Penyakit & Kelainan

Multiple Myeloma: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Mieloma multipel adalah sebuah kanker yang terbentuk di sel plasma, yaitu suatu sel yang menjadi bagian dari sel darah putih. Sel plasma yang sehat membantu seseorang melawan infeksi dengan membentuk antibodi

Apa itu Multiple Myeloma?

Multiple myeloma ialah jenis kanker langka yang dicirikan dengan produksi berlebihan (proliferasi) dan gangguan fungsi dari sel plasma[1, 2, 3].

Sel plasma merupakan jenis sel darah putih yang diproduksi di dalam sumsum tulang. Normalnya sel plasma menetap di sumsum tulang dan menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan substansi yang berfungsi mengenali dan melawan infeksi[2, 4].

Pada multiple myeloma, sel-sel plasma abnormal berkembang di dalam sumsum tulang dan memperbanyak diri dengan sangat cepat. Sel-sel plasma yang bersifat kanker berkumpul di dalam sumsum tulang dan jumlahnya melebihi sel darah normal[[1, 4].

Sel plasma tersebut mempoduksi protein/antibodi abnormal yang disebut sebagai immunoglobulin monoklonal, protein monoklonal (protein M), M-spike, atau paraprotein. Progres penyakit mengakibatkan melimpahnya paraprotein monoklonal (protein M), kerusakan tulang, dan penggantian lapisan sel hematopoietik lain[5, 6].

Multiple myeloma mencakup 1,8% dari semua kasus kanker baru di Amerika. Sekitar 4 hingga 5 orang dari 100.000 didiagnosis dengan jenis kanker ini setiap tahun. Risiko multiple myeloma pada pria dan wanita memiliki rasio 3:2[3, 4].

Multiple myeloma lebih umum terjadi pada populasi lansia dengan usia rata-rata saat diagnosis sekitar 70 tahun. Kurang dari 14% pasien berusia kurang dari 55 tahun, dan kurang dari 3% pasien berusia kurang dari 45 tahun[3, 6].

Penyebab Multiple Myeloma

Penyebab pasti dari multiple myeloma belum diketahui. Para ahli menduga terdapat berbagai penyebab penyakit yang meliputi faktor lingkungan, abnormalitas genetik, dan/atau faktor tambahan yang dapat ikut berperan[2, 6].

Faktor Risiko Multiple Myeloma

Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko multiple myeloma[1, 2, 6]:

  • Usia lanjut

Risiko multiple myeloma meningkat pada orang berusia lanjut. Umumnya pasien didiagnosis penyakit ini pada pertengahan usia 60an.

  • Riwayat MGUS (monoclonal gammopathy of undetermined significance)

Multiple myeloma hampir selalu bermula sebagai MGUS, yang mana ditandai dengan adanya protein M (yang diproduksi oleh sel plasma abnormal) di dalam darah. Penyebab dari MGUS tidak diketahui. Pasien dengan MGUS memiliki risiko lebih besar mengalami multiple myeloma.

  • Faktor lingkungan atau paparan zat kimia

Orang yang sering terpapar zat kimia seperti herbisida, pestisida, benzena, dan pelarut organik lainnya memiliki risiko lebih besar mengalami multiple myeloma.

  • Faktor genetik atau riwayat keluarga dengan multiple myeloma

Orang yang memiliki anggota keluarga dengan multiple myeloma berisiko lebih besar mengalami penyakit yang sama. Beberapa studi menunjukkan adanya abnormalitas dari onkogen tertentu yang behubungan dengan perkembangan awal tumor sel plasma.

  • Jenis kelamin pria

Pria lebih berisiko mengalami multiple myeloma dibandingkan wanita.

  • Ras kulit hitam

Orang berkulit hitam memiliki risiko multiple myeloma lebih tinggi dibandingkan ras lainnya.

Gejala Multiple Myeloma

Gejala multiple myeloma dapat berbeda-beda. Pada awal perkembangan penyakit dapat tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik. Namun, seiring penyakit berprogres umumnya pasien akan mengalami setidaknya empat gejala utama[2, 4].

Empat gejala utama multiple myeloma meliputi[4]:

Gejala paling umum pada pasien multiple myeloma ialah sakit tulang, biasanya pada punggung bagian bawah atau tulang rusuk. Pada kebanyakan pasien, gerakan memperburuk rasa sakit, yang dapat bersifat ringan, sedang, atau berat[4].

Berikut beberapa gejala lain yang dapat dialami pasien multiple myeloma[1, 7]:

Komplikasi Multiple Myeloma

Multiple myeloma dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, seperti[1, 3]:

  • Infeksi yang sering terjadi

Sel-sel myeloma menghambat kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Faktor yang berperan dalam peningkatan risiko infeksi meliputi gangguan fungsi limfosit, supresi fungsi sel plasma normal, hipogammaglobulinemia, dan neutropenia terinduksi kemoterapi. Infeksi paling umum yaitu pneumonia dan infeksi saluran urin.

