefalopati paling serius. Kondisi ini disebabkan oleh ensefalopati spongiformis menular yang disebut juga sebagai penyakit prion, termasuk penyakit wasting, insomnia familial fatal, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob.
Ensefalopati ini dicirikan dengan adanya lubang-lubang kecil pada otak yang menyebabkan otak terlihat berpori. Ensefalopati menular merupakan penyakit neuro degeneratif yang menyebabkan kerusakan pada otak seiring waktu.
Ensefalopati akut dicirikan dengan perubahan fungsional status mental secara akut atau subakut menyeluruh akibat faktor sistemik.
Kondisi ini bersifat reversible, sehingga ketika abnormalitas diperbaiki kondisi mental dasar dapat dipulihkan. Ensefalopati akut diidentifikasikan sebagai toksik, metabolik, dan toksik-metabolik[7].
Ensefalopati akut meliputi[1, 5, 6]:
Terjadi ketika hati tidak mampu menghilangkan racun dari darah dengan normal sehingga racun terakumulasi di dalam tubuh. Akumulasi racun mengakibatkan otak sulit untuk bekerja dengan baik.
Kondisi ini dapat terjadi pada pasien dengan penyakit hati seperti sirosis atau setelah overdosis acetaminophen atau obat lain. Ensefalopati jenis ini dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang).
Pada beberapa kasus, ensefalopati dapat menyebabkan pasien tidak responsif dan mengalami koma.
Merupakan jenis ensefalopati langka yang berhubungan dengan kondisi autoimun yang disebut tiroiditis Hashimoto. Penyakit ini terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan fungsi kelenjar tiroid terganggu.
Ensefalopati Hashimoto diperkirakan memiliki prevalensi 2,1 per 100.000 dalam populasi. Gejala yang ditimbulkan meliputi kejang, kebingungan, dan demensia. Penyakit ini juga diketahui menyebabkan psikosis termasuk halusinasi visual dan delusi paranoid.
Terjadi ketika kondisi kesehatan seperti diabetes, gagal ginjal, gagal jantung, atau penyakit hati, mempengaruhi protein, elektrolit, atau nutrisi sehingga mengganggu kerja otak.
Sebagai contoh gula darah tinggi dapat mengarah pada kebingungan atau koma. Gejala neurologis umum muncul jika penyebab kondisi tidak ditangani dengan baik.
Sering kali disebabkan oleh alkoholisme, berhubungan dengan penurunan kadar vitamin B, terutama tiamin (vitamin B1). Gejala ensefalopati Wernicke meliputi kebingungan, kehilangan ketajaman mental, perubahan penglihatan, dan masalah koordinasi otot.
Ensefalopati uremik terjadi akibat gagal ginjal yang mana dapat menyebabkan akumulasi toksin uremik di dalam otak.
Gejala yang ditimbulkan meliputi keletihan, kebingungan, kejang, atau koma. Ensefalopati uremik diatasi dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
Merupakan kondisi menurun atau genetik yang mana ditandai dengan kadar glisin tinggi secara abnormal di dalam otak.
Gejala dari ensefalopati ini terlihat pada janin baru lahir, meliputi kurangnya energi, masalah dalam makan, tonus otot rendah, gerakan menyentak abnormal, dan masalah pernapasan.
Disfungsi otak secara umum akibat tekanan darah tinggi yang berat dan tiba-tiba. Gejala yang ditimbulkan meliputi sakit kepala, muntah, masalah keseimbangan, dan kebingungan.
Ensefalopati hipertensi dapat mengarah pada kejang-kejang atau pendarahan pada bagian belakang mata. Ensefalopati hipertensi dapat terjadi akibat gagal ginjal berat atau akibat penghentian pengobatan tekanan darah secara tiba-tiba.
Untuk mendiagnosis ensefalopati, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan pasien, pengobatan yang digunakan, dan menanyakan mengenai gejala yang dialami. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan kesehatan fisik dan pemeriksaan neurologis[5, 6].
Diagnosis ensefalopati juga dapat meliputi beberapa tes berikut[1, 5, 6]:
Hasil dari tes tersebut dapat membantu dokter menentukan apakah pasien mengalami ensefalopati, jenis ensefalopati pasien, dan penyebabnya[6].
Ensefalopati berat dapat mengarah pada hilangnya kesadaran atau koma. Jika hal tersebut terjadi, pasien akan memerlukan peralatan pendukung di ICU. [2]
Pada kasus langka, ensefalopati dapat mengarah pada kerusakan otak permanen atau hilangnya nyawa pasien[2].
Pengobatan untuk ensefalopati berbeda bergantung penyebabnya. Pengobatan meliputi penanganan gejala dan meringankan kondisi penyebab[5, 6].
Dokter dapat menganjurkan suplemen nutrisional untuk memperlambat kerusakan otak atau diet makan khusus untuk mengatasi kondisi metabolik penyebab ensefalopati. [1,6]
Jika ensefalopati disebabkan oleh gangguan ginjal, dapat dianjurkan dialisis atau transplantasi ginjal[1, 6].
Pengobatan untuk ensefalopati traumatik kronis dapat meliputi terapi perilaku, manajemen rasa sakit, dan pelatihan kognitif untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Kejang kambuhan dapat ditangani dengan pemberian obat anti konvulsan[6].
Beberapa jenis ensefalopati dapat dicegah, sementara beberapa jenis lain tidak dapat dilakukan pencegahan.
Salah satu ensefalopati yang dapat dicegah ialah ensefaopati hepatik, sementara ensefalopati yang disebabkan faktor genetik tidak dapat dicegah[2, 6].
Beberapa perubahan gaya hidup dapat menurunkan risiko timbulnya ensefalopati, antara lain[6]:
1. Anonim. What is Encephalopathy? WebMD; 2020.
2. Lana Burgess. What to Know about Encephalopathy. Medical News Today; 2018.
3. Anonim. Encephaopathy Information Page. National Institute of Neurological Disorders and Stroke; 2020.
4. Anonim. Encephalopathies. NeuroCognitive & Behavioral Institute; 2020.
5. Rose Kivi, reviewed by Seunggu Han, M.D. Encephalopathy. Healthline; 2018.
6. Lana Barhum, reviewed by Claudia Chaves, MD. What Is Encephalopathy? Very Well Health; 2020.
7. Richard Pinson, MD, FACP. Encephalopathy. ACP Hospitalist; 2015.