Daftar isi
Osteoporosis adalah suatu gangguan kesehatan tulang di mana tulang mengalami penurunan pada kepadatannya sehingga tulang keropos, rapuh, hingga gampang retak [2,3,4,5].
Osteoporosis tidak serta-merta terjadi begitu saja karena kondisi ini berkembang selama bertahun-tahun yang bila tak disadari dapat berbahaya.
Bahkan risiko fraktur atau patah tulang menjadi lebih tinggi pada penderita osteoporosis yang tidak ditangani dengan benar.
Pada kasus yang sangat parah, bersin dan batuk pun mampu membuat tulang rusuk patah karena kepadatan tulang tersebut sangat rendah.
Tinjauan Osteoporosis adalah kondisi kepadatan tulang yang menurun sehingga memungkinkan terjadinya kerapuhan, pengeroposan, hingga patah tulang.
Secara alami, selalu terjadi proses penyerapan jaringan tulang lama oleh tubuh untuk kemudian tulang baru dapat dihasilkan.
Proses alami tubuh inilah yang dapat membuat kepadatan dan kekuatan tulang bisa bertahan.
Memasuki usia 20 tahun, kepadatan tulang telah menjadi paling maksimal, sementara usia sekitar 35 tahun adalah masa-masa di mana tulang mulai melemah [5].
Seiring bertambah tuanya usia, kepadatan tulang akan menurun dan tingkat kelemahan tulang meningkat sehingga risiko patah tulang dan pengeroposan lebih tinggi.
Walau osteoporosis dapat dialami oleh laki-laki dan perempuan, muda maupun tua, nyatanya perempuan jauh lebih berpotensi besar terkena osteoporosis apalagi usai masa menopause.
Selain itu, masih ada sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko osteoporosis seperti :
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Jika anggota keluarga khususnya orangtua ada yang mengalami osteoporosis, maka kemungkinan seseorang menderita kondisi yang sama sangat besar, termasuk juga risiko fraktur [3,4].
2. Ukuran Tubuh
Pada wanita yang tulangnya kurus dan kecil, maka risiko osteoporosis lebih tinggi [4].
3. Hormon Tubuh
Kadar estrogen rendah saat menopause, amenorrhea atau tidak terjadinya siklus menstruasi secara abnormal, hingga kadar testosteron rendah pada pria memperbesar potensi osteoporosis [4,5].
4. Asupan Alkohol
Konsumsi alkohol berlebihan bukan hanya menjadikan sistem otak dan saraf mengalami kerusakan, hal ini bila dibiasakan dapat memperburuk kondisi tulang dan memicu fraktur [2,3,4].
5. Kurang Olahraga
Gaya hidup yang kurang aktif, terlalu banyak duduk dan jarang berolahraga akan membuat tulang gampang lemah dan rapuh [3,4].
6. Merokok
Kebiasaan ini bukan hanya memicu kanker paru-paru, lebih parahnya, merokok berlebihan dalam jangka panjang dapat membuat tingkat kesehatan tulang menurun [2,3,4,5].
7. Penggunaan Obat Tertentu
Ada beberapa jenis obat-obatan yang bila digunakan dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami kelemahan dan kerapuhan tulang, seperti :
Antikonvulsan dan glukokortikoid adalah jenis obat-obatan yang tidak sebaiknya digunakan jangka panjang (lebih dari 3 bulan) karena dapat mengurangi kepadatan tulang [5].
8. Defisiensi Kalsium dan Vitamin D
Bagi yang jarang mengasup makanan tinggi vitamin D dan kalsium, maka risiko tulang keropos, rapuh atau lemah pun menjadi lebih tinggi [4,5].
9. Kondisi Medis Tertentu
Osteoporosis dapat terjadi pada seseorang yang mengalami beberapa jenis gangguan medis, seperti [2,4,5] :
Tinjauan Penyebab osteoporosis dapat meliputi riwayat kesehatan keluarga, kondisi medis tertentu, kekurangan kalsium dan vitamin D, penggunaan obat tertentu, ukuran tubuh, hingga kebiasaan atau pola hidup yang kurang sehat.
Karena osteoporosis perkembangannya tergolong lambat dan bisa terjadi selama bertahun-tahun akibat gaya hidup yang kurang sehat, maka sulit untuk mendeteksi osteoporosis sejak dini [2,4,5].
