Daftar isi
Penyakit Wilson atau Wilson’s disease merupakan jenis penyakit keturunan yang menyerang otak serta hati dan berakibat pada kerusakan kedua organ vital tersebut [1,2,3,5,9].
Kondisi langka yang lebih rentan terjadi pada usia antara 5-35 tahun ini adalah akibat dari tembaga yang menumpuk di dalam tubuh [1,3].
Tentu tembaga sendiri merupakan jenis mineral penting yang mendukung perkembangan tulang, pembentukan kolagen, perkembangan saraf, hingga melanin pigmen kulit agar semuanya sehat optimal.
Tembaga adalah mineral yang didapat tubuh dari sumber makanan tertentu yang akhirnya tubuh dapat serap [1,2,3].
Jika terjadi kelebihan tembaga, maka proses ekskresinya dilakukan melalui zat yang empedu hasilkan.
Masalahnya pada tubuh penderita penyakit Wilson, kelebihan tembaga tidak dapat dikeluarkan dengan benar dan justru menimbun dan mengancam kesehatan.
Tinjauan Penyakit Wilson merupakan penyakit keturunan atau genetik ketika tembaga menumpuk pada organ hati atau otak sehingga kemudian berakibat pada sejumlah gangguan pada kedua organ tersebut.
Penyakit keturunan yang langka ini terjadi karena mutasi gen ATP7B pada kromosom 13 di mana gen ini adalah gen yang mengatur gerakan dan perpindahan tembaga di dalam tubuh [1,2,3,4,9].
Gen ini merupakan pengatur organ hati serta berperan utama dalam membuat tembaga yang berkelebihan di dalam tubuh dapat dikeluarkan.
Bila mutasi atau perubahan pada gen terjadi, perpindahan kelebihan tembaga untuk keluar dari tubuh tidak lagi memungkinkan.
Alhasil, tembaga menumpuk di dalam organ hati yang lama-kelamaan membuat tembaga masuk ke aliran darah.
Aliran darah kemudian akan secara tak sengaja membawanya ke organ tubuh lain dan terjadilah penumpukan tembaga di organ tersebut.
Selain hati, organ yang paling berisiko menjadi lokasi penumpukan tembaga adalah otak.
Faktor keturunan meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit Wilson, terutama bila memiliki kedua orang tua yang sama-sama membawa gen abnormal tersebut [4].
Seseorang dengan kedua orang tua memiliki mutasi gen maka berpotensi lebih besar dalam menderita penyakit Wilson.
Sementara pada seseorang dengan salah satu orang tua saja yang membawa gen abnormal, ia tidak akan menderita penyakit Wilson dan hanya akan menurunkan gen abnormal tersebut ke anaknya di masa mendatang.
Tinjauan - Mutasi gen ATP7B pada kromosom 13 menjadi penyebab penyakit Wilson karena berpengaruh buruk pada proses ekskresi kelebihan tembaga oleh organ hati. - Selain itu, faktor keturunan atau ketika kedua orang tua membawa gen abnormal maka meningkatkan risiko sang anak untuk menderita penyakit Wilson.
Walau merupakan penyakit keturunan, penyakit Wilson tidak serta-merta menimbulkan gejala saat seseorang baru lahir atau bahkan di masa kecilnya.
Gejala baru akan nampak dan dirasakan oleh penderita ketika tembaga sudah benar-benar terakumulasi di organ hati, otak atau organ lainnya.
Gejala penyakit Wilson sangat beragam, namun beberapa keluhan gejala umum yang umumnya terjadi pada penderita antara lain adalah [1,3,4,5,9] :
Jika gejala umumnya telah dikenali, penting untuk mengetahui apa saja gejala yang kemungkinan timbul saat organ hati menjadi lokasi penimbunan tembaga.
Karena keluhan gejala seperti edema dan jaundice mirip dengan gejala penyakit hati dan gagal ginjal, biasanya dokter akan meminta pasien menempuh beberapa tes untuk memastikan kondisi.
