Epirubicin merupakan obat dari golongan antrasiklin yang pertama kali diuji coba pada tahun 1980[1,2].
Senyawa ini menghasilkan efek antitumor dan sitotoksis (antikanker) yang bekerja dengan cara memperlambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan sel kanker[2,3].
Obat ini biasa digunakan untuk pengobatan kemoterapi pada pasien kanker, khususnya penderita kanker payudara[4].
Daftar isi
Berikut ini merupakan sederet informasi penting yang perlu anda pahami terkait penggunaan epirubicin[4,6]:
Indikasi | Leukimia akut, limfoma, multiple myeloma, tumor, kanker payudara, kanker kandung kemih |
Kategori | Harus dengan resep dokter |
Konsumsi | Dewasa |
Kelas | Sitotoksis Kemoterapi, Antibiotik, Antineoplastik, Antrasiklin |
Bentuk | Injeksi intravena dan intravesical |
Kontraindikasi | Gangguan jantung, serangan jantung atau infark miokardikal, dosis kumulatif penuh antrasiklin, hipersensitif, disfungsi hati akut. Hindari penggunaan intravesical apabila tumor invasif telah menembus dinding kandung kemih, terjadi infeksi maupun inflamasi saluran kemih, serta masalah kateterisasi. Gangguan pada kehamilan dan laktasi. |
Adverse Drug Reaction (ADR) | Myelosupresi, kardio toksisitas, kerontokan rambut (kebotakan), mukositis, hiperpireksia, lesu, amenorea, mual dan muntah, diare, demam, ruam, perubahan kulit, anoreksia, anafilaksis, fotosensitivitas, menopause dini, hiperpigmentasi kulit dan kuku, urin kemerahan seama 1 hingga 2 hari. |
Peringatan | → Radioterapi ekstensif, infiltrasi tulang oleh tumor, disfungsi ginjal dan hati akut → Dapat menyebabkan sindrom lisis tumor atau radiation recall → Pasien yang ketergantungan alkohol → Pasien wanita diatas 70 tahun berpotensi mengalami gangguan kardiovaskular dan kardiomiopati, serta memerlukan pemantauan secara berkala terkait fungsi jantung dan hati. → Pasien dengan gangguan ginjal dan hati → Anak-anak, ibu hamil dan menyusui |
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui IV / Parenteral (infus / injeksi): Kategori D: Studi pada reproduksi hewan dan mekanismenya menunjukkan bahwa obat ini dapat menyebabkan kerusakan janin. Hindari penggunaan selama trimester pertama. Data yang tersedia tidak menunjukkan ada atau tidaknya cacat lahir dan keguguran yang diakibatkan oleh konsumsi obat ini selama trimester kedua dan ketiga. Terdapat laporan bahwa janin atau bayi mengalami kardio toksisitas akibat paparan in utero. |
Senyawa yang terdapat pada epirubicin memiliki kandungan antitumor dan antikanker (sitotoksis)[2]. Karena itulah, epirubicin biasanya diberikan pada pasien penderita kanker payudara.
Epirubicin diberikan oleh dokter dan perawat bersama dengan obat kemoterapi lainnya melalui injeksi intravena (IV). Penggunaan epirubicin juga memerlukan bantuan alat-alat medis seperti EKG untuk memantau keadaan pasien pasca pemberian obat[3].