  • Penurunan fungsi ginjal

Penurunan fungsi ginjal dapat bersifat akut atau kronis. Berbagai mekanisme penyebab dapat terlibat, seperti  produksi monoklonal rantai ringan yang berlebihan, deposisi rantai ringan utuh yang menyebabkan sindrom nefrotik, amyloidosis rantai ringan, hiperkalsemia, hiperurisemia, dehidrasi.

  • Gangguan tulang

Multiple myeloma dapat mempengaruhi tulang, mengarah pada sakit tulang, penipisan tulang, dan patah tulang.

  • Anemia (kurang sel darah merah)

Saat jumlah sel kanker melebihi jumlah sel darah normal, multiple myeloma juga dapat menyebabkan anemia. Anemia sering menimbulkan keletihan, pusing, dan iritabitilas.

  • Hiperkalsemia

Kondisi ini dapat terjadi tanpa gejala atau dengan gejala berupa anoreksia, keletihan, konstipasi, polidipsia, poliuria, kebingungan atau pingsan. Hiperkalsemia terjadi karena kerusakan pada tulang sering kali mengakibatkan pelepasan kalsium ke dalam aliran darah.

  • Sindrom hiperviskositas

Gejala berupa pendarahan oronasal, penglihatan kabur, pendarahan retina, kejang, dan gejala neurologis lain, kebingungan, dispnea, dan gagal jantung.

  • Neuropati

Dapat disebabkan progres penyakti atau efek samping pengobatan seperti thalidomide, bortezomid, atau vincristine.

  • Trombosis

Risiko trombotik meningkat dengan penggunaan agen imunomodulasi seperti thalidomide dan lenalidomide.

Diagnosis Multiple Myeloma

Diagnosis multiple myeloma didasarkan pada pemeriksaan klinis menyeluruh, riwayat kesehatan pasien, dan beberapa tes diagnosis[2, 4].

Berikut beberapa tes yang dapat membantu diagnosis multiple myeloma[1, 7]:

  • Tes darah dan tes urin: Tes darah dan tes urin dapat digunakan untuk memeriksa kandungan protein M, yang mana disebabkan oleh multiple myeloma atau kondisi lain.
  • Tes imaging: Untuk memeriksa ada tidanya kerusakan pada tulang dapat dilakukan X-ray, MRI, atau CT scan.
  • Biopsi: Biopsi dilakukan dengan pengambilan sampel sumsum tulang menggunakan jarum panjang. Sampel diamati di laboratorium untuk memastikan ada tidaknya sel kanker.

Kriteria diagnosis multiple myeloma menurut National Comprehensive Cancer Network (NCCN) meliputi[3]:

  • Plasma sel klonal sumsum tulang = 10% atau plasmacytoma extrameduler atau bertulang keras (dikonfirmasi dengan biopsi) serta
  • Satu atau lebih kondisi yang menentukan myeloma, meliputi:
  • Kadar kalsium lebih dari 0,25 mmol/L (> 1 mg/dL) lebih tinggi dari batas atas normal atau lebih besar daripada 2,75 mmol/L (> 11 mg/dL)
  • Gangguan ginjal (kreatinin lebih dari 2 mg/dL atau kejernihan kreatinin kurang dari 40 mL per menit)
  • Anemia (hemoglobin kurang dari 10 g/dL) atau hemoglobin lebih dari 2 g/dL di bawah batas bawah normal
  • Satau atau lebih lesi tulang osteolitik pada radiografi skeletal, CT, atau PET-CT

Setelah pasien didiagnosis multiple myeloma, dokter akan melakukan staging, yaitu penentuan stadium penyakit. Staging membantu dalam menentukan opsi perawatan yang sesuai[4].

Staging multiple myeloma didasarkan pada[4]:

  • Penghitungan sel darah
  • Kadar protein di dalam darah dan urin
  • Kadar kalsium di dalam darah

Terdapat dua cara untuk menentukan stadium multiple myeloma, yaitu[3, 4]:

  • Sistem Durie-Salmon: berdasarkan pada kadar protein M, kalsium, dan sel darah merah serta tingkat kerusakan tulang. Berdasarkan sistem Durie-Salmon, multiple myeloma dibedakan menjadi tiga stadium (I, II, dan III) dan di sub-klasifikasikan lagi ke dalam grup A dan B berdasarkan tingkat kreatinin.
  • Sistem Staging Internasional: berdasarkan beta-2 microglobulin (B2M) dan serum albumin sebagai berikut:
    • Stadium 1: B2M kurang dari 3,5 mg/L dan serum albumin lebih besar dari atau sama dengan 3,5 g/dL
    • Stadium 2: bukan termasuk stadium 1 atau stadium 3
    • Stadium 3: B2M lebih besar dari atau sama dengan 5,5 mg/L

Pengobatan Multiple Myeloma

Beberapa pasien multiple myeloma dapat mengalami kondisi yang berprogres pelan selama bertahun-tahun dan sering kali tanpa gejala. Pasien dengan kondisi tersebut dapat tidak memerlukan pengobatan. Akan tetapi dianjurkan melakukan pemantauan secara rutin sehingga pengobatan bisa dilakukan jika gejala muncul[2].