Beberapa metode diagnosa diperlukan supaya dokter dapat mengeliminasi dua kemungkinan tersebut untuk mengonfirmasi kondisi penyakit Wilson.
Jika akumulasi tembaga terjadi pada otak, maka beberapa gejala yang umumnya terjadi terkait dengan kondisi otak antara lain adalah :
Pada kondisi yang lebih berat, penderita dapat mengalami kejang-kejang. Bahkan setiap kali menggerakkan tubuh, otot akan terasa sakit.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera ke dokter ketika gejala-gejala tersebut timbul dan mulai terasa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jika seseorang mengetahui bahwa anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit Wilson, segera ke dokter untuk berkonsultasi mengenai kemungkinan dirinya mengidap penyakit yang sama.
Tinjauan Gejala umum penyakit Wilson ketika tembaga telah terakumulasi pada organ hati maupun otak adalah timbulnya edema, jaundice, gangguan menelan, gangguan bicara, kekakuan otot, nyeri perut, hingga kelelahan.
Karena gejala penyakit Wilson sungguh mirip dengan beberapa penyakit lain, seperti penyakit ginjal dan hepatitis, maka dokter pun agaknya merasa cukup sulit dalam mendiagnosa penyakit ini.
Seiring waktu, gejala dapat berkembang, termasuk perubahan suasana hati dan perubahan kepribadian penderitanya sehingga lebih sulit lagi mendiagnosanya sebagai penyakit Wilson.
Untuk itu, beberapa metode diagnosa berikut menjadi yang paling kerap dilakukan dokter untuk mengonfirmasi penyakit Wilson pada tubuh pasien [1,2,3,5,9].
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan mengecek adanya pembengkakan pada beberapa area tubuh pasien serta melihat apakah perubahan warna kulit (jaundice) terjadi pada pasien.
Dokter juga akan mencoba mendengarkan suara-suara yang berasal dari perut pasien.
Selain itu, beberapa pertanyaan seputar riwayat medis pasien dan keluarga pasien juga diajukan oleh dokter.
Hal ini bertujuan utama untuk mengetahui apakah salah satu atau kedua orang tua pasien memiliki penyakit Wilson (setidaknya membawa gen abnormal di dalam tubuh mereka).
Tes penunjang turut diperlukan, yaitu tes laboratorium yang meliputi tes kadar gula darah, tes genetik, tes kadar tembaga dalam darah, tes fungsi hati pasien, serta tes kadar ceruloplasmin (protein pengikat tembaga di dalam darah).
Tes laboratorium meliputi tes darah dan tes urine di mana tes darah dilakukan untuk sejumlah tujuan diagnosa tersebut.
Sedangkan untuk tes urine, sampel urine akan diambil dan dianalisa di laboratorium untuk mendeteksi akumulasi tembaga dalam darah pasien.
MRI dan CT scan merupakan metode tes pemindaian yang mampu mengecek kondisi ketidaknormalan pada otak pasien.
Tes pemindaian ini direkomendasikan oleh dokter ketika ditemukan adanya gejala neurologis pada tubuh pasien.
Melalui kedua tes ini, dokter juga akan mendeteksi adanya kerusakan pada hati dan otak serta mengidentifikasi kelemahan sinyal batang otak.
Dokter kemungkinan juga akan merekomendasikan metode biopsi hati untuk mendeteksi adanya keruskaan pada hati karena penumpukan tembaga.
Dokter akan lebih dulu meminta persetujuan pasien sebelum dilaksanakannya biopsi supaya pasien dapat mempersiapkan diri.
Persiapan yang diperlukan oleh pasien adalah dengan berpuasa selama 8 jam sebelum prosedur serta menghentikan konsumsi obat apapun.
Untuk mengambil sampel jaringan hati, dokter akan memberikan anestesi lokal lebih dulu dan pasien juga diperbolehkan meminta obat nyeri atau sedatif kalau membutuhkannya.