Selain kanker payudara, kombinasi epirubicin dengan obat kemoterapi lainnya juga bermanfaat untuk mengobati beberapa jenis kanker dan tumor seperti[4,6]:
Epirubicin dikonsumsi oleh orang dewasa dengan dosis sebagai berikut[4,6]:
Parenteral/Injeksi Intravena (IV) ⇔ Pasien penderita leukemia akut, limfoma, multiple myeloma, tumor: → Sebagai agen tunggal: 60 – 90 mg /m2. Pemberian obat dilakukan 3 – 4 kali seminggu. → Dosis sekali injeksi Maksimal: 90 mg/m2 → Interval Dosis Minimum: 42 jam sekali → Dosis Maksimum: 0,9 – 1 g/m2 per minggu → Perawatan Paliatif: 12,5 – 25 mg/m2 sekali per minggu. ⇔ Perawatan Adjuvan pada kanker payudara: → Dosis Awal: 100 – 120 mg/m2 pada hari pertama dilanjutkan dengan pemberian infus selama 15 – 20 menit → Rejimen CEF-120: 60 mg/m2 pada hari pertama dan kedelapan pada masing-masing siklus; dikombinasikan dengan cyclophosphamide dan fluorouracil; pemberian berulang setiap 28 hari untuk 6 siklus pengobatan. → Dosis Sekali Minum Maksimal : 60 mg/m2 → Interval Dosis Minimum: 7 hari → Dosis Maksimum: 120 mg/m2 per siklus → Rejimen FEC-100: 100 mg/m2 pada hari pertama pada masing-masing siklus; dikombinasikan dengan cyclophosphamide dan fluorouracil; pemberian berulang setiap 21 hari untuk 6 siklus pengobatan. → Dosis Sekali Minum Maksimal : 100 mg/m2 → Interval Dosis Minimum: 21 hari → Dosis Maksimum: 100 mg/m2 per siklus |
Parenteral/Injeksi Intravesical ⇔ Pasien penderita kanker kandung kemih / karsinoma: → Sebagai larutan (dalam saline normal atau air steril): 50 mg setiap satu minggu sekali selama 8 minggu dengan konsentrasi larutan 0,1% ATAU 30 mg dalam 50mL larutan setiap minggu apabila terdapat infeksi (sistitis). → Dosis sekali injeksi Maksimal: 50 mg → Interval Dosis Minimum: satu minggu sekali → Dosis Maksimum: 50 mg per minggu → Karsinoma-in-situ: 80 mg dalam 50mL larutan satu kali seminggu → Pencegahan kekambuhan pada pasien yang telah menjalani reseksi transuretral: 50 mg satu kali seminggu selama 4 minggu, dilanjutkan dengan 50 mg satu kali sebulan selama 11 bulan. Pertahankan larutan dalam kandung kemih selama 1 jam pada masing-masing pemberian obat. |
Penyesuaian dosis perlu disesuaikan bagi pasien dengan gangguan ginjal dan hati, disfungsi sumsum tulang, dan kardiomiopati[4].
Efek samping penggunaan epirubicin yang sering dilaporkan ialah[3]:
Sedangkan beberapa efek samping lain yang apabila terjadi harus langsung anda konsultasikan ke dokter, antara lain[3]:
Selain beberapa efek samping diatas, berikut ini adalah info efek penggunaan epirubicin menurut tenaga medis[4]:
Berikut ini adalah detail informasi mengenai epirubicin yang perlu diketahui[3,5,6,7]:
Penyimpanan | Tablet / tutup / suspensi / solusi: → Simpan antara 2-8 ° C. → Simpan di freezer. |
Cara Kerja | → Deskripsi Epirubicin merupakan antrasiklin dengan sifat sitotoksik. Obat ini menghambat sintesis DNA dan RNA melalui halangan sterik setelah adanya interkalasi antarpasangan basa DNA yang memicu pembelahan DNA oleh topoisomerase II. Dengan demikian, maka helikase DNA akan terhambat serta menghasilkan radikal bebas sitotoksik. → Farmakokinetik -Distribusi : Secara cepat dan ekstensif didistribusikan ke jaringan. Volume distribusi dalam keadaan tunak (steadystate): 21 – 27 L/kg -Metabolisme : Dimetabolisme secara ekstensif dalam hati dan ekstrahepatik (termasuk sel darah merah) -Ekskresi : Sebagian besar dieliminasi di empedu. Ekskresi via urin (20% hingga 27%) dan feses (34% hingga 35%). Waktu paruh eliminasi terminal: sekitar 30 – 40 jam; rata-rata 33 jam. |
