Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kanker lambung adalah pertumbuhan sel abnormal yang terdapat di lambung. Kanker ini bisa mengenai bagian mana saja dari lambung. Gejala dapat berupa sulit menelan, rasa kembung setelah makan, cepat kenyang
Daftar isi
Kanker lambung merupakan jenis kanker yang menyerang lambung di mana sel-sel lambung tumbuh secara tak normal dan tak terkontrol [1,2,3,8].
Kanker lambung juga dikenal dengan istilah kanker perut dan di Amerika Serikat, kanker perut sendiri adalah jenis kanker yang memengaruhi esofagus (saluran panjang pembawa makanan dari mulut ke perut) [1].
Perubahan atau mutasi genetik kerap menjadi alasan mengapa sel-sel abnormal tumbuh tak terkendali, tak hanya pada lambung atau saluran pencernaan, tapi juga beberapa kasus di organ tubuh lainnya [1,2,3,4].
Kanker lambung pun pada kondisi awal memiliki kemiripan gejala dengan beberapa penyakit lambung lainnya, terutama penyakit maag [1].
Tinjauan Kanker lambung adalah sebuah kondisi kanker yang menyerang bagian lambung di mana umumnya kondisi ini ditandai dengan gejala mirip penyakit lambung pada umumnya.
Mutasi genetik di sel lambung menjadi penyebab utama timbulnya kanker lambung [1,2,3].
Mutasi atau perubahan sel ini menjadi penyebab pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali [1,2,3].
Sel abnormal yang pertumbuhannya tak bisa dikontrol di bagian lambung ini yang disebut dengan istilah sel kanker.
Namun, penyebab mutasi genetik itu sendiri hingga kini belum diketahui secara jelas.
Meski demikian, tetap terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko kanker lambung pada seseorang, yaitu antara lain [1,2,3,4] :
Selain itu, beberapa orang dengan riwayat penyakit berikut juga memiliki peluang lebih besar dalam menderita kanker lambung [1,2,3,4,5,6] :
Faktor gaya hidup tak sehat pun mampu menjadi faktor peningkat risiko seseorang dalam menderita kanker lambung, seperti [1,2,7] :
Tinjauan Mutasi genetik dapat menjadi penyebab kanker lambung, namun berbagai faktor lain seperti gaya hidup tidak sehat, penyakit tertentu, faktor usia, dan sebagainya dapat meningkatkan risiko kanker lambung.
Kanker lambung dapat menimbulkan sejumlah gejala jika kondisi sudah pada stadium lanjut.
Pada stadium awal, kanker lambung justru biasanya tak menimbulkan gejala apapun [3].
Meski di awal timbul gejala, kerap kali gejala kanker lambung justru dianggap sebagai sakit maag biasa, seperti [1] :
Ketika kondisi berkembang semakin serius dan stadium meningkat menjadi stadium lanjut, gejala yang ditimbulkan pun akan lebih berat.
Sejumlah gejala stadium lanjut pada kondisi kanker lambung antara lain [1] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila keluhan sakit maag atau gangguan pencernaan cenderung sudah terlampau sering dan bahkan berulang kali terjadi, segera ke dokter.
Periksakan diri langsung ke dokter ahli gastroenterologi untuk memeriksa secara detail kondisi gejala yang dikeluhkan.
Penderita keluhan BAB maupun muntah darah sebaiknya segera ke IGD untuk mendapatkan pertolongan medis segera karena jika dibiarkan terlalu lama dapat berisiko mengalami syok.
Syok yang tak mendapatkan penanganan segera mampu berakibat fatal.
Tinjauan Kanker lambung pada tahap awal biasanya tidak menunjukkan gejala. Gejala baru akan muncul seiring penyebaran kanker yang lebih luas. Bila pun muncul gejala, biasanya gejala memiliki kemiripan dengan penyakit maag biasa.
Umumnya kanker lambung jarang terdiagnosa pada stadium awal dan justru baru terdeteksi ketika memasuki stadium lanjut.
Berikut ini adalah metode-metode diagnosa yang dapat pasien tempuh untuk memastikan apakah gejala mengarah pada kanker lambung.
Seperti pada umumnya, dokter akan lebih dulu memeriksa kondisi fisik pasien untuk mengidentifikasi gejala fisik apa saja yang dialami [1].
Selain mengecek kelainan pada tubuh pasien, dokter pun kemungkinan menanyakan kepada pasien tentang riwayat medis, termasuk riwayat medis keluarga pasien [1].
Adanya riwayat anggota keluarga penderita kanker lambung akan memudahkan dokter dalam menegakkan diagnosa.
