Daftar isi
Rematik polimialgia merupakan sebuah kondisi ketika otot merasa nyeri dan kaku, khususnya pada otot panggul, leher, dan bahu [1,2,3,4,6,8].
Wanita dan lansia memiliki risiko lebih besar dalam mengalami kondisi ini karena proses penuaan menjadi salah satu faktor peningkat risikonya.
Bila terlambat diatasi, penderita lama-kelamaan akan sulit dalam melakukan aktivitas sehari-harinya karena gejala yang terus memburuk.
Rematik polimialgia adalah kondisi peradangan yang menyerang otot dan diketahui berkaitan dengan kondisi artritis sel raksasa (giant cell arteritis).
Terdapat beberapa kasus di mana seseorang mengalami kedua kondisi bersamaan, rematik polimialgia dan artritis sel raksasa.
Tinjauan Rematik polimialgia merupakan kondisi nyeri otot/sendi yang disertai rasa kaku karena inflamasi atau radang; umumnya terjadi pada wanita khususnya usia lanjut.
Penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, namun terdapat dua faktor yang diduga erat menjadi penyebab rematik polimialgia, yaitu [1,2] :
Selain kedua faktor penyebab tersebut, beberapa faktor risiko di bawah ini juga perlu diketahui dan diwaspadai [1,2] :
Tinjauan Faktor genetik dan lingkungan berperan besar dalam menyebabkan rematik polimialgia, namun faktor ras, jenis kelamin, dan usia juga turut meningkatkan risiko penyakit ini.
Rematik polimialgia dapat menimbulkan keluhan gejala di kedua bagian sisi tubuh dan berikut ini adalah sejumlah gejala umum yang perlu dikenali [1,2,3] :
Selain beberapa keluhan yang terjadi pada otot, sejumlah gejala lain berikut ini dapat turut menyertai [2,4] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Temui dokter ketika rasa nyeri dan kaku pada beberapa bagian tubuh tidak kunjung mereda dan cenderung berlangsung lama.
Jika sampai rasa kaku dan nyeri mengganggu tidur serta menghambat aktivitas sehari-hari, segera periksakan ke dokter.
Pemeriksaan dini akan membantu supaya penanganan dapat secepatnya diberikan.
Bila aktivitas berpakaian sudah mulai sulit dilakukan, hal ini menjadi salah satu tanda utama bahwa nyeri dan kaku pada anggota tubuh tidak dapat dibiarkan lebih lama.
Tinjauan Kekakuan dan nyeri pada sendi di beberapa bagian tubuh seperti bahu, pergelangan tangan, panggul, dan lutut serta siku adalah gejala utama dari rematik polimialgia. Namun gejala lain seperti berat badan turun, kelelahan, depresi, demam ringan, dan malaise berpotensi menyertai.
Ketika ke dokter, maka beberapa metode diagnosa di bawah ini adalah yang umumnya diterapkan oleh dokter dalam memastikan bahwa gejala mengarah pada rematik polimialgia.
Dokter pertama-tama akan memeriksa fisik pasien melalui pemeriksaan saraf dan sendi [1,2,4].
Hasil pemeriksaan ini kemudian akan membantu dokter dalam menegakkan diagnosa dan menentukan penyebab dari rasa kaku serta nyeri pada area tubuh yang dikeluhkan pasien.
Dokter biasanya perlu tahu seberapa normal dan luas gerakan tubuh pasien sehingga pasien diminta untuk menggerakkan anggota tubuh sekaligus kepala.
Sebagai tes penunjang, dokter akan meminta pasien menempuh tes pemindaian seperti MRI scan dan USG [1,2,3,4,5].
Kedua metode pemeriksaan ini berguna dalam membedakan antara kondisi rematik polimialgia dengan kondisi lain yang gejalanya mirip.
Adanya kondisi dislokasi sendi yang menyebabkan nyeri pada bahu juga dapat terdeteksi melalui pemeriksaan MRI.
Tes darah juga diperlukan untuk dokter dapat mengidentifikasi penyebab radang [1,2,4,6].
Tes darah digunakan oleh dokter dengan tujuan mengetahui laju sedimentasi eritrosit dan protein C-reaktif di dalam tubuh pasien.
