Lebih dari setengah berat badan kita terdiri dari cairan. Cairan dalam tubuh kita meliputi cairan dalam sel, cairan pada ruang antar sel, dan darah [1].
Untuk menjaga fungsi tubuh normal, cairan dalam tubuh harus dijaga dalam keadaan setimbang [1].
Gangguan elektrolit atau ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi jika kandungan air dalam tubuh terlalu sedikit atau terlalu banyak [2].
Daftar isi
Gangguan elektrolit ialah abnormalitas konsentrasi elektrolit di dalam tubuh. Elektrolit merupakan mineral yang terdapat di dalam tubuh. Elektrolit memiliki muatan elektrik [1, 2, 3, 4, 5].
Elektrolit memiliki peran yang penting dalam berbagai fungsi fisiologis. Contoh elektrolit antara lain kalsium, klorida, magnesium, fosfat, kalium, dan natrium[3].
Elektrolit diperoleh dari konsumsi makanan, minuman, dan suplemen. Ginjal dan hati membantu menjaga keseimbangan elektrolit tubuh[2].
Berikut beberapa fungsi elektrolit bagi tubuh[5]:
Kondisi saat kadar elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah disebut gangguan elektrolit. Kondisi ini bukan suatu penyakit, namun mengindikasikan masalah kesehatan lain dalam tubuh[2].
Gangguan elektrolit adalah kondisi yang umum ditemukan pada berbagai penyakit[4].
Kelebihan atau kekurangan air dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan elektrolit[2].
Keseimbangan elektrolit dalam tubuh secara konstan berubah akibat fluktuasi kadar cairan tubuh. Misalnya saat berkeringat setelah olahraga, cuaca panas, atau sakit, dapat mengakibatkan rendahnya kadar beberapa elektrolit[6].
Berikut beberapa faktor penyebab gangguan elektrolit[2]:
Gangguan elektrolit dibedakan menjadi dua, yaitu[3]:
Berikut gangguan elektrolit berdasarkan jenis mineralnya:
1. Gangguan Kadar Kalsium
Kalsium merupakan salah satu elektrolit yang paling berlimpah dalam tubuh yang sebagian besar digunakan untuk pembentukan tulang.
Umumnya kalsium terdapat pada bagian ekstraseluler dan berperan penting untuk fungsi saraf, sel otot, fungsi enzim, dan koagulasi. Konsentrasi normal kalsium dalam tubuh sekitar 8,5-10,5 mg/dL[8].
Kelebihan kadar kalsium dalam darah disebut sebagai hiperkalsemia. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiperkalsemia antara lain:[3]
Kondisi kekurangan kadar kalsium dalam darah disebut sebagai hipokalsemia. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipokalsemia antara lain:[3]
2. Gangguan Kadar Klorida
Klorida merupakan mineral yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh[3].
Kadar klorida yang berlebihan dalam tubuh disebut sebagai hiperkloremia. Kondisi yang dapat menyebabkan hiperkloremia meliputi dehidrasi parah, gagal ginjal, dan dialisis[3].
Kondisi kekurangan kadar klorida dalam tubuh disebut hipokloremia. Biasanya, hipokloremia berkaitan dengan gangguan natrium atau kalium. Penyebab lain dari hipokloremia meliputi fibrosis sistik, gangguan makan (seperti anorexia nervosa), sengatan kalajengking, dan gagal ginjal akut[3].
3. Gangguan Magnesium
Umumnya magnesium ditemukan di dalam tulang dan sel. Hanya sekitar 1% magnesium tubuh terdapat dalam darah. Magnesium berfungsi dalam mengatur metabolisme dan terlibat dalam berbagai reaksi enzimatik. Kisaran normal konsentrasi magnesium yaitu 0,70-1,10 mmol/L[9].
Kelebihan kadar magnesium disebut hipermagnesemia. Kondisi ini terutama mempengaruhi penderita penyakit Addison dan penyakit ginjal tahap akhir[3].
Hipomagnesemia ialah kondisi saat kadar magnesium darah terlalu rendah. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipomagnesemia antara lain:[3]
4. Gangguan Fosfat
Hiperfosfatemia ialah kondisi kadar fosfat tubuh yang berlebihan. Dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti:[3]
Kadar fosfat tubuh rendah disebut sebagai hipofosfatemia. Beberapa kondisi penyebab hipofosfatemia meliputi:[3]
5. Gangguan Kalium
Kalium berperan penting dalam regulasi fungsi jantung, memelihara kesehatan saraf dan otot[3].
Kalium lebih banyak ditemukan di dalam sel tubuh, sehingga konsentrasi kalium dalam darah hanya sekitar 3,5 mEq/liter hingga 5 mEq/liter[8].
Kadar kalium berlebih mengakibatkan hiperkalemia. Beberapa kondisi pemicu hiperkalemia antara lain dehidrasi berat, gagal ginjal, asidosis berat (termasuk ketoasidosis diabetik), penggunaan obat tertentu (seperti obat tekanan darah dan diuretik), dan gangguan adrenal[3].
Hipokalemia ialah kadar kalium tubuh yang terlalu rendah. Hipokalemia dapat disebabkan oleh gangguan makan, muntah-muntah berat, diare berat, dehidrasi,dan penggunaan obat tertentu seperti laksatif, diuretik, dan kortikosteroid[3].
6. Gangguan Natrium
Natrium berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur fungsi saraf dan kontraksi otot[3].
Mayoritas natrium dalam tubuh terdapat dalam cairan ekstraseluler, dengan konsentrasi sekitar 140 mEq/liter[8].