Interaksi dengan obat lain | → Penggunaan epirubicin secara bersamaan dengan agen yang diketahui dapat menginduksi hepatoksisitas seperti clavulanate atau acetaminophen akan meningkatkan potensi resiko kerusakan sistem hati. → Penggunaan doxorubicin, tramadol atau prograf secara bersamaan dengan epirubicin dapat menyebabkan perpanjangan interval QT yang berakibat pada munculnya efek aditif serta peningkatan resiko aritmia ventrikel dan berakibat pada kematian. → Penggunaan epirubicin secara bersamaan atau berurutan dengan beberapa agen antineoplastik seperti oxalipilatin dapat menyebabkan toksisitas aditif, terutama pada sumsum tulang dan saluran pencernaan. → Agonis adrenergik beta (jenis obat untuk melegakan pernafasan) seperti formoterol dan ventolin sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan epirubicin karena dapat menyebabkan perpanjangan interval QT. |
Interaksi dengan makanan | Epirubicin dapat menyebabkan beberapa masalah pada sistem hati, dan mengonsumsi alkohol selama pengobatan akan meningkatkan resiko tersebut. |
Overdosis | ⇔ Gejala: → Luka di area mulut dan tenggorokan → Demam, sakit tenggorokan, atau tanda-tanda infeksi lainnya → Pendarahan atau memar yang tidak biasa → Kotoran berwarna hitam dan kering, serta terdapat darah → Muntah darah dengan material yang mirip seperti bubuk kopi. ⇔ Cara Mengatasi: → Passtikan bahwa dekontaminasi yang memadai telah dilakukan. → Apabila pasien tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan. Lakukan CPR jika perlu. → Apabila mata terkontaminasi, maka segera basuh dengan air yang mengalir. → Jika pasien muntah, miringkan ke depan atau letakkan di sisi kiri dengan posisi kepala turun supaya jalur nafas terbuka dan mencegah aspirasi. → Diamkan pasien dan pertahankan suhu tubuh pasien dalam keadaan normal. → Segera dapatkan bantuan medis. |
Pengaruh pada hasil lab | Peningkatan transaminase. |
Apakah epirubicin tergolong memiliki efek medis yang kuat?
Ya. Apabila dibandingkan dengan doxorubicin yang juga berasal dari golongan antrasiklin, penggunaan epirubicin dinilai lebih efektif. Kendati demikian, epirubicin memiliki efek samping yang minim[1,8].
Berapa lama efek epirubicin bertahan dalam tubuh?
Pada umumnya, efek epirubicin hanya bertahan selama 33 jam untuk masing-masing siklus pengobatan[4].
Apakah efek samping pengobatan kemoterapi menggunakan epirubicin bersifat kumulatif?
Efek samping pengobatan kemoterapi selalu bersifat kumulatif, apapun jenis obat yang digunakan. Hal tersebut berarti efek samping pengobatan kemoterapi akan bertambah parah semakin banyaknya siklus pengobatan yang dijalani oleh pasien. Kendati demikian ada juga beberapa efek samping yang tidak bersifat kumulatif, seperti mual, diare, dan konstipasi[9].
Beberapa contoh merek dagang untuk obat epirubicin yang dapat anda temui di pasaran antara lain[6]:
Brand Merek Dagang |
Epirubicin |
Rubisandin |
Ciazil |
Episindan |
Epirol |
1) Sun Il, Kim & Seol Ho, Choo. 2012. Scincedirect.com. Chapter 19: Intravesical Chemotherapy.
2) PubChem Database. Revisi terakhir 2020. National Center for Biotechnology Information. Epirubicin.
3) Anonim. diakses 2020. MedlinePlus. Epirubicin.
4) Anonim. diakses 2020. Drugs.com. Epirubicin.
5) Anonim. diakses 2020. Drugs & Medications: Epirubicin.
6) Anonim. diakses 2020. Mims Indonesia. Epirubicin
7) PubChem Database. Revisi terakhir 2020. National Center for Biotechnology Information. Epirubicin: Antidote and Emergency Treatment.
8) Basir Tareen MD & Samir S. Taneja MD. 2010. Sciencedirect.com. Complications of Intravesical Therapy.
9) Anonim. diakses 2020. Ada.com. Chemotherapy Side Effects.