Pada beberapa kasus, pasien rematik polimialgia usai pemeriksaan ini menunjukkan kadar keduanya normal atau hanya lebih tinggi dari normalnya sedikit.
Jika gejala yang dikeluhkan pasien mengarah pada kondisi arteritis sel raksasa, maka berbagai indikator yang muncul perlu dipantau [1,3,7].
Beri tahu dokter mengenai keluhan apapun yang dirasakan, seperti kulit kepala yang jika disentuh terasa lembut, penglihatan ganda, nyeri pada rahang, atau sakit kepala persisten yang tidak biasa.
Ketika dokter memiliki dugaan erat bahwa pasien memiliki kondisi arteritis sel raksasa, biasanya dokter akan merekomendasikan prosedur pemeriksaan biopsi.
Biopsi pada kasus ini adalah pengambilan sampel jaringan pada arteri di salah satu pelipis.
Prosedur ini akan dilakukan setelah dokter memberikan anestesi atau bius lokal dan setelah sampel jaringan berhasil diambil, dokter membawanya ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut.
Tinjauan Metode diagnosa yang umumnya dokter gunakan antara lain adalah pemeriksaan fisik dan gejala, tes pemindaian, tes darah, dan pemantauan terhadap kondisi arteritis sel raksasa.
Untuk mengobati rematik polimialgia, terdapat sejumlah metode yang umum digunakan, seperti melalui pemberian obat-obatan, terapi khusus, hingga perawatan mandiri (melalui perubahan gaya hidup).
Pada kasus rematik polimialgia ringan hingga berat, perawatan mandiri melalui perubahan gaya hidup sangat diperlukan.
Namun tidak seperti kebanyakan kasus nyeri dan kekakuan sendi yang dapat diatasi dengan obat pereda nyeri, kasus rematik polimialgia tidak dianjurkan diatasi dengan obat-obatan tersebut.
Naproxen sodium dan ibuprofen tidak terlalu direkomendasikan untuk mengatasi keluhan pada pasien rematik polimialgia [8].
Bagi pasien rematik polimialgia dengan gejala awal maupun yang sudah menggunakan kortikosteroid resep dokter, beberapa langkah gaya hidup sehat ini dapat ditempuh [9] :
Dokter akan meresepkan obat sesuai dengan keluhan pasien serta hasil diagnosa.
Berikut ini merupakan deretan obat yang kemungkinan diberikan kepada pasien yang positif rematik polimialgia :
Obat ini direkomendasikan oleh American College of Rheumatology dan European League Against Rheumatism [1,2,3].
Biasanya, obat ini perlu digunakan dengan mengombinasikannya bersama dengan kortikosteroid.
Obat penekan imun ini adalah jenis obat oral atau obat minum yang akan mengatasi gejala rematik polimialgia.
Obat ini juga dapat diberikan kepada pasien yang tidak dapat menggunakan kortikosteroid atau tidak mengalami efek apapun dari kortikosteroid.
Suplemen kalsium dan vitamin D harian akan diresepkan oleh dokter agar tulang pasien tetap sehat [1,2,3].
Kedua suplemen ini diperlukan oleh pasien yang menggunakan kortikosteroid karena penggunaannya dapat berefek samping pada pengeroposan tulang.
Asupan suplemen vitamin D yang dianjurkan adalah 600-800 IU dan suplemen kalsiumnya 1000-1200 mg.
Dosis tersebut diperuntukkan bagi pasien rematik polimialgia yang tengah mengonsumsi kortikosteroid selama 3 bulan atau lebih, namun konsultasikan secara detail mengenai aturan konsumsi dengan dokter agar tidak terjadi kesalahan.
Kortikosteroid oral dengan dosis rendah umumnya diresepkan oleh dokter, seperti prednisone untuk membuat kekakuan dan nyeri pada tubuh mereda dalam 3 hari pertama penggunaan [1,2,3,4,5,8].
Tergantung perkembangan gejala, dokter kemungkinan akan mengurangi dosis obat usai 2-4 minggu penggunaan pertama kortikosteroid.
Untuk mengetahui dosis selanjutnya, dokter akan meminta pasien menempuh tes darah lagi 2-4 minggu setelah pemakaian kortikosteroid.
Namun penggunaan kortikosteroid bukan untuk jangka pendek, sebab kebanyakan pasien rematik polimialgia harus menggunakannya sekitar setahun atau lebih karena kondisi tubuh mereka yang membutuhkan.