Kondisi di mana kadar natrium dalam darah terlalu tinggi disebut sebagai hipernatremia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh:[3]
Hiponatremia terjadi ketika kadar natrium darah terlalu rendah. Penyebab umum kondisi ini meliputi:[3]
Tubuh merespon gangguan elektrolit dalam berbagai cara, menimbulkan beberapa gejala tertentu. Gejala yang timbul dapat berbeda pada setiap kasus bergantung jenis elektrolit yang mengalami gangguan, seberapa berat gangguan tersebut dan kondisi kesehatan lain pada pasien terkait[2].
Gejala umum gangguan elektrolit meliputi[2]:
Beberapa gejala lain gangguan elektrolit meliputi[2, 6]:
Beberapa gejala mengindikasikan kondisi fatal dan memerlukan pertolongan medis segera [6]:
Gangguan elektrolit dapat mengindikasikan kondisi kesehatan lain yang lebih serius. Oleh karena itu, penanganan yang terlambat atau tidak tepat dapat mengarah ada komplikasi serius[6].
Berikut beberapa komplikasi yang berpotensi terjadi[6]:
Untuk mendiagnosis gangguan elektrolit dapat dilakukan melalui pengujian darah untuk mengukur kadar elektrolit tubuh. Tes darah yang berkaitan dengan fungsi ginjal juga dapat dilakukan[3].
Berikut beberapa pengujian yang digunakan untuk membantu diagnosis gangguan elektrolit[7]:
Selain pengujian darah, dokter dapat melakukan pengujian fisik, misalnya tes cubit (pinch test) untuk menguji refleks. Tes cubit dapat membantu dokter menentukan apakah terjadi dehidrasi yang menyebabkan penurunan elastisitas kulit, misalnya pada pasien dengan hiperatremia[3].
Diagnosis juga dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut[6]:
Penanganan gangguan elektrolit bergantung dari jenis elektrolit yang terganggu dan kondisi penyebabnya[3].
Pada seseorang yang mengalami gangguan elektrolit akibat muntah-muntah, diare, atau keluar keringat secara berlebihan, minuman atau larutan elektrolit dapat membantu mengembalikan keseimbangan elektrolit tubuh. Penggunaan sport drink dan larutan elektrolit dapat mencukupi untuk penanganan gangguan elektrolit ringan tanpa gejala berat [2].
Untuk gangguan elektrolit yang disebabkan kondisi kesehatan lain, sebaiknya penanganan dilakukan berdasarkan instruksi dokter. Konsumsi elekrolit dalam konsentrasi tinggi tanpa instruksi dokter dapat mengakibatkan ketidakseimbangan lain yang dapat mengarah pada munculnya komplikasi[2].
Berikut beberapa cara penanganan gangguan elektrolit[3]:
Infus intravena (IV) biasanya berupa larutan natrium klorida yang dapat membantu rehidrasi tubuh. Infus umum digunakan pada pasien yang mengalami dehidrasi akibat muntah atau diare. Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit, dapat ditambahkan suplemen elektrolit ke dalam IV[3].
Pengobatan dengan injeksi intravena dapat membantu memulihkan keseimbangan elektrolit tubuh dengan cepat. Obat yang diberikan bergantung pada jenis gangguan yang dialami, meliputi kalsium glukonat, magnesium klorida, dan natrium klorida[3].
Obat oral dan suplemen sering digunakan untuk menangani abnormalitas mineral kronis dalam tubuh. Obat yang diberikan bergantung pada jenis gangguan yang dialami, seperti kalsium (glukonat, karbonat, sitrat, atau laktat), mamgnesium oksida, kalium oksida, dan pengikat fosfat[3].
Hemodialisis merupakan jenis dialisis yang menggunakan mesin untuk membantu menghilangkan zat yang tidak diperlukan dari dalam darah[3].
Hemodialisis dapat digunakan jika gangguan elektrolit disebabkan oleh kerusakan ginjal secara tiba-tiba dan perawatan lain tidak bekerja[3].
Untuk mencegah terjadinya gangguan elektrolit berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan[3]:
1. James L. Lewis, III, MD. Overview of Electrolytes. MSD Manual Consumer Version; 2020.
2. Jennifer Berry, reviewed by Angela M. Bell, MD, FACP. Electrolyte Imbalance: Symptoms and Treatment. Medical News Today; 2020.
3. Kimberly Holland, reviewed by Alana Biggers, M.D, MH. All About Electrolyte Disorders. Healthline; 2019.
4. Arif Kadri Balcı, Ozlem Koksal, Ataman Kose, Erol Armagan, Fatma Ozdemir, Taylan Inal, dan Nuran Oner. General Characteristics of Patients with Electrolyte Imbalance Admitted to Emergency Department. World Journal of Emergency Medicine; 2013.
5. Anonim. Fluid and Electrolyte Balance. Medline Plus; 2020.
6. Anonim, reviewed by William C. Lloyd III, MD, FACS. Electrolyte Imbalance. Health Grades; 2018.
7. Andrea Salzman. Electrolyte Imbalace + Normal Range and Disturbances for Common Electrolytes. Ausmed; 2018.
8. Tintinalli, Judith E.; Stapczynski, J. Stephan; Ma, O. John; Yealy, Donald M.; Meckler, Garth D.; Cline, David M. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. New York, NY: McGraw-Hill. 2016.
9. Glasdam, Sidsel-Marie; Glasdam, Stinne; Peters, Günther H. Makowski, Gregory S. (ed.), "Chapter Six - The Importance of Magnesium in the Human Body: A Systematic Literature Review", Advances in Clinical Chemistry, Elsevier; 2016.