Tinjauan Medis : dr. Vina Yolanda Ikhwin Putri, MD
Alergi terjadi ketika respon imun seseorang bereaksi terhadap zat yang tidak berbahaya pada sebagian besar orang. Zat ini dikenal dengan alergen dan dijumpai pada tungau debu, hewan peliharaan, serbuk
Daftar isi
Alergi merupakan sebuah reaksi sistem daya tahan tubuh yang tidak normal dan cenderung berlebihan terhadap zat yang ada di dalam tubuh [1,2,3,4,5,6].
Reaksi abnormal yang dimaksud adalah seperti munculnya ruam pada kulit yang disertai rasa gatal, sesak nafas, hingga batuk ataupun pilek.
Reaksi semacam ini umumnya tidak timbul dari tubuh orang lain sewaktu dihadapkan pada benda yang sama, maka reaksi ini disebut berlebihan dan abnormal pada seseorang yang mengalaminya.
Alergen adalah sebutan bagi benda yang menimbulkan reaksi alergi tersebut.
Tinjauan Alergi merupakan ketidaknormalan reaksi sistem imun tubuh yang ditandai dengan gatal, pilek, dan sesak nafas pada umumnya. Hal ini terjadi ketika ada zat yang non-berbahaya tapi justru dianggap bahaya sehingga sistem imun melawannya.
Alergi terdiri dari berbagai macam jenis kondisi tergantung dari bentuk atau jenis alergennya.
Setiap penderita alergi kemungkinan memiliki jenis kondisi yang berbeda, sebab ada yang alergi terhadap makanan, alergi terhadap obat, hewan, atau zat kimia tertentu [4].
Pada kasus alergi makanan, sistem imun atau kekebalan tubuh seseorang akan melihat makanan tertentu yang masuk ke dalam tubuh sebagai musuh atau benda berbahaya.
Hal ini kemudian memicu reaksi berlebihan yang kemudian ditandai dengan gejala-gejala seperti halnya ruam kemerahan yang gatal atau juga keluhan lainnya.
Beberapa jenis makanan yang umumnya disebut sebagai alergen karena mampu menimbulkan reaksi imun tubuh pada sejumlah orang antara lain adalah :
Orang-orang yang tubuhnya menimbulkan reaksi abnormal terhadap makanan tertentu tidak selalu merupakan penderita alergi.
Intoleransi makanan dapat menjadi sebabnya di mana kondisi ini tak berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, seperti pada kasus intoleransi gluten dan laktosa.
Pada beberapa orang, kondisi alergi obat dapat terjadi, yaitu suatu reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap zat kimia yang sebenarnya tak berbahaya dan normal-normal saja.
Pada dasarnya, fungsi sistem imun adalah menemukan dan melawan benda asing yang berbahaya seperti mikroorganisme bakteri maupun virus.
Namun sebagian orang justru memiliki sensitivitas sistem imun yang berlebihan sehingga justru bereaksi abnormal terhadap obat yang digunakan untuk melawan suatu penyakit.
Pada kondisi alergi obat, ada beberapa kondisi yang perlu diketahui berbeda dari alergi walaupun kelihatannya mirip, seperti halnya :
Serbuk sari adalah salah satu alergen paling umum dan dikenal sebagai alergi musiman di mana serbuk sari berasal dari rumput, gulma dan pohonlah yang menyebabkannya.
Ketika tertiup oleh angin, serbuk sari akan mudah beterbangan di mana seseorang yang memiliki alergi dan tak sengaja menghirupnya akan menimbulkan reaksi alergi.
Rumput adalah alergen paling umum, hanya saja tanaman seperti pohon pir dan pohon ceri serta pohon berbunga (termasuk pohon mawar) biasanya tidak menimbulkan rhinitis alergi.
Alergi terhadap hewan, khususnya hewan peliharaan seperti anjing maupun kucing cukup umum, terutama bila orang tersebut sudah memiliki riwayat asma terlebih dulu.
Reaksi alergi umumnya timbul terhadap protein yang terkandung di dalam air liur, urine, dan sel-sel kulit mati hewan yang sebenarnya sama sekali tak berbahaya.
Bulu hewan tidak termasuk alergen karena pada bulu hewan seringkali terdapat air liur, urine, dan sel-sel kulit mati hewan itu sendiri.
Bahkan serbuk sari dan debu dengan mudahnya menempel pada bulu hewan sehingga saat seseorang tak sengaja terpapar, reaksi alergi pun muncul.
Alergi lateks menjadi jenis alergi yang juga cukup umum di mana reaksi alergi dikeluarkan oleh tubuh ketika memiliki kontak dengan bola karet, balon, plester, sarung tangan karet, kondom, maupun karet gelang biasa.
Tak hanya reaksi alergi keluar saat menyentuh benda berbahan lateks, beberapa orang yang menghirup seratnya saja dapat mengalami gejala alergi.
