Tinjauan Medis : dr. Fendria Suwangsana
Kostokondritis adalah suatu peradangan pada tulang rawan di tulang iga. Karena secara anatomis lokasinya di dinding dada, dan nyeri yang ditimbulkan kostokondritis bersifat akut, hal paling penting dari
Daftar isi
Kostokondritis merupakan suatu penyakit radang yang menyerang sendi kostokondral (tulang rawan atau tulang penghubung antara tulang rusuk dan tulang dada) sehingga nyeri dada menjadi salah satu tanda utamanya [1,2,3,5,7,8].
Hanya saja, rasa nyeri pada bagian tulang rawan akibat peradangan seringkali mirip dengan gejala nyeri dada pada kondisi serangan jantung [1].
Istilah lain yang cukup dikenal untuk menyebut kondisi kostokondritis adalah nyeri dinding dada.
Namun, ada pula yang menyebut dengan istilah costosternal chondrodynia atau sindrom kostosternal.
Tinjauan Kostokondritis adalah radang sendi kostokondral atau tulang rawan penghubung tulang dada dan tulang rusuk di mana gejala utama adalah rasa nyeri pada area dada atas.
Kostokondritis walaupun penyebab utamanya kurang jelas, namun ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan potensi seseorang untuk mengalaminya [4].
Cedera, infeksi hingga kemungkinan faktor keturunan bisa saja menjadi alasan seseorang menderita kostokondritis.
Atau, kondisi kostokondritis dapat pula menjadi efek atau dampak tidak langsung dari penyakit lain.
Sementara itu, sindrom Tietze merupakan radang tulang rawan yang dirasakan dari dada bagian depan atas di mana hal ini disertai pula dengan sendi yang bengkak.
Jika terjadi pembengkakan, maka hal ini lebih mengarah pada sindrom Tietze karena kostokondritis umumnya tidak menyebabkan bengkak [4,5].
Tinjauan Pada kondisi kostokondritis, nyeri pada dada tidak disertai pembengkakan. Bila nyeri diikuti dengan pembengkakan, maka kondisi ini mengarah pada sindrom Tietze.
Kostokondritis belum diketahui secara jelas apa penyebab sesungguhnya, namun beberapa faktor berikut ini dapat menjadi peningkat risiko kostokondritis [1,2,3,4,5,7,8] :
Untuk kasus sindrom Tietze, usia remaja dan dewasa muda jauh lebih berpotensi mengalaminya [1].
Hanya saja, pria dan wanita memiliki potensi sama besar untuk menderita sindrom Tietze.
Tinjauan Penyebab utama kostokondritis belum diketahui jelas, namun beberapa faktor seperti infeksi, pasca operasi, cedera, tumor dan radang sendi dapat menjadi pemicunya.
Gejala utama pada penderita kostokondritis adalah rasa nyeri yang timbul di bagian dada, namun berikut ini adalah beberapa gejala lain yang perlu diketahui [1,2,3,5,7,8] :
Kapan seharusnya memeriksakan diri ke dokter?
Seseorang dengan kostokondritis perlu segera memeriksakan diri ke dokter bila gejala mulai membuat tingkat ketidaknyamanan lebih tinggi. Segera ke dokter bila beberapa kondisi ini mulai timbul [3] :
Ada kalanya, gejala-gejala yang dialami terus memburuk bahkan ketika sudah menemui dokter dan dokter telah meresepkan obat tertentu untuk meredakan gejala.
Bila kondisi-kondisi berikut terjadi, segera dapatkan bantuan medis sebab gejala di bawah ini tidak berkaitan dengan kostokondritis [1,3,7,8] :
Tinjauan Gejala utama kostokondritis adalah nyeri pada area dada yang berisiko dapat menyebar hingga perut dan punggung. Segera ke dokter bila mengalami demam, nyeri persisten, sulit bernafas dan pusing.
Nyeri pada bagian dada dapat dikaitkan dengan penyakit jantung, khususnya serangan jantung, itulah mengapa rasa nyeri ini perlu dikonfirmasi segera.
Karena gejala kostokondritis utamanya adalah nyeri pada dada yang terkadang dapat disertai pula dengan kesulitan bernafas, maka hal ini cukup mirip dengan gejala serangan jantung.
