Penyakit & Kelainan

Menguap Terus Tapi Susah Tidur : Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Menguap biasanya merupakan sebuah tanda bahwa seseorang merasa lelah atau perlu tidur.

Menguap identik dengan rasa kantuk, namun rupanya tidak selalu demikian, terutama jika seseorang menguap terus-menerus tapi nyatanya justru susah tidur.

Jika menguap sesekali, biasanya hal ini tidak berbahaya, namun bila terus-menerus disertai dengan kondisi sulit tidur, di bawah ini adalah kemungkinan-kemungkinan penyebabnya.

1. Bosan

Sering menguap tapi tidak bisa tidur mungkin sebenarnya menguap adalah tanda sebuah rasa bosan [1].

Rasa bosan bisa saja terjadi baik itu ketika sedang mengerjakan suatu hal dalam waktu yang lama, menonton film yang tidak menarik, tidak memiliki kegiatan yang berarti atau ketika berada dalam sebuah perbincangan yang itu-itu saja.

Kebosanan pada situasi-situasi tersebut kerap kali menyebabkan seseorang berkali-kali menguap padahal tidak mengantuk [1].

2. Anemia

Menguap tanpa disertai dengan rasa lelah, rasa kantuk maupun tidur pulas dapat juga menandakan adanya kondisi medis tertentu [2].

Anemia atau kondisi saat tubuh kekurangan darah adalah salah satu penyebab yang bisa diwaspadai [2].

Ketika kadar Hb atau hemoglobin terlampau rendah atau di bawah normal, biasanya produktivitas ikut terpengaruh [2].

3. Gangguan Kecemasan

Kecemasan yang berlebihan dapat menjadi salah satu sebab seseorang sering menguap namun tak kunjung terlelap pada waktunya tidur [1,3].

Tingkat kecemasan yang tinggi akan meningkatkan pula frekuensi seseorang menguap di mana kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang usia 30 tahun ke atas [4].

Penderita gangguan kecemasan sendiri seringkali tak dapat menjelaskan alasan atau sebab mengapa dirinya mengalami kecemasan yang tidak terkontrol [1,3,4].

Pada beberapa penderita gangguan kecemasan, tak sekedar sering menguap dan susah tidur, aktivitas sehari-hari bahkan dapat terhambat [1,3,4].

Selain sering menguap, gangguan cemas mampu menyebabkan penurunan daya konsentrasi, kesulitan dalam mengambil keputusan, mudah marah dan tersinggung, hingga pikiran-pikiran negatif [3].

Sering menguap dapat menjadi salah satu tanda karena kecemasan berlebih memengaruhi sistem pernafasan, tenaga dalam tubuh hingga fungsi jantung [5].

4. Tekanan Darah Rendah

Anemia dan tekanan darah rendah adalah dua kondisi yang kerap dianggap sama padahal berbeda.

Tekanan darah rendah disebut juga dengan istilah hipotensi, yakni ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg [6].

Sering menguap dan susah tidur dapat menjadi salah satu indikatornya; disertai pula dengan beberapa kondisi seperti pusing, lebih mudah lelah, tubuh berkeringat dingin, hingga penglihatan kabur [6,7].

5. Sindrom Kelelahan Kronis

Sering menguap tapi mengalami susah tidur juga mampu menjadi pertanda bahwa tubuh sedang menderita sindrom kelelahan kronis [3,8].

Pada kondisi ini, seseorang akan merasa tubuhnya cepat lelah dan bahkan kelelahan dapat menghampiri sepanjang waktu [8].

Ketika sindrom kelelahan kronis terjadi, biasanya hal ini ditandai dengan gangguan tidur (susah tidur, sering terjaga padahal sebelumnya sudah bisa tidur, atau justru tidur berlebihan) [8].

Bila sering menguap ditambah sering susah tidur, tenggorokan sakit, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, berkurangnya daya konsentrasi, kelenjar getah bening membengkak, hingga sering cemas dan mudah emosi, ada kemungkinan ini tanda bahwa sindrom kelelahan kronis sedang dialami [8].

Pada beberapa kasus, detak jantung lebih cepat, kesemutan, mati rasa, hingga menggigil adalah gejala lain yang perlu diwaspadai [8].