Prosedur endoskopi ini adalah untuk memeriksa bagian dalam tubuh atas pasien dengan memasukkan selang tipis fleksibel yang telah dilengkapi kamera kecil ke dalam tenggorokan pasien menuju perut [1].
Tanda-tanda keberadaan kanker di lambung akan dapat terdeteksi melalui gambar hasil rekaman kamera tersebut.
Untuk memastikan apakah lambung terserang kanker, maka tes pendukung lainnya yang perlu pasien tempuh adalah CT scan [8].
Tes pemindaian ini dapat menunjukkan kepada dokter adanya kelainan pada lambung, seperti pertumbuhan sel abnormal yang menjadi kanker.
Biopsi atau pengambilan sampel jaringan juga diperlukan dalam hal ini, terutama bila hasil endoskopi menunjukkan adanya area lambung atau sepanjang esofagus yang mengalami kelainan [1,5,8].
Sampel jaringan yang telah diambil akan dokter bawa ke laboratorium dan diperiksa lebih lanjut.
Tes darah adalah salah satu cara untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh pasien apakah terpengaruh dengan keberadaan dan pertumbuhan sel kanker di lambung [8].
Dalam hal ini, dokter akan memeriksa seperti organ hati pasien.
Pada prosedur ini, dokter akan memasukkan selang tipis yang sudah dilengkapi kamera kecil melalui tenggorokan ke perut untuk mengetahui kondisi bagian dalam perut pasien [9].
Berbeda dari endoskopi biasa, USG endoskopi akan membantu dokter dalam mengetahui seberapa besar tekanan yang disebabkan kanker pada dinding perut pasien [9].
Teropong lambung atau gastroskopi adalah sebuah prosedur di mana dokter memasukkan alat menyerupai selang berkamera melalui mulut pasien ditujukan ke lambung.
Dokter akan mampu melihat kondisi lambung pasien lebih mudah. Melalui prosedur ini dokter dapat mengambil sampel jaringan lambung pasien dan kemudian membawanya ke laboratorium.
Tes tinja adalah sebuah prosedur untuk mengecek apakah feses pasien disertai darah [10].
Menurut tingkat keparahannya, terdapat 4 stadium kanker lambung, yaitu [1] :
Tinjauan Untuk memastikan kondisi gejala mengarah pada kanker lambung serta memeriksa tingkat keparahan (stadium) kanker lambung, beberapa metode diagnosa yang dapat pasien tempuh adalah pemeriksaan fisik, tes pemindaian, tes darah, tes tinja, biopsi, endoskopi, USG endoskopi, dan gastroskopi.
Tingkat keparahan kanker lambung atau stadium kanker lambung menentukan jenis pengobatan yang perlu pasien tempuh.
Berikut ini merupakan sejumlah metode pengobatan untuk kanker lambung pada umumnya.
Pengangkatan jaringan kanker dari lambung dapat dilakukan melalui prosedur bedah [1,2,5,8].
Gastroskopi adalah metode pemeriksaan sekaligus bedah yang dokter paling rekomendasikan apabila kanker masih stadium awal [11].
Gastroskopi sudah cukup untuk mengatasi kanker lambung yang perkembangannya baru mencapai lapisan lambung [11].
Sementara itu, gastrektomi adalah prosedur bedah lainnya yang dokter kemungkinan rekomendasikan untuk mengangkat seluruh atau sebagian lambung yang terserang kanker [1,2,3,8].
Prosedur gastrektomi biasanya diterapkan apabila penyebaran kanker sampai di bagian lambung dan jaringan sekelilingnya.
Namun sebelum menempuh gastrektomi, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan komplikasi apa saja yang bisa terjadi.
Kemoterapi merupakan metode pengobatan umum untuk penderita kanker yang bertujuan membunuh sel-sel kanker dengan obat [1,2,8].
Beberapa jenis obat yang dokter berikan selama proses kemoterapi untuk kanker lambung umumnya adalah capecitabine, epirubicin, irinotecan, oxaliplatin, fluorouracil, dan cisplatin [12].
Terapi radiasi juga merupakan bentuk pengobatan umum kanker lambung yang menggunakan sinar radiasi sebagai pembasmi sel-sel kanker [1,2,8].
Radioterapi biasanya dikombinasikan dengan kemoterapi untuk meningkatkan efektivitas kesembuhan pasien [1,2,8].
Bagaimana prognosis kanker lambung?
Kurang lebih 50% kasus kanker lambung dapat disembuhkan dan penderitanya dapat pulih dengan baik [1].