Untuk menentukan penyebab gejala yang dikeluhkan oleh penderita dan mengonfirmasi apakah ada penyakit lain selain kostokondritis, beberapa pemeriksaan inilah yang perlu dilakukan [1,3,5,6,8] :
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien menjadi metode diagnosa utama yang dilakukan oleh dokter. Namun, serangkaian pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan tumor, penyakit jantung, atau infeksi pada tubuh pasien.
Kostokondritis pada umumnya tak memerlukan perawatan khusus karena rasa nyeri akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari [1,2,3,5,7].
Asalkan beristirahat dengan cukup dan pasien menghindari segala kegiatan yang dapat memperburuk gejala, maka gejala dapat berkurang dan berpotensi sembuh.
Namun jika memang gejala kostokondritis memerlukan penanganan, maka berikut ini jenis pengobatan yang dapat diperoleh pasien.
Perawatan medis yang umumnya diberikan dapat berupa obat-obatan yang bertujuan meredakan gejala.
Paracetamol adalah salah satu obat pereda nyeri yang banyak digunakan untuk meredakan nyeri di dada para penderita kostokondritis [1,2,3,5,6,7,8].
Hanya saja, paracetamol hanya dapat meringankan nyeri tahap ringan hingga sedang saja.
OAINS atau obat anti-inflamasi non-steroid merupakan jenis obat pereda nyeri lainnya seperti naproxen dan ibuprofen yang dapat digunakan sehari 2-3 kali.
Namun obat jenis OAINS tidak direkomendasikan untuk para penderita tukak lambung, penyakit asma, masalah jantung, penyakit ginjal dan hipertensi.
Aspirin adalah jenis obat lainnya yang juga menjadi alternatif efektif, hanya saja tak direkomendasikan bagi anak-anak yang usianya belum mencapai 16 tahun.
Kortikosteroid yang diberikan dengan cara disuntikkan atau metode injeksi adalah cara lain dalam mengobati kostokondritis [3,5,7].
Obat ini diketahui sangat baik dalam meredakan pembengkakan (bila terkait dengan sindrom Tietze) dan juga efektif dalam mengurangi rasa nyeri pada dada.
Dokter dapat memberikannya dengan menyuntikkan obat ini langsung ke dalam maupun area sendi kostokondral.
Untuk rasa nyeri pada bagian dada yang kronis, maka obat anti kejang terbukti menjadi pengobatan yang ampuh [1,8].
Tujuan penggunaan obat epilepsi gabapentin telah terbukti dalam membuat nyeri berkurang dan bahkan terkendali.
Rasa nyeri yang terjadi pada dada seringkali dapat menjadi penyebab penderitanya mengalami sulit tidur sehingga diperlukan penanganan untuk meredakan gejala tersebut [1,8].
Antidepresan trisiklik seperti amitriptyline bisa digunakan dengan tujuan meredakan nyeri yang tak tertahankan di malam hari.
Dokter kemungkinan dapat memberikan resep jenis obat narkotik seperti obat-obatan berkandungan kodein khusus bagi penderita kostokondritis dengan gejala yang sudah sangat serius [1,8].
Obat mengandung kodein yang dimaksud antara lain adalah oxycodone/acetaminophen atau hydrocodone/acetaminophen.
Hanya saja, jenis obat ini berefek samping membuat pengonsumsinya kecanduan sehingga penggunaannya perlu dengan resep dan di bawah pengawasan dokter.
Pada kondisi kostokondritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, maka antibiotik umumnya diberikan secara intravena [3].
Antibiotik juga dapat mengobati kostokondritis yang disebabkan oleh jamur, namun tidak untuk virus.
Terapi ini memanfaatkan energi listrik yang dikirimkan pada area yang terasa nyeri melalui permukaan kulit [1,5].
Energi listrik tersebutlah yang akan merilekskan otot-otot sekaligus meredakan nyeri pada sendi.
Prosedur bedah diperlukan bagi kondisi kostokondritis yang sangat parah di mana obat-obatan dan terapi lainnya tak efektif meredakan gejala [3].
Prosedur bedah yang dimaksud adalah operasi mengangkat tulang rawan yang nyerinya tak kunjung sembuh.