6. Efek Obat Tertentu

Menguap terlalu sering tapi tetap kurang istirahat karena susah tidur bisa jadi disebabkan oleh efek obat tertentu.

Para pengguna obat anti nyeri, antihistamin (penderita alergi), serta antidepresan (penderita depresi) dapat mengalami efek samping berupa sering menguap walau tidak mengantuk [9,10].

Pengguna SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors) pun berisiko mengalami kondisi sering menguap [11].

7. Stroke

Penyakit stroke, khususnya stroke sirkulasi anterior akut, dapat menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala yang salah satu diantaranya adalah sering menguap tapi susah tidur [12].

Pada kondisi ini, penderita mengalami gangguan di bagian batang otak, maka pendeirta stroke supratentorial serta stroke akut arteri serebral tengah memiliki risiko lebih tinggi [12].

8. Gagal Hati

Menguap berlebihan tanpa disertai istirahat yang cukup karena kesulitan untuk tidur bisa jadi merupakan tanda adanya gangguan serius pada organ hati [13].

Menguap terlalu sering dapat mengindikasikan kondisi gagal hati stadium akhir yang biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan pada penderitanya [13].

Gagal hati sendiri merupakan sebuah kondisi kerusakan hati yang sudah cukup parah sehingga fungsi hati tak lagi semaksimal sebelumnya [14].

Bila mudah menguap dan penurunan nafsu makan disertai pula dengan beberapa gejala lain seperti bicara tak jelas, jaundice (perubahan kulit dan bagian putih mata menjadi kuning), perdarahan atau memar-memar, BAB dan muntah darah, hingga pembengkakan di perut (berisi akumulasi cairan), segera periksakan diri ke dokter [14].

9. Penyakit Jantung

Berbagai gangguan kesehatan jantung mampu menyebabkan seseorang mudah menguap bahkan dapat pula disertai sulit tidur, seperti serangan jantung atau perdarahan pada area jantung [13,15].

Menguap terus-menerus dapat menjadi tanda penyakit jantung karena berhubungan dnegan saraf vagus [13].

Saraf vagus sendiri adalah saraf sepanjang dari otak bagian bawah sampai ke perut dan jantung [13,15].

Jika terjadi pada masalah pada jantung, menguap berlebihan bisa juga disertai dengan tanda lain seperti nyeri di bagian dada [13,15].

10. Tumor Otak

Sering menguap disertai dengan susah tidur dapat menjadi tanda dari keberadaan tumor pada otak, walaupun kondisi ini sangat jarang [13,16].

Pada awal pertumbuhan tumor pada otak, seringkali tidak ada gejala yang ditimbulkan, namun ketika gejala mulai muncul penderita dapat mengalami sering sakit kepala, tubuh kejang hingga gangguan pada saraf [13,16].

11. Diabetes

Merasa lelah dan terus-menerus menguap dapat juga menjadi sebuah tanda bahwa seseorang tengah mengalami diabetes [17].

Sering menguap biasanya dapat disertai dengan beberapa keluhan lain seperti mudah linglung, tubuh berkeringat lebih banyak, tubuh gemetaran, mudah marah, sakit kepala, dan sering pusing [17,18].

Menguap akan lebih sering dialami khususnya setiap setelah makan, namun penderita akan menjadi sulit tidur baik karena hiperglikemia (kadar gula tinggi) maupun karena hipoglikemia (kadar gula rendah) [17,18].

Penderita diabetes sekalipun dapat mengalami hipoglikemia sebagai efek dari penggunaan insulin yang terlalu banyak, efek dari beberapa obat diabetes, atau bahkan karena selama berjam-jam tidak makan [18].

Penderita diabetes tipe 2 lebih rentan mengalami gejala sering menguap namun sulit tidur karena ketidakstabilan kadar gula darah [18].

Karena diabetes tipe 2 berkaitan dengan hipoglikemia maupun hiperglikemia yang dialami tiap malam, maka selain insomnia, penderita juga akan mengalami rasa lelah yang ekstrem keesokan harinya akibat dari kualitas tidur yang buruk [18].

12. Epilepsi

Epilepsi adalah sebuah kondisi ketika gangguan aktivitas listrik otak terjadi sehingga sistem saraf pusat terpengaruh [19,20].

