Mesenteric panniculitis atau yang juga disebut dengan istilah sclerosing mesenteritis merupakan jenis penyakit peradangan langka yang dapat berpengaruh pada sel-sel lemak yang ada di mesenterium [1,4,10].
Mesenterium sendiri adalah organ dalam tubuh penghubung antara dinding perut bagian dalam dengan usus [1].
Kondisi ini paling kerap ditandai dengan nyeri pada perut dan peradangan [1].
Tinjauan Mesenteric panniculitis merupakan penyakit langka di mana peradangan terjadi pada mesenterium namun umumnya tidak bersifat terlalu bahaya.
Daftar isi
Penyebab pasti dari kondisi mesenteric panniculitis belum diketahui hingga kini, namun terdapat dugaan dari para ahli medis bahwa kondisi ini masih tergolong penyakit autoimun [1,2].
Ketika normalnya sistem imun hanya akan menyerang benda atau zat asing di dalam tubuh terutama kuman, virus dan bakteri yang berbahaya bagi tubuh, penyakit autoimun adalah sebaliknya [3].
Dikatakan sebagai autoimun karena sistem imun atau sistem kekebalan tubuh secara otomatis menyerang benda atau zat apapun yang ada di dalam tubuh, termasuk sel-sel dan jaringan sehat [3].
Dan pada kasus mesenteric panniculitis, sistem imun justru menyerang mesenterium dan menyebabkan radang lalu menimbulkan sejumlah gejala [1,2].
Meski termasuk sebagai penyakit langka, mesenteric panniculitis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita [1].
Pria memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami penyakit ini dibandingkan wanita dengan sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko penyakit ini, yakni [1,4]:
Faktor-faktor tersebut mampu memperbesar potensi timbulnya peradangan di bagian mesenterium karena area jaringan atau organ perut mengalami kerusakan.
Selain itu, kanker pun dapat menyebabkan peradangan pada mesenterium.
Tak hanya meradang, kanker pun akan memicu penebalan pada bagian mesenterium.
Berikut ini adalah jenis-jenis kanker yang umumnya terjadi dan mampu meningkatkan risiko mesenteric panniculitis [1,4] :
Beberapa kondisi lain pun turut meningkatkan risiko mesenteric panniculitis sehingga patut untuk diwaspadai, seperti :
Tinjauan Sistem imun yang secara keliru menyerang sel-sel dan jaringan sehat di mesenterium diduga kuat menjadi penyebab terjadinya radang atau mesenteric panniculitis. Sejumlah kondisi lain seperti kanker, cedera, obat, operasi dan cedera pun dapat menjadi pemicu kondisi ini karena penyebab pasti mesenteric panniculitis hingga kini belum diketahui.
Gejala pada masing-masing penderita mesenteric panniculitis berbeda-beda [1].
Ada pula kasus di mana mesenteric panniculitis yang sama sekali tak menunjukkan gejala berarti [1].
Namun, ada pula beberapa penderita yang juga mengalami gejala dengan sifat agresif dan parah [1].
Sejumlah gejala umum mesenteric panniculitis yang perlu diwaspadai antara lain adalah [1,9] :
Gejala-gejala tersebut pada dasarnya mirip dengan gejala penyakit lain pada umumnya sehingga seringkali tidak terlalu diperhatikan.
Bahkan seringkali gejala hanya timbul dalam beberapa minggu atau bulan lalu hilang dengan sendirinya sebelum memperoleh penanganan apapun.
Hanya saja, waspadai akan pembengkakan yang terjadi karena radang di mesenterium, sebab pembengkakan dapat menekan organ-organ di sekitar usus yang kemudian menyebabkan rasa nyeri hebat di perut.
Tinjauan Ketidaknyamanan pada bagian dalam perut seperti kembung, mual (disertai muntah), diare atau sembelit, timbul benjolan, lebih cepat kenyang, hingga nafsu makan dan berat badan yang turun adalah sejumlah gejala yang dapat ditimbulkan mesenteric panniculitis.
Mesenteric panniculitis sebagai salah satu penyakit yang berkaitan dengan autoimun langka seringkali sulit didiagnosa.
Namun secara umum, berikut ini adalah sejumlah metode diagnosa yang dapat pasien tempuh :
Tes pemindaian adalah metode pemeriksaan yang umumnya paling diperlukan oleh dokter dalam menegakkan diagnosa [1,2,4].
Keluhan nyeri pada perut seringkali menandakan adanya masalah pada area tersebut sehingga untuk mengetahuinya secara pasti, CT scan sangat dibutuhkan [1,2,4].
Jika mesenterium mengalami luka maupun penebalan akibat radang, maka hal ini akan nampak pada proses pemeriksaan [1,2,4].
Penegakan diagnosa pun memerlukan beberapa tes penunjang lain, salah satunya adalah tes darah [1,2,4].
Tes darah akan membantu memastikan apakah terjadi peradangan di bagian tubuh [1,2,4].
Pada prosedur pemeriksaan ini, dokter akan memperoleh hasil kadar protein C-reaktif dan laju sedimentasi eritrosit di dalam tubuh pasien [1].