Prosedur pengobatan dan penanganan dapat bervariasi,bergantung pada berbagai faktor seperti stadium penyakit, ukuran tumor, ada atau tidaknya gejala tertentu, usia dan kesehatan umum pasien, serta pertimbangan lainnya[2, 4].

Penanganan multiple myeloma dapat meliputi[1, 3, 6, 7]:

1. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat yang dapat membantu membunuh sel-sel yang bertumbuh dengan cepat, termasuk sel-sel myeloma. Kemoterapi dianjurkan untuk pasien berusia kurang dari 65 tahun. Obat kemoterapi sering diberikan dalam dosis tinggi, terutama sebelum transplantasi sel induk.

2. Transplantasi Sel Induk

Transplantasi sel induk dilakukan dengan menggantikan sumsum tulang yang terdampak penyakit dengan sumsum tulang sehat dari donor. Sebelum prosedur transplantasi, sel induk yang berfungsi membentuk sel darah pada pasien diambil. Kemudian multiple myeloma ditangani dengan terapi radiasi atau kemoterapi.

Setelah jaringan yang terdampak penyakit dihancurkan, sel induk dari donor dimasukkan ke aliran darah melalui kateter. Sel induk ini akan menggantikan sel-sel tulang yang telah rusak dan mulai membuat sel darah yang sehat.

3. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh dengan mengurangi inflamasi dalam tubuh, sehingga dapat membantu menghancurkan sel-sel myeloma.

Selain itu, kortikosteroid dapat diberikan untuk membantu mengurangi efek samping dari kemoterapi. Dokter dapat meresepkan dexamethasone atau prednisone.

4. Terapi Radiasi

Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel myeloma dan menghentikan pertumbuhannya. Prosedur ini dapat digunakan untuk membunuh sel-sel myeloma pada bagian tubuh tertentu dengan cepat.

5. Targeted Therapy

Pengobatan targeted therapy menghambat zat kimia tertentu di dalam sel myeloma yang menghancurkan protein, menyebabkan sel kanker mati. Obat yang dapat digunakan yaitu bortezomib dan carfilzomib.

6. Terapi Biologis

Pengobatan terapi biologis menggunakan sistem kekebalan tubuh (sistem imun) untuk menyerang sel-sel myeloma. Dokter dapat memberikan beberapa obat berikut:

  • Obat imunomodulator: membuat sel-sel imun menjadi lebih kuat sehingga dapat menyerang sel-sel kanker. Obat jenis ini meliputi lenalidomide, pomalidomide, dan thalidomide.
  • Antibodi monoklonal: membantu sistem imun menemukan dan menghancurkan sel myeloma, sering disebut sebagai imunoterapi. Obat jenis ini meliputi daratumumab, elotuzumab, dan isatuximab.

Tingkat kelangsungan hidup pasien multiple myeloma bekisar antara 1 hingga 10 tahun, dengan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 46,6%. Tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi pada pasien dengan usia yang lebih muda[6].

Penanganan Mandiri

Pasien dianjurkan melakukan beberapa langkah penanganan mandiri untuk membantu mengatasi penyakit, meliputi[4, 7]:

  • Mengkonsumsi makanan sehat
  • Melakukan aktivitas fisik dan olahraga jika memungkinkan
  • Memastikan cukup istirahat
  • Mempelajari mengenai multiple myeloma sehingga dapat memahami kondisi tubuh
  • Mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman

Multiple myeloma bukan termasuk kondisi yang dapat dicegah. Mendapatkan diagnosis serta penanganan dapat membantu memperlambat progres penyakit[3, 6].

1. Anonim. Multiple Myeloma. Mayo Clinic; 2020.
2. Anonim. Multiple Myeloma. Rare Disease Database; 2019.
3. Albagoush SA, Azevedo AM. Multiple Myeloma. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
4. Bree Normandin, reviewed by Christina Chun, MPH. What is Multiple Myeloma? Healthline; 2019.
5. Anonim. What Is Multiple Myeloma? American Cancer Society; 2018.
6. Dhaval Shah, MD. Multiple Myeloma. Medscape; 2021.
7. Anonim, reviewed by Neha Pathak, MD. Multiple Myeloma. WebMD; 2020.

Share