Seseorang dengan osteoporosis kemungkinan besar tak akan menyadari bahwa dirinya menderita gangguan kesehatan tulang ini sampai fraktur terjadi.
Fraktur yang terjadi hanya karena insiden kecil atau kecelakaan yang tidak seberapa merupakan tanda tingkat kerapuhan tulang sudah tinggi.
Seseorang yang bersin dan batuk saja pun bisa menyebabkan keretakan tulang karena kepadatan tulang yang sudah sangat berkurang.
Ada pula gejala ditandai dengan patah tulang belakang sehingga postur tubuh seseorang mengalami perubahan, seperti lordosis misalnya (kelengkungan tulang belakang abnormal).
Tinggi badan yang menurun pun menjadi gejala yang patut diwaspadai.
Kapan seharusnya ke dokter?
Saat seseorang mulai merasakan ketidaknyamanan karena kerusakan tulang sudah terjadi, segeralah ke dokter [5].
Ketidaknyamanan tersebut dapat menjadi indikator fraktur yang tidak teridentifikasi, maka harus segera diperiksakan agar segera memperoleh penanganan medis yang tepat.
Tinjauan Gejala osteoporosis tak dapat langsung diketahui karena perkembangannya yang bisa sampai bertahun-tahun tanpa disadari, namun jika fraktur sudah terjadi hal ini dapat dicurigai sebagai tanda osteoporosis.
Osteoporosis dapat terdeteksi melalui beberapa metode pemeriksaan sebagai berikut :
Dengan pemeriksaan sinar-X secara rutin osteoporosis dapat dideteksi, hanya saja pada kebanyakan kasus sinar-X mendeteksi osteoporosis cukup terlambat [2,4,5].
Saat diperiksa dengan sinar-X rata-rata pasien telah kehilangan 30% kepadatan tulangnya.
Untuk mengukur kesehatan tulang, tes ini perlu ditempuh pasien yang mengalami gejala osteoporosis [4].
Tes ini pun dapat dijadikan tes rutin supaya mampu meminimalisir risiko osteoporosis dan menentukan apakah seseorang memiliki potensi mengalami fraktur.
Tes DXA / DEXA (dual-energy x-ray absorptiometry) sentral adalah bentuk tes kepadatan mineral tulang di mana pemeriksaan ini tidaklah menimbulkan rasa sakit.
Tes ini mirip dengan tes sinar-X dengan durasi kurang lebih 5-15 menit untuk prosedurnya, namun tingkat paparan radiasi lebih rendah dari sinar-X.
Hasil Pemeriksaan BMD
Pada pemeriksaan BMD ini terdapat standar penilaian yang ditentukan oleh WHO yang disebut dengan T-score.
T-score berada di antara angka 1 dan -1 di mana inilah yang menentukan apakah seseorang mengalami osteoporosis atau osteopenia [2,5].
Osteopenia berada di bawah osteoporosis untuk tingkat keparahan kondisi, namun perlu diwaspadai ketika osteopenia berkaitan dengan artritis reumatoid, penggunaan steroid kortison, dan kebiasaan merokok.
Bila osteopenia berkaitan dengan beberapa faktor tersebut, maka hal ini dapat meningkatkan potensi patah tulang pinggul dan tulang belakang.
Siapa saja yang perlu menempuh tes kepadatan tulang?
Walau gejala osteoporosis tidak terasa ataupun nampak, beberapa kelompok orang seperti berikut perlu melakukan tes DXA [2] :
Tinjauan Sinar-X dan BMD (Bone Mineral Density) atau tes kepadatan mineral tulang adalah langkah pemeriksaan utama yang umumnya dapat mendeteksi risiko atau kondisi osteoporosis.
Osteoporosis umumnya ditangani melalui perubahan gaya hidup dan juga penggunaan obat-obatan.
Perawatan komprehensif melalui perubahan gaya hidup bertujuan untuk mencegah fraktur jika gejala osteoporosis berhasil terdeteksi sejak awal [2,3,4,5].
Tak hanya melalui perubahan gaya hidup, beberapa obat pun dapat membantu menghentikan penurunan kepadatan tulang.
Beberapa jenis obat pun dapat membantu agar kekuatan tulang bertambah, dan obat-obat yang dimaksud adalah [2,3,5]:
Bentuk penanganan lain osteoporosis, suplemen kalsium dapat digunakan oleh penderita sesuai dengan anjuran dan pengawasan dokter.
