Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Fenilketonuria adalah adanya gangguan metabolisme pada bayi yang sudah dapat terlihat sejak bayi baru lahir. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan genetik. Pada pemeriksaan awal saat hari-hari pertama bayi
Daftar isi
Fenilketonuria atau PKU merupakan gangguan metabolisme bawaan yang paling sering disebabkan oleh mutasi missense pada gen yang mengkode enzim phenylalanine hydroxylase (PAH). Enzim PAH berfungsi mengkatalis hidroksilasi dari fenilalanin menghasilkan tirosin[1].
Tirosin kemudian akan digunakan untuk menghasilkan neurotransmitter seperti epinefrin, norepinefrin, dan dopamin. Kekurangan enzim PAH mengakibatkan tubuh tidak dapat memecah fenilalanin sehingga asam amino fenilalanin menumpuk di dalam tubuh[2].
Asam amino merupakan penyusun dari protein. Fenilalanin merupakan asam amino yang ditemukan pada semua protein dan beberapa pemanis buatan[2, 3].
Fenilalanin yang menumpuk dapat mencapai kadar yang berbahaya ketika pasien mengkonsumsi makanan tinggi protein, gandum, dan pemanis buatan seperti aspartam[4].
Peningkatan kadar fenilalanin berlebih dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf di otak. Tanpa penanganan, kebanyakan penderika fenilketonuria akan mengalami disabilitas intelektual berat[4, 5].
Frekuensi fenilketonuria berbeda antar populasi. Prevalensi umum pada populasi Amerika Serikat sekitar 4 kasus per 100.000 individu, dan insidensi sebanyak 350 kasus per satu juta kelahiran[6].
Insidensi lebih besar pada populasi Kaukasia dan Amerika asli, serta lebih kecil pada populasi Amerika-Afrika, Hispanik, dan Asia[1].
Fenilketonuria disebabkan oleh adanya perubahan gen (mutasi) pada gen yang mengkode PAH. Mutasi menyebabkan kadar enzim PAH terlalu rendah sehingga tubuh tidak dapat memecah fenilalanin[3].
Fenilketonuria diturunkan dalam pola autosom resesif. Gangguan genetik resesif terjadi ketika seseorang mewarisi sebuah gen abnormal dari kedua orang tuanya[5].
Jika anak hanya menerima satu gen abnormal, anak tersebut akan menjadi carrier (pembawa gen abnormal) tanpa mengalami gejala. Risiko dua orang tua carrier untuk mewariskan gen abnormal sehingga terlahir anak yang mengalami fenilketonuria ialah sebesar 25%. Risiko mengalami fenilketonuria sama besar untuk anak perempuan maupun laki-laki[5].
Berikut faktor yang meningkatkan risiko anak mewarisi fenilketonuria[4]:
Gejala fenilketonuria dapat bersifat ringan hingga berat. Bentuk paling berat dari fenilketonuria disebut fenilketonuria klasik[2, 3].
Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria klasik terlihat normal selama beberapa bulan pertama. Meski demikian, jika tidak mendapatkan perawatan dengan diet rendah fenilalanin, bayi tersebut akan mengalami retardasi mental dan masalah perilaku[3].
Bayi yang tidak terdiagnosis dan tidak mendapat perawatan untuk fenilketonuria selama beberapa hari pertama setelah kelahiran terlihat lemah dan nafsu makan buruk. Bayi juga dapat menunjukkan gejala lain seperti[5]:
Setelah beberapa bulan, bayi yang tidak mendapatkan perawatan untuk fenilketonuria akan mengembangkan beberapa gejala seperti berikut[2, 3]:
Jika fenilketonuria tidak terdiagnosis saat lahir dan perawatan tidak dimulai dengan segera, gangguan ini dapat mengakibatkan[2, 4, 6]:
Berdasarkan tingkat keparahan kondisi, fenilketonuria dapat dibedakan menjadi[2, 4]:
Fenilketonuria klasik merupakan bentuk gangguan paling parah. Pada jenis ini tubuh pasien tidak memiliki enzim PAH atau kadar enzim PAH sangat rendah, mengakibatkan kadar fenilalanin tinggi tinggi dan kerusakan otak berat.
Fenilketonuria varian atau disebut juga sebagai hiperfenilalaninemia non-PKU merupakan bentuk fenilketonuria yang tidak begitu berat.
Kondisi ini ditandai dengan kadar fenilalanin tubuh yang tinggi, tapi enzim PAH masih dapat mempertahankan beberapa fungsi. Sehingga kadar fenilalanin tidak setinggi fenilketonuria klasik, risiko kerusakan otak lebih kecil.
Gejala yang dialami bersifat ringan, tapi bayi perlu mengikuti diet khusus untuk mencegah terjadinya disabilitas intelektual.
Fenilketonuria yang tidak mendapatkan perawatan sesuai dapat mengarah pada timbulnya komplikasi baik pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa[4].
Berikut beberapa komplikasi potensial fenilketonuria[2, 4]:
Wanita dengan fenilketonuria yang mengandung memiliki risiko tinggi mengalami kondisi fenilketonuria maternal. Jika ibu hamil tersebut tidak mengikuti diet khusus fenilketonuria sebelum dan selama kehamilan, kadar fenilalanin darah dapat menjadi tinggi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (retardasi pertumbuhan intrauterin) atau keguguran[4, 5].
Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan kadar fenilalanin tinggi biasanya tidak mewarisi fenilketonuria. Akan tetapi bayi dapat mengalami beberapa konsekuensi, seperti[4, 5]:
Fenilketonuria biasanya didiagnosis melalui tes screening pada bayi yang baru lahir. Tes dilakukan dengan pengambilan sampel darah[2, 3].
Beberapa tes tambahan dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil awal yang didapatkan. Tes tambahan bertujuan untuk mencari keberadaan mutasi gen PAH yang menyebabkan fenilketonuria. Tes ini sering kali dilakukan dalam enam minggu setelah kelahiran[2].
Fenilketonuria juga dapat didiagnosis pada anak atau orang dewasa usia berapa pun yang menunjukkan gejala seperti keterlambatan perkembangan atau retardasi mental. Diagnosis dilakukan dengan pengambilan sampel darah untuk dianalisa kadar enzim PAH[2, 3].
Penanganan fenilketonuria bertujuan untuk meringankan gejala dan mencegah komplikasi. Penanganan meliputi penerapan diet rendah protein dan pemberian obat[2, 3].
Penanganan utama untuk fenilketonuria ialah dengan menerapkan diet khusus yang membatasi konsumsi makanan dengan kandungan fenilalanin. Diet ini bertujuan untuk menjaga kadar fenilalanin plasma dalam rentang 120-360 umol/liter (2-6 mg/dl)[2, 5].
Penanganan harus dimulai sejak usia dini karena keterlambatan penanganan dapat mengakibatkan anak mengalami beberapa masalah disabilitas intelektual. Studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan fenilketonuria yang mendapat penanganan dengan diet rendah fenilalanin sebelum usia tiga bulan memiliki kondisi yang baik dengan IQ para rentang normal[5].
Bayi dengan fenilketonuria dapat diberikan ASI. Biasanya bayi juga memerlukan formula spesial yang disebut Lofenalac. Ketika bayi cukup usia untuk mengkonsumsi makanan padat, diet khusus mulai diterapkan yaitu dengan menghindari konsumsi makanan tinggi protein[2].
Berikut jenis makanan yang harus dihindari[2]:
Bayi perlu mengkonsumsi formula PKU untuk memastikan bayi mendapatkan asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh. Formula PKU mengandung semua asam amino yang dibutuhkan tubuh kecuali fenilalanin[2].
Orang dengan fenilketonuria harus mengikuti pembatasan diet khusus dan mengkonsumsi formula PKU sepanjang hidup untuk mengatasi gejala. Jika pasien berhenti menerapkan diet khusus rendah fenilalanin, biasanya terjadi perubahan neurologis[5].
Diet khusus untuk masing-masing pasien fenilketonuria dapat berbeda. Sebaiknya perencanaan diet dilakukan dengan pertimbangan dokter atau ahli gizi untuk menjaga keseimbangan nutrisi[2].
Sapropterin merupakan formulasi oral dari BH4, kofaktor alami untuk enzim PAH, yang mana akan menstimulasi aktivitas enzim PAH residual untuk merombak fenilalanin menjadi tirosin. Obat ini diindikasikan untuk menurunkan kadar fenilalanin darah[5, 6].
Pegvaliase mendapat persetujuan FDA untuk mengatasi fenilketonuria pada orang dewasa. Pegvaliase ialah suatu PEGylated phenylalanine ammonia lyase (PAL) yang menggantikan kekurangan aktivitas enzim PAH pada pasien fenilketonuria. Pegvaliase merupakan terapi enzim injeksi untuk pasien dengan konsentrasi fenilalanin darah yang tidak terkendali[5, 6].
Pengobatan dilakukan bersamaan dengan diet khusus fenilketonuria. Pengobatan bekerja paling efektif pada anak-anak dengan kasus fenilketonuria ringan[2].
Fenilketonuria merupakan kondisi genetik dan tidak dapat dicegah. Untuk orang yang didiagnosis fenilketonuria, pencegahan gejala dapat dilakukan dengan menerapkan diet khusus rendah fenilalanin[2].
Untuk wanita dengan fenilketonuria yang berencana untuk hamil, pencegahan timbulnya kecacatan pada janin dapat dilakukan dengan mengikuti diet rendah fenilalanin sebelum dan selama kehamilan. Sebaiknya pasien mengkonsultasikan dengan dokter sebelum mengusahakan kehamilan[4].
Untuk pasien fenilketonuria, atau orang yang memiliki kerabat dekat dengan fenilketonuria, konseling genetik dapat dilakukan sebelum kehamilan. Dokter dapat melakukan pengujian enzim untuk menentukan apakah calon orang tua membawa gen abnormal penyebab fenilketonuria[2, 4].
1. Stone WL, Basit H, Los E. Phenylketonuria. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021.
2. Cindie Slightham, reviewed by Melanie Santos. Phenylketonuria (PKU). Healthline; 2017.
3. Anonim. About Phenylketonuria. National Human Genome Research Institute; 2014.
4. Anonim. Phenylketonuria (PKU). Mayo Clinic; 2018.
5. Anonim. Phenylketonuria. National Organization for Rare Disorders; 2019.
6. Eric T. Rush, MD, FAAP, FACMG. Phenylketonuria (PKU). Medscape; 2020.