Pemilik sistem imun yang terlalu sensitif akan lebih mudah mengalami reaksi alergi walaupun lateks sendiri bukanlah bahan yang berbahaya.
Jenis serangga yang umumnya mampu menimbulkan reaksi alergi pada manusia adalah tawon, lebah, dan semut api di mana serangga-serangga ini memiliki kemampuan menyengat.
Terdapat zat beracun yang dapat masuk ke dalam kulit ketika tersengat serangga-serangga ini.
Banyak orang tidak terpengaruh sama sekali oleh sengatan serangga tersebut karena hasil sengatan dapat sembuh hanya dalam beberapa hari atau bahkan beberapa jam.
Namun, bukan tak mungkin zat beracun tersebut justru mengancam jiwa orang yang tersengat.
Selain serangga menyengat, tungau debu dan kecoa adalah jenis serangga yang tidak menyengat namun mampu menjadi alergen.
Bagi penderita asma, limbah dari tubuh kedua serangga tersebut dapat memicu serangan dan kekambuhan asma.
Nyamuk, kutu dan kutu kasur adalah jenis serangga lainnya yang juga sangat mudah menimbulkan reaksi alergi namun tidak mengancam kesehatan.
Gigitan dari serangga-serangga ini mampu menimbulkan sejumlah gejala pada kulit.
Mold allergy atau alergi terhadap sejenis jamur yang berasal dari tanaman dan bahkan dapat menyebar melalui udara ketika tertiup angin.
Menghirupnya dapat menyebabkan reaksi alergi, namun mold atau jamur ini berbeda dari serbuk sari.
Jamur ini pun lebih sering dijumpai di tempat-tempat lembab seperti ruang bawah tanah, dapur atau kamar mandi.
Tinjauan Terdapat berbagai jenis alergi tergantung dari faktor atau alergen yang memicunya, yaitu alergi makanan, alergi obat, alergi serbuk sari, alergi lateks, alergi hewan peliharaan, alergi serangga, dan alergi jamur.
Gejala alergi sangat bermacam-macam tergantung dari jenis alergi atau faktor yang menyebabkan reaksi alergi.
Berikut ini adalah sejumlah gejala alergi yang perlu diwaspadai menurut jenisnya [1,2,4,6].
Mual, muntah, nyeri pada perut, kram perut, pembengkakan pada mulut maupun tenggorokan, sesak nafas disertai mengi, tekanan darah rendah, hingga kehilangan kesadaran atau pingsan.
Mata berair, mata memerah, pembengkakan pada area mata, bersin-bersin, hidung berair dan tersumbat.
Pada beberapa kasus, rasa gatal timbul pada mulut, telinga, mata dan juga hidung.
Mata iritasi, hidung tersumbat, bengkak pada area mata dan hidung yang disertai pula dengan rasa gatal, kemerahan pada kulit yang terkena garukan atau cakaran hewan, nafas pendek, batuk-batuk serta mengi.
Serangan asma dan asma kronik terjadi pada penderita asma.
Kulit memerah, nyeri, gatal, dan bengkak pada area yang digigit atau disengat serangga.
Pada beberapa kasus lain, tenggorokan, mulut, hidung atau mata dapat mengalami rasa gatal ditambah hidung yang berair atau tersumbat, bersin-bersin hingga batuk-batuk.
Pada kulit akan timbul bercak berwarna merah sekaligus ruam yang terasa gatal.
Namun lebih parahnya, batuk, mengi, sesak nafas, bersin, pilek, tenggorokan gatal dan mata gatal menjadi gejala lainnya yang turut dialami.
Ketika jamur atau spora ini terhirup, maka reaksi alergi dapat terjadi dalam bentuk hidung berair dan gatal, bersin, kulit kering dan bersisik, serta hidung tersumbat.
Bagi penderita asma, alergi satu ini akan memperburuk kondisi.
Tinjauan Tergantung dari jenis alerginya, gejala alergi bermacam-macam, namun hal ini biasanya meliputi gatal dan ruam pada kulit, gangguan pernafasan (khususnya bagi penderita asma), serta keluhan lain seperti batuk, pilek, mual, muntah dan sebagainya.
Saat memeriksakan diri ke dokter setelah serangkaian gejala yang terjadi, berikut ini adalah sejumlah cara pemeriksaan yang dokter terapkan dalam mendiagnosa [1,2,4,5].
Dokter akan menanyakan apa saja gejala dan keluhan yang dirasakan serta sudah berapa lama gejala tersebut dialami.
Pemeriksaan fisik juga diperlukan ditambah dengan pertanyaan seputar faktor pemicu gejala serta riwayat medis apa saja yang pasien miliki.
Bila memang pasien diketahui memiliki alergi makanan, biasanya dokter menanyakan makanan apa saja yang belakangan dikonsumsi.
Dokter juga mengevaluasi melalui pertanyaan apakah pasien berhenti mengonsumsi makanan yang menjadi pemicu selama gejala alergi terjadi.