Namun setengah dari jumlah kasus ini pun masih tergolong serius, penderita rata-rata mengalami metastasis (penyebaran kanker hingga ke organ dan jaringan tubuh yang lebih luas) [1].
Tingkat harapan hidup 5 tahun untuk pasien kanker lambung biasanya hampir 0%, namun dengan kanker lambung distal terlokalisasi menjadikan tingkat harapan hidup meningkat hingga 50% [1].
Tinjauan Operasi, kemoterapi dan radioterapi merupakan bentuk penanganan yang umumnya paling direkomendasikan bagi penderita kanker lambung.
Kanker lambung dapat berdampak pada kesehatan penderitanya secara negatif apabila tak segera diatasi.
Berikut ini adalah sejumlah risiko komplikasi kanker lambung yang perlu diwaspadai [1] :
Tinjauan Risiko komplikasi kanker lambung yang penting untuk diwaspadai adalah asites (termasuk sesak nafas), metastasis (penyebaran sel kanker), kehilangan nafsu makan, hingga berat badan turun drastis.
Untuk meminimalisir risiko kanker lambung, beberapa langkah di bawah ini dapat coba diterapkan [7] :
Tinjauan Pencegahan kanker lambung dapat dilakukan dengan menjaga gaya hidup tetap sehat dengan menerapkan kebiasaan sehari-hari yang baik bagi tubuh, terutama lambung.
1. Alejandro Recio-Boiles & Hani M. Babiker. Gastric Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Julita Machlowska, Jacek Baj, Monika Sitarz, Ryszard Maciejewski, & Robert Sitarz. Gastric Cancer: Epidemiology, Risk Factors, Classification, Genomic Characteristics and Treatment Strategies. International Journal of Molecular Sciences; 2020.
3. Pelayo Correa, MD. Gastric Cancer: Overview. HHS Public Access; 2014.
4. Qiang Li, Jun Zhang, Yongning Zhou, & Liang Qiao. Obesity and gastric cancer. Front Biosci; 2012.
5. Jin Tae Jung. Gastric Polyps and Protruding Type Gastric Cancer. Clinical Endoscopy; 2013.
6. Lydia E. Wroblewski, Richard M. Peek, Jr., & Keith T. Wilson. Helicobacter pylori and Gastric Cancer: Factors That Modulate Disease Risk. Clinical Microbiology Reviews; 2010.
7. Lei Huang, Lei Chen, Zhong-Xuan Gui, Shun Liu, Zhi-Jian Wei, & A-Man Xu. Preventable lifestyle and eating habits associated with gastric adenocarcinoma: A case-control study. Journal of Cancer; 2020.
8. James Thomas Patrick Decourcy Hallinana & Sudhakar Kundapur Venkatesh, Gastric carcinoma: imaging diagnosis, staging and assessment of treatment response. Cancer Imaging; 2013.
9. Eduardo Redondo-Cerezo, Juan Gabriel Martínez-Cara, Rita Jiménez-Rosales, Francisco Valverde-López, Antonio Caballero-Mateos, Pablo Jérvez-Puente, Jose Luis Ariza-Fernández, Margarita Úbeda-Muñoz, Mercedes López-de-Hierro, & Javier de Teresa. Endoscopic ultrasound in gastric cancer staging before and after neoadjuvant chemotherapy. A comparison with PET-CT in a clinical series. United European Gastroenterology Journal; 2017.
10. M Zappa, C B Visioli, S Ciatto, G Grazzini, T Rubeca, A G Bonanomi, M Confortini, E Paci, & G Castiglione. Gastric cancer after positive screening faecal occult blood testing and negative assessment. Digestive and Liver Disease; 2007.
11. Hoon Hur, Sang-Yong Son, Yong Kwan Cho, & Sang-Uk Han. Intraoperative Gastroscopy for Tumor Localization in Laparoscopic Surgery for Gastric Adenocarcinoma. Journal of Visualized Experiments; 2016.
12. Mehmet Ali Nahit Sendur, Nuriye Ozdemir, Tahsin Özatlı, Ozan Yazıcı, Sercan Aksoy, Ahmet Siyar Ekinci, Doğan Yazılıtaş, Yusuf Günaydın, Berna Oksuzoglu, Mustafa Benekli, & Nurullah Zengin. Comparison the efficacy of second-line modified EOX (epirubicin, oxaliplatin, and capecitabine) and irinotecan, 5-fluorouracil, and leucovorin (FOLFIRI) regimens in metastatic gastric cancer patients that progressed on first-line modified docetaxel and cisplatin plus fluorouracil (DCF) regimen. Medical Oncology; 2014.