Untuk opsi perawatan ini, biasanya dokter akan merujukkan pasien lebih dulu kepada ahli bedah dan pasien sendiri sebaiknya berkonsultasi lebih dulu sebelum menyetujuinya.
Selain menggunakan obat-obatan, pasien kostokondritis perlu merawat diri di rumah dengan baik melalui cara-cara mandiri ini.
Istirahat sebanyak-banyaknya adalah cara terbaik untuk membuat kondisi cepat pulih dan gejala tak menjadi lebih buruk [1,2,3,7,8].
Istirahat juga berarti bahwa pasien perlu menghindari berbagai kegiatan yang terlalu padat serta berat yang berisiko memperburuk gejala nyeri di dada.
Cara lain yang dapat dipraktekkan adalah mengompres bagian tubuh yang sakit sehari beberapa kali [1,2,3,7,8].
Gunakan kompres hangat ataupun dingin di bagian dada yang sakit untuk membantu mengurangi rasa nyerinya.
Olahraga yang terlalu berat dan lama tidaklah dianjurkan sementara waktu selama kondisi pasien belum pulih benar [1,2,3,6,7,8].
Namun untuk memaksimalkan pemulihan, peregangan ringan dapat dilakukan tanpa berlebihan agar sendi tidak mengalami ketegangan atau kekakuan lebih lanjut.
Tinjauan Pengobatan kostokondritis jika gejala sudah cukup mengkhawatirkan biasanya adalah berupa pemberian obat-obatan sesuai pemicunya. Langkah operasi dapat pula dilakukan bila memang gejala sudah sangat parah. Selain itu, istirahat cukup, kompres panas/dingin, serta peregangan ringan dapat membantu pemulihan.
Kostokondritis sangatlah jarang memicu komplikasi tertentu, namun pada kasus yang sudah sangat serius, hal ini menunjukkan bahwa nyeri konstan dapat menjadi ancaman.
Bila nyeri terasa persisten, maka hal ini berkemungkinan mengarah pada penyakit pernafasan seperti pneumonia atau masalah jantung.
Bila nyeri tak kunjung mereda, periksakan diri untuk mengetahui apakah ada potensi nyeri merujuk pada kondisi fibromialgia [8].
Fibromialgia adalah suatu kondisi yang menimbulkan tanda-tanda seperti :
Tinjauan Nyeri tak kunjung hilang walau sudah menggunakan obat dapat berisiko mengarah pada kondisi fibromialgia (nyeri tulang dan otot di seluruh tubuh) sehingga perlu mengonsultasikannya dengan dokter.
Karena tak diketahui secara jelas apa yang mampu menyebabkan kostokondritis, penyakit radang ini menjadi sulit untuk dicegah [3].
Bahkan, kostokondritis cenderung tidak dapat dicegah selain menjaga pola hidup tetap sehat, baik dan seimbang melalui pola makan yang benar, tidur cukup dan olahraga rutin.
Melindungi diri untuk terhindar dari cedera serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tak mudah terkena infeksi pun menjadi langkah pencegahan yang dapat diupayakan.
Tinjauan Langkah pencegahan yang paling dapat diupayakan adalah menjaga pola hidup secara sehat dan seimbang. Kostokondritis sendiri pada kasus non-infeksi dapat sembuh dengan cepat, namun kostokondritis karena infeksi dapat pulih namun diketahui memakan waktu lebih lama.
1) Mayo Clinic Staff. 2018. Mayo Clinic. Costochondritis.
2) Anonim. 2019. Health Direct. Costochondritis.
3) Carol DerSarkissian. 2020. WebMD. Costochondritis.
4) William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR & John P. Cunha, DO, FACOEP. MedicineNet. Costochondritis and Tietze Syndrome.
5) Anonim. 2019. National Health Service. Costochondritis.
6) Anne M. Proulx, DO, and Teresa W. Zryd, MD, MSPH. 2009. American Family Physician. Costochondritis: Diagnosis and Treatment.
7) Dr Mary Harding & Dr John Cox. 2017. Patient. Costochondritis.
8) Mohan Garikiparithi. 2017. Bel Marra Health. Costochondritis: Complications, diagnosis, and treatment options.