Penyakit Wilson memiliki empat tahapan kondisi, yaitu [1] :
Tinjauan Metode diagnosa penyakit Wilson yang diterapkan oleh dokter antara lain meliputi pemeriksaan fisik, tes laboratorium, tes pemindaian serta biopsi (pengambilan sampel jaringan hati).
Pengobatan penyakit Wilson adalah dengan empat metode, yaitu melalui pemberian obat, tindakan operasi, perubahan pola diet, serta terapi khusus.
Pemberian obat-obatan oleh dokter kepada pasien biasanya bertujuan utama untuk mengeluarkan tembaga yang berlebih dari dalam tubuh.
Selain membantu agar akumulasi tembaga dapat dikeluarkan, pemberian obat juga dilakukan sebagai upaya meminimalisir risiko akumulasi kembali terjadi.
Pemberian obat-obatan ini juga merupakan metode yang disebut dengan terapi khelasi.
Obat-obat yang diresepkan bekerja dengan menjadi pengikat bagi tembaga-tembaga dalam tubuh.
Pemberian resep obat penicillamine memang sudah tergolong umum bagi pasien penderita penyakit Wilson, namun berbagai efek samping serius pun berpotensi terjadi.
Penicillamine adalah jenis obat yang perlu digunakan dengan hati-hati dan sesuai resep dokter, terutama jika pasien memiliki alergi penicillin.
Berbagai efek samping seperti memburuknya gejala neurologis, tekanan pada sumsum tulang, gangguan kulit dan gangguan ginjal dapat terjadi.
Pada pengonsumsi pyridoxine (vitamin B6), kinerja suplemen vitamin ini bahkan dapat berhenti ketika pasien menggunakan penicillamine sehingga suplemen sebaiknya dikonsumsi dalam dosis kecil atau sebaiknya konsultasikan lebih dulu dengan dokter.
Obat resep dokter lainnya yang juga kerap diberikan untuk mengatasi gejala penyakit Wilson adalah trientine.
Efek samping obat ini lebih sedikit daripada penicillamine, namun gejala neurologis berpotensi memburuk selama penggunaan jenis obat ini.
Zinc asetat atau oral zinc adalah obat yang diresepkan dokter sebagai pencegah tubuh dari proses penyerapan tembaga yang semakin berlebihan.
Mengonsumsi makanan-makanan kaya kandungan tembaga dapat menambah akumulasi tembaga di dalam tubuh, maka untuk menghambat penyerapannya oral zinc sangat diperlukan oleh pasien.
Zinc adalah metode perawatan pasien penyakit Wilson usai mengonsumsi penicillamine atau trientine.
Sebagai efek samping penggunaan zinc asetat, waspadai ketidaknyamanan pada pencernaan.
Dokter mempertimbangkan prosedur pengobatan lainnya dari tingkat keparahan kondisi pasien [2].
Prosedur bedah akan dianjurkan oleh dokter ketika kondisi organ hati sudah rusak berat sehingga membutuhkan langkah transplantasi hati.
Pada proses tindakan operasi ini, hati yang telah rusak akan diangkat lalu digantikan dengan organ hati yang sehat dari pendonor.
Organ hati yang sehat dan ditransplantasikan ke pasien berasal dari tubuh pendonor yang telah meninggal maupun masih hidup.
Perubahan pola diet juga perlu diterapkan, yaitu dengan mengurangi asupan makanan berkandungan tembaga tinggi [1,2,4,6,9].
Untuk itu, hindari mengonsumsi ikan dan kerang-kerangan, buah kering, jamur, kacang-kacangan, serta coklat.
Terapi fisik dan okupasi merupakan jenis terapi yang kemungkinan dokter rekomendasikan pada pasien penyakit Wilson [1].