Berikut ini merupakan rekomendasi penggunaan suplemen kalsium oleh National Institutes of Health Consensus Conference on Osteoporosis yang diperuntukkan bagi penderita maupun non-penderita osteoporosis [2] :
Tinjauan Osteoporosis dapat diatasi melalui dua metode perawatan, dalam bentuk perubahan gaya hidup (menghindari alkohol dan merokok, berolahraga teratur, dan mengasup makanan serta suplemen kalsium maupun vitamin D) dan penggunaan obat-obatan penambah kekuatan dan kepadatan tulang.
Osteoporosis yang tidak segera ditangani dengan benar mampu berkembang dan mengakibatkan sejumlah risiko komplikasi pada tubuh penderitanya, salah satunya patah tulang.
Patah tulang dan patah tulang berulang dapat terjadi pada penderita osteoporosis ditandai dengan nyeri hebat tidak tertahankan [2].
Patah tulang pinggul adalah yang paling umum menjadi komplikasi osteoporosis [5].
Kondisi lain yang berpotensi besar terjadi adalah kifosis, yaitu kelainan tulang belakang di mana lengkungannya mengarah ke depan sehingga penderitanya memiliki postur bungkuk [2].
Jika sampai kifosis terjadi, maka sebagai akibat lebih jauhnya penderita dapat mengalami gangguan pernafasan hingga penurunan tinggi badan.
Tinjauan Patah tulang berulang (umumnya bagian pinggul) serta kifosis yang berdampak pada gangguan pernafasan adalah bentuk komplikasi osteoporosis yang penting untuk diwaspadai.
Pencegahan paling baik untuk tidak sampai mengalami osteoporosis serta komplikasinya adalah mengonsumsi mineral kalsium secara cukup setiap hari.
Beberapa sumber makanan utama kaya akan kalsium yang dapat dikonsumsi antara lain seperti [4,5] :
Dalam penambahan asupan kalsium selain dari sumber makanan alami, suplemen kalsium pun dapat dikonsumsi.
Pastikan bahwa penggunaan suplemen adalah rekomendasi dari dokter, maka konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apapun.
Selain kalsium, vitamin D pun diperlukan oleh tubuh secara cukup untuk mencegah osteoporosis, yaitu dengan mendapatkan sinar matahari pagi yang memadai.
Vitamin D adalah vitamin penting yang bertugas membantu proses penyerapan kalsium ke dalam tulang, maka konsumsilah juga makanan-makanan sumber vitamin D tinggi seperti :
Menghindari aktivitas merokok, tidak mengonsumsi alkohol, serta berolahraga rutin (Yoga dan berjalan kaki) adalah cara lainnya untuk mengurangi risiko osteoporosis.
Yoga adalah pilihan olahraga tepat untuk meningkatkan keseimbangan dan fleksibilitas tubuh, sementara berjalan kaki dapat memperkuat tulang dan juga otot [5].
Mineral kalsium adalah yang utamanya dibutuhkan oleh setiap tubuh manusia untuk mendukung pertumbuhan tulang.
Tak hanya menjadikan pertumbuhan tulang pada anak dan remaja jauh lebih sempurna, seluruh golongan usia membutuhkan asupan kalsium untuk menguatkan dan menyehatkan tulang.
Berikut ini adalah rekomendasi jumlah atau kadar asupan kalsium berdasarkan usia [4] :
Sementara itu, untuk asupan vitamin D yang paling direkomendasikan adalah [2,5] :
Tinjauan Menjaga asupan makan dan berolahraga adalah cara pencegahan osteoporosis terbaik, terutama memenuhi asupan kalsium dan vitamin D dengan baik sesuai usia.
1) Tümay Sözen, Lale Özışık, & Nursel Çalık Başaran. 2016. US National Library of Medicine National Institutes of Health. An overview and management of osteoporosis.
2) William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR & Catherine Burt Driver, MD. 2018. MedicineNet. Osteoporosis.
3) Anonim. 2019. National Health Service. Overview-Osteoporosis.
4) Anonim. 2018. The National Institutes of Health Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. Osteoporosis Overview.
5) Markus MacGill & Brenda B. Spriggs, M.D., MPH, FACP. 2019. Medical News Today. What to know about osteoporosis.
6) Anonim. 2012. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI Ajak Masyarakat Lakukan Pencegahan Osteoporosis.
7) Anonim. 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kenali Masalah Gizi yang Ancam Remaja Indonesia.