Selama penggunaan kortikosteroid, dokter akan tetap memantau kondisi perkembangan gejala pasien, termasuk ada tidaknya efek samping kortikosteroid.
Beberapa efek samping dari penggunaan kortikosteroid yang perlu diwaspadai adalah, tekanan darah tinggi, penurunan kepadatan tulang, penurunan berat badan, katarak, hingga diabetes.
Jika terjadi efek samping, dokter kemungkinan memantau lebih dulu seberapa buruk perkembangan efek samping tersebut sebelum mengatasinya.
Bila diperlukan, dokter akan mengatur kembali dosis kortikosteroid yang lebih aman bagi tubuh pasien.
Ketika rematik polimialgia sudah sangat membatasi gerak tubuh, maka selain obat-obatan terapi fisik pun perlu ditempuh oleh pasien [1,2,3,4,7].
Terapi fisik akan membantu pasien dalam mengembalikan fleksibilitas gerakan tubuh.
Selama proses ini, pasien tentu akan dibimbing oleh terapis profesional, namun pastikan bahwa pasien sudah berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.
Tinjauan Penanganan rematik polimialgia antara lain meliputi pemberian obat-obatan oleh dokter, terapi fisik, serta perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.
Ketika gejala-gejala rematik polimialgia berkembang semakin parah tanpa segera ditangani, beberapa risiko komplikasi berikut dapat terjadi [1,10] :
Hingga kini belum diketahui cara pencegahan rematik polimialgia, bahkan cara penyembuhannya pun belum tersedia [2,3].
Namun untuk meminimalisir risiko komplikasinya, penderita perlu segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Kondisi gejala akan membaik ketika penderita telah mendapatkan pengobatan, namun tidak menjamin untuk sembuh total.
Tinjauan Penanganan dini rematik polimialgia adalah cara untuk mencegah supaya komplikasi tidak terjadi, namun pencegahan untuk penyakit ini sendiri belum diketahui.
1. Saurav Acharya & Rina Musa. Polymyalgia Rheumatica, National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Clement J Michet & Eric L Matteson, Polymyalgia rheumatica. British Medical Journal; 2008.
3. Sarah Louise Mackie. Polymyalgia rheumatica: pathogenesis and management. Royal College of Physicians Clinical Medicine (London); 2013.
4. Marcin Milchert & Marek Brzosko. Diagnosis of polymyalgia rheumatica usually means a favourable outcome for your patient. Indian Journal of Medical Research; 2017.
5. Anaïs Huwart, Florent Garrigues, Sandrine Jousse-Joulin, Thierry Marhadour, Dewi Guellec, Divi Cornec, Maelenn Gouillou, Alain Saraux, & Valérie Devauchelle-Pensec. Ultrasonography and magnetic resonance imaging changes in patients with polymyalgia rheumatica treated by tocilizumab. Arthritis Research & Therapy; 2018.
6. S Siebert, MB MRCP, T M Lawson, PhD MRCP, M H Wheeler, MD FRCS, J C Martin, MD MRCP, & B D Williams, FRCP FRCPath. Polymyalgia rheumatica: pitfalls in diagnosis. Journal of the Royal Society of Medicine; 2001.
7. Cornelia M. Weyand, M.D., Ph.D. & Jörg J. Goronzy, M.D., Ph.D. Giant-Cell Arteritis and Polymyalgia Rheumatica. HHS Public Access; 2014.
8. Arthur E Brawer. Polymyalgia rheumatica: observations of disease evolution without corticosteroid treatment. Open Access Rheumatology: Research and Reviews; 2016.
9. Asma S Alrushud, Alison B Rushton, Archontissa M Kanavaki, & Carolyn A Greig. Effect of physical activity and dietary restriction interventions on weight loss and the musculoskeletal function of overweight and obese older adults with knee osteoarthritis: a systematic review and mixed method data synthesis. British Medical Journal Open; 2017.
10. J.A. Prior, S. Muller, T. Helliwell, S.L. Hider, K. Barraclough, B. Dasgupta, & C.D. Mallen. The association of pain and stiffness with fatigue in incident polymyalgia rheumatica: baseline results from the polymyalgia rheumatica cohort study. Primary Health Care Research & Development; 2019.