Bagi pasien dengan kondisi gejala neurologis, terapi ini dapat dilakukan setelah menjalani terapi khelasi selama 6 bulan atau lebih.
Kedua jenis terapi ini mendukung pasien dalam pemulihan sekaligus mengatasi risiko tremor, distonia dan ataksia.
Tinjauan Pemberian obat-obatan (terapi khelasi) yang mendukung proses ekskresi tembaga dari dalam tubuh pasien, perubahan pola diet, prosedur operasi, serta terapi fisik dan operasi menjadi metode penanganan penyakit Wilson yang paling umum direkomendasikan oleh dokter.
Penyakit Wilson yang tidak mendapatkan penanganan secara benar dan tepat waktu maka mampu menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa penderitanya [1,5,7,8].
Penyakit Wilson bukanlah jenis penyakit yang dapat dicegah karena merupakan penyakit keturunan.
Gen abnormal yang diwariskan oleh salah satu atau kedua orang tua kepada anaknya otomatis akan membuat sang anak setidaknya membawa gen abnormal walau tidak menderita penyakit Wilson.
Hanya saja walau penyakit ini tak dapat dicegah, kondisi timbulnya gejala dapat ditunda atau diperlambat terutama bila mengetahui bahwa anggota keluarga memiliki riwayat penyakit Wilson sehingga terdeteksi sejak dini.
Melalui asupan zinc, gejala-gejala penyakit Wilson dapat ditunda, namun tentunya melalui konsultasi dengan dokter lebih dulu [4,9].
Para pasangan suami istri pun dapat melakukan tes dan konsultasi genetik dengan dokter untuk mengetahui sekaligus mengatasi risiko menurunkan gen abnormal ke calon anak mereka nantinya [3,4,9].
Tinjauan Asupan zinc mampu menjadi penunda timbulnya gejala penyakit Wilson. Para pasangan suami istri yang hendak memiliki anak, penting untuk melakukan tes genetik untuk mengatasi risiko mewariskan gen abnormal kepada calon anak.
1. Hammad S. Chaudhry & Arayamparambil C. Anilkumar. Wilson Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Jing Liu, Jing Luan, Xiaoyan Zhou, Yazhou Cui, & Jinxiang Han. Epidemiology, diagnosis, and treatment of Wilson's disease. Intractable & Rare Diseases Research; 2017.
3. Fery. Penyakit Wilson – Diagnosis dan Tatalaksana. Cermin Dunia Kedokteran Journal; 2020.
4. Kryssia Isabel Rodriguez-Castro, Francisco Javier Hevia-Urrutia, & Giacomo Carlo Sturniolo. Wilson’s disease: A review of what we have learned. World Journal of Hepatology; 2015.
5. MG Carta, G Mura, O Sorbello, G Farina, & L Demelia. Quality of Life and Psychiatric Symptoms in Wilson’s Disease: the Relevance of Bipolar Disorders. Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health; 2012,
6. Kylie Russell, Lyn K Gillanders, David W Orr, & Lindsay D Plank. Dietary Copper Restriction in Wilson's Disease. European Journal of Clinical Nutrition; 2018.
7. Sunita Sharma, Anupa Toppo, B. Rath, Aparna Harbhajanka, & P. Lalita Jyotsna. Hemolytic Anemia as a Presenting Feature of Wilson’s Disease: A Case Report. Indian Journal of Hematology & Blood Transfusion; 2010.
8. Mauro Giovanni Carta, Orazio Sorbello, Maria Francesca Moro, Krishna M Bhat, Enrico Demelia, Alessandra Serra, Gioia Mura, Federica Sancassiani, Mario Piga, & Luigi Demelia. Bipolar Disorders and Wilson's Disease. BioMed Central Psychiatry; 2012.
9. Mallikarjun Patil, Keyur A. Sheth, Adarsh C. Krishnamurthy, & Harshad Devarbhavi. A Review and Current Perspective on Wilson Disease. Journal of Clinical & Experimental Hepatology; 2013.