Sebagai pemeriksaan penunjang, tes darah kemungkinan diperlukan supaya dokter dapat mengetahui apakah pasien memiliki sensitivitas tinggi terhadap alergen yang dicurigai.
Pemeriksaan kulit dilakukan dengan memaparkan kulit terhadap protein yang dicurigai sebagai alergen dalam jumlah yang sedikit.
Untuk membuktikan bahwa pasien memiliki alergi, maka saat tes dilakukan benjolan atau ruam akan mulai muncul pada permukaan kulit.
Bila beberapa metode pemeriksaan tersebut dirasa belum cukup dan dokter menduga adanya kondisi lain selain alergi, maka tes lanjutan lainnya akan digunakan dalam proses identifikasi.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan menjadi yang utama dilakukan dokter, namun biasanya tes kulit dan tes darah turut diperlukan sebagai pemeriksaan penunjang agar dokter dapat menghasilkan diagnosa yang akurat.
Dalam menangani alergi, pemberian obat akan dilakukan oleh dokter selain melakukan upaya mandiri dalam menghindari penyebab alergi.
1. Obat-obatan
Dokter mempertimbangkan lebih dulu jenis alergi yang dialami pasien, kondisi medis apa saja yang dimiliki, serta gejala apa saja yang selama ini telah dirasakan.
Sederet jenis obat di bawah ini menjadi penanganan alergi paling umum [1,2,4,6].
2. Imunoterapi
Alergi juga dapat ditangani dengan pasien menempuh imunoterapi di mana dokter memberikan dosis kecil alergen kepada pasien [1,2,4].
Perawatan dengan metode ini biasanya berjalan selama beberapa tahun supaya tubuh pasien terbiasa dengan alergen.
Caranya adalah dengan menyuntikkannya atau memberikan dalam bentuk tablet yang bisa digunakan dengan menaruhnya di bawah lidah, atau bentuk tetes.
Cara pengobatan ini diharapkan dapat menghentikan reaksi alergi yang abnormal karena tubuh mulai terbiasa dengan alergen.
Imunoterapi alergen ini memang tak mampu menyembuhkan sepenuhnya, namun efektif dalam meredakan gejala-gejala alergi yang mudah timbul setiap kali pasien terpapar alergen.
3. Menghindari Alergen
Setelah proses identifikasi gejala, biasanya dokter tak hanya meresepkan obat sesuai gejala yang dialami [1,2,4].
Dokter pun menyarankan pasien untuk menghindari alergen sebisa mungkin supaya reaksi alergi tidak mudah timbul.
Selain itu, menghindari alergen adalah cara terbaik agar tak memperburuk kondisi gejala alergi yang sedang terjadi.
4. Suntikan Epinephrine
Pada pasien alergi yang mengalami anafilaksis, maka hal ini tak lagi dapat ditangani dengan konsumsi obat ataupun sekadar menghindari alergen.
Pasien perlu segera ke instalasi gawat darurat dan dokter pun akan menyuntikkan epinephrine [2,4].
Obat ini secara khusus diberikan untuk menangani anafilaksis sebelum akhirnya pasien harus menjalani rawat inap di rumah sakit hingga sepenuhnya membaik.
Tinjauan Obat-obatan antihistamin, dekongestan, penghambat leukotrien dan kortikosteroid biasanya diresepkan oleh dokter. Selain itu, imunoterapi alergen, suntikan epinephrine, dan menghindari alergen adalah cara lain dalam mengatasi alergi.
Gejala alergi dapat menjadi lebih buruk yang kemudian berakibat pada sejumlah komplikasi [2].
Tinjauan Anafilaksis, serangan asma yang kambuh, hingga gangguan pada telinga, paru, dan kulit dapat menjadi komplikasi alergi yang mengancam jiwa penderitanya.
Alergi sebenarnya merupakan kondisi yang tak dapat dicegah sama sekali, namun agar tubuh tidak mudah mengeluarkan reaksi alergi, beberapa upaya meminimalisirnya dapat dilakukan [1,2,4,6] :
Tinjauan Pencegahan alergi yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari alergen bila telah mengetahui faktor pemicu reaksi alergi. Kenakan pakaian tertutup dan nyaman ketika keluar ruangan, rajin membersihkan rumah dan merawat kebersihan hewan peliharaan, serta mengenakan masker saat bepergian akan sangat membantu.
1) Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). 2020. National Center for Biotechnology Information. Allergies: Overview.
2) Joseph M. Dougherty; Khalid Alsayouri; & Adam Sadowski. 2020. National Center for Biotechnology Information. Allergy.
3) Anonim. 2012. Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Setiap Tahun, Penderita Alergi di Indonesia Bertambah 30 Persen.
4) Anonim. 2015. Asthma and Allergy Foundation of America. Types of Allergies.
5) Anonim. American College of Allergy, Asthma and Immunology. Signs of Allergies.
6) Stephen J. Galli, Mindy Tsai, & Adrian M. Piliponsky. 2013. HHS Public Access. The development of allergic inflammation.