Tubuh kejang memang menjadi gejala utama dan umum pada kondisi epilepsi yang terjadi di seluruh tubuh atau sebagian saja [19,20].

Namun, terdapat sejumlah keluhan lain yang juga bisa dialami oleh penderita epilepsi seperti halnya sering menguap walau gejala ini tergolong jarang terjadi [19,20].

Seseorang yang positif terdiagnosa menderita epilepsi pun mengalami sulit tidur, walaupun aktivitas menguap bisa berlebihan [19,20].

Sekitar 24-55% orang dengan epilepsi memiliki insomnia, menandakan bahwa sebenarnya susah tidur merupakan sebuah masalah yang umumnya dihadapi penderita epilepsi [19].

Insomnia itu sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti efek obat epilepsi, kejang di malam hari, efek depresi maupun efek kecemasan berlebih [19].

13. Multiple Sclerosis

Multiple sclerosis merupakan jenis penyakit saraf di mana tulang belakang, otak serta mata mengalami gangguan sehingga gerakan tubuh maupun fungsi penglihatan tidak bekerja dengan normal [21].

Gejala utama multiple sclerosis meliputi kelemahan otot, kesulitan berjalan, dan tremor sehingga gerakan tubuh menjadi terbatas [21].

Selain itu, penglihatan penderita multiple sclerosis umumnya menjadi buram, bahkan ada pula yang kehilangan seluruh atau sebagian penglihatannya (seringkali disertai nyeri ketika mata digerakkan) [21].

Namun, sering menguap, tak bisa tidur, tubuh lemas, sering pusing, hingga kesulitan bicara juga merupakan tanda lainnya yang perlu diwaspadai [13,21].

Tak hanya aktivitas menguap secara repetitif atau berulang kali, penderita multiple sclerosis cenderung sulit tidur sehingga memiliki kualitas tidur yang buruk [13].

Karena hal tersebut, penderita kemudian mudah lemas, mudah lelah, suasana hati sering berubah menjadi buruk, dan memperburuk gejala-gejala multiple sclerosis lainnya [13,21].

Gejala multiple sclerosis sendiri bervariasi karena lokasi saraf yang mengalami gangguan menentukan gejala pada penderita.

Cara Mengatasi Menguap Terus Tapi Susah Tidur

Penanganan untuk kondisi menguap terus namun juga disertai sulit tidur perlu disesuaikan dengan kondisi medis yang mendasari.

  • Pada kasus anemia, penderita perlu mengonsumsi suplemen zat besi sesuai anjuran dan resep dokter atau mendapatkan suntikan zat besi [22].
  • Pada kasus gangguan kecemasan, psikoterapi berikut obat-obatan (beta-blockers, benzodiazepine, SSRI, SNRI, antidepresan trisiklik, dan buspirone) dapat membantu pasien untuk memulihkan diri [23].
  • Pada kasus hipotensi atau tekanan darah rendah, resusitasi cairan hingga antibiotik (untuk adanya kondisi sepsis) akan diberikan oleh dokter; steroid dan epinephrine intramuskular akan dokter tambahkan pada perawatan hipotensi bila diperlukan [6].
  • Pada kasus sindrom kelelahan kronis, psikoterapi dan obat-obatan (antidepresan trisiklik, antivirus, imunoglobulin, rituximab, kortikosteroid, dan rintatolimod) perlu ditempuh dan digunakan oleh penderita [8].
  • Pada kasus stroke, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat sangat dianjurkan (makan makanan sehat, olahraga teratur, tidak mengonsumsi alkohol, serta berhenti/tidak merokok) [24].
  • Pada kasus gagal hati, transplantasi hati adalah tindakan medis yang paling direkomendasikan kepada pasien, termasuk sejumlah obat-obtan yang akan meredakan gejala [14].
  • Pada kasus penyakit jantung, tergantung jenis kondisi yang dialami oleh penderita; namun umumnya, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat hingga operasi jantung menjadi solusi atau penanganan kondisi ini [25].
  • Pada kasus tumor otak, jika tumor berukuran cukup besar maka biasanya dibutuhkan penanganan berupa operasi pengangkatan tumor, radioterapi hingga kemoterapi; kemoterapi dapat dikombinasi bersama dengan radioterapi [26].
  • Pada kasus diabetes, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat sangat dianjurkan bagi pasien, berikut pemantauan kadar gula dara secara rutin. Metformin pun merupakan obat diabetes yang juga paling kerap diresepkan [18].
  • Pada kasus epilepsi, pasien ditangani dengan pemberian obat antiepilepsi dan diminta untuk menjalani diet ketogenik; namun jika kondisi lebih serius, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi otak [20].
  • Pada kasus multiple sclerosis, terapi ocrelizumab dapat menjadi penanganan utama bagi pasien [21].

Ketika menguap menjadi terlalu sering dan disertai insomnia, maka periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya agar cepat diatasi.

1. Sharat Gupta & Shallu Mittal. Yawning and its physiological significance. International Journal of Applied & Basic Medical Research; 2013.
2. O Taskapilioglu, C Akkaya, A Sarandol, & S Kirli. Pathological yawning in a patient with anxiety and chronic disease anaemia. Journal of Psychopharmacology; 2019.
3. Brooke Y. Kauffman, Lorra Garey, Alec Nordan, Charles Jardin, Nubia A. Mayorga, Zuzuky Robles, & Michael J. Zvolensky. The development and initial validation of the Fatigue Sensitivity Questionnaire. HHS Public Access; 2020.
4. Mona Chalabi. Is anxiety more common in our 30s and 40s? The Guardian; 2019.
5. American Psychological Association. Stress effects on the body. American Psychological Association; 2018.
6. Sandeep Sharma; Muhammad F. Hashmi; & Priyanka T. Bhattacharya. Hypotension. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. K Hecht, W F Vogt, E Wachtel, & I Fietze. Relationship between insomnia and arterial hypotension. Pneumologie; 1991.
8. Amit Sapra & Priyanka Bhandari. Chronic Fatigue Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Douglas S. Paauw, MD. Common drug with lots of surprising side effects. MD Edge Internal Medicine; 2020.
10. Anonim. Don’t Yawn the Day Away. Check Your Meds! Premier Health; 2018.
11. Sarita Pal, M.D & Prasad R. Padala, M.D. A Case of Excessive Yawning With Citalopram. The Primary Care Companion to the Journal of Clinical Psychiatry; 2009.
12. Andrew Gallup. Abnormal yawning in stroke patients: The role of brain thermoregulation. Frontiers in Neuroscience; 2014.
13. Pavitra Sampath. 8 reasons for excessive yawning you probably didn’t know about. The Health Site; 2015.
14. Daniella Lopes & Hrishikesh Samant. Hepatic Failure. National Center for Biotechnology Information; 2020.
15. Sogol Javaheri, MD, MPH & Susan Redline, MD, MPH. Insomnia and Risk of Cardiovascular Disease. Chest; 2017.
16. Raja K. Kutty, Jacob Paul Alapatt, & Aparna Govindan. Intractable Yawning as a Predominant Symptom of Temporal Lobe Ganglioglioma: Case Report and Review of Literature. Asian Journal of Neurosurgery; 2018.
17. Dr. Abhinav Singh & Eric Suni. Medical and Brain Conditions that Cause Excessive Sleepiness. Sleep Foundation; 2020.
18. Amit Sapra & Priyanka Bhandari. Diabetes Mellitus. National Center for Biotechnology Information; 2021.
19. Dr. Heather Wright & Rob Newsom. Epilepsy and Sleep. Sleep Foundation; 2020.
20. J. Stephen Huff & Najib Murr. Seizure. National Center for Biotechnology Information; 2021.
21. Dawood Tafti; Moavia Ehsan; & Kathryn L. Xixis. Multiple Sclerosis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
22. Jake Turner; Meghana Parsi; & Madhu Badireddy. Anemia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
23. Suma P. Chand & Raman Marwaha. Anxiety. National Center for Biotechnology Information; 2020.
24. Aunali S. Khaku & Prasanna Tadi. Cerebrovascular Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
25. Edgardo Olvera Lopez; Brian D. Ballard; & Arif Jan. Cardiovascular Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.
26. Cancer.Net Editorial Board. Brain Tumor: Types of Treatment. Cancer.Net; 2020.

Share