Apabila memang diperlukan, dokter akan menggunakan metode biopsi atau pengambilan sampel jaringan [1,2].
Dokter akan mengambil sedikit jaringan mesenterium sebagai sampel yang dibawa ke laboratorium [1,2].
Di laboratorium, dokter akan memeriksa dan menganalisa sampel jaringan tersebut untuk mengetahui kondisi pasien yang sesungguhnya [1,2].
Dari hasil biopsi, biasanya dokter akan lebih mudah menegakkan diagnosa sekaligus menentukan penyebab kondisi maupun pengobatan yang perlu diberikan kepada penderita [1,2].
Terdapat beberapa tipe kondisi mesenteric panniculitis yang dibedakan oleh para profesional medis, yakni [1] :
Tinjauan CT scan, tes darah dan biopsi merupakan metode-metode pemeriksaan selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan yang paling utama dokter akan terapkan dalam menegakkan diagnosa mesenteric panniculitis.
Pada sejumlah kasus mesenteric panniculitis, pasien tidak memerlukan penanganan dalam bentuk apapun sebab gejala dapat sembuh atau hilang seiring waktu.
Namun apabila diperlukan, beberapa penanganan dengan pemberian kortikosteroid akan dilakukan [1,2,4].
Berikut adalah golongan obat kortikosteroid yang akan membantu pemulihan gejala mesenteric panniculitis pada pasien [1,2,4].
Kortikosteroid adalah obat yang umumnya dokter resepkan agar dapat membuat sistem imun yang terlalu aktif dapat lebih ditekan [1].
Dengan sistem imun yang ditekan, diharapkan peradangan dan gejala yang diakibatkannya di bagian perut segera mereda [1].
Obat-obat lain kemungkinan besar akan dokter resepkan tergantung dari keluhan apa saja yang dialami pasien, termasuk obat anti-tumor.
Sementara itu, prosedur operasi akan direkomendasikan hanya ketika komplikasi terjadi [1,2,4].
Bagaimana dengan prognosis mesenteric panniculitis?
Walaupun merupakan penyakit langka, mesenteric panniculitis memiliki prognosis yang bervariasi tergantung seberapa cepat penanganan gejala [1].
Prognosis pada sebagian kasus ini terbilang baik karena gejala bahkan dapat hilang dengan sendirinya tanpa penanganan apapun setelah beberapa minggu atau bulan (rata-rata 6 bulan) [1,10].
Namun pada sebagian kasus lainnya, mesenteric panniculitis dapat menyebabkan serangkaian komplikasi serius sehingga berdampak pada kehidupan sehari-hari pasien [1].
Tinjauan Pemberian kortikosteroid adalah penanganan utama dan yang umumnya dokter lakukan untuk menangani pasien mesenteric panniculitis. Hanya saja pada sejumlah besar kasus, ada pula gejala yang hanya dalam beberapa minggu sembuh dengan sendirinya.
Meski peradangan pada kasus mesenteric panniculitis adalah hal langka, biasanya kondisi tergolong ringan dan bersifat tidak berbahaya.
Bahkan timbulnya benjolan di mesenterium tidak bersifat kanker yang mengancam jiwa penderitanya.
Meski demikian, tetap ada sejumlah risiko komplikasi yang perlu diketahui dan diwaspadai [1].
Ketika gejala-gejala mesenteric panniculitis tidak segera diperiksakan dan memperoleh penanganan, maka kondisi dapat berpotensi memburuk.
Jika sudah memburuk, beberapa risiko komplikasi tersebut dapat terjadi dan pada akhirnya mampu membahayakan kondisi pasien.
Untuk kasus mesenteric panniculitis yang sudah pada tahap komplikasi, maka dokter akan merekomendasikan prosedur bedah untuk mengatasinya [1].
Prosedur bedah atau operasi penting untuk membuat gejala-gejala mesenteric panniculitis mereda [1].
Tinjauan Sumbatan pada usus adalah risiko komplikasi utama mesenteric panniculitis yang dapat berujung pada gangguan penyerapan nutrisi. Gangguan penyerapan nutrisi kemudian dapat memicu berbagai masalah pada organ tubuh dan mengancam kesehatan penderita.
Karena penyakit ini berkembang terutama berkaitan dengan penyakit autoimun, belum diketahui cara pencegahan tepat untuk kondisi ini.
Namun ketika gejala-gejala mulai timbul, tak ada salahnya untuk segera ke dokter (dokter penyakit dalam) untuk pemeriksaan diri dan konsultasi.
Hal ini bertujuan meminimalisir perburukan gejala yang dapat mengarah pada komplikasi yang lebih berbahaya.
Tinjauan Belum ada pencegahan untuk mesenteric panniculitis, namun dianjurkan untuk ke dokter apabila timbul gejala-gejala di atas supaya penanganan dini bisa penderita terima.
1. National Organization for Rare Disorders (NORD). Mesenteric Panniculitis. National Organization for Rare Disorders (NORD); 2021.
2. Patrícia Afonso Mendes, Diana Marques Ferreira, Helena Temido, Rui Pina, & Armando de Carvalho. Mesenteric Panniculitis in Sjögren’s Syndrome: A New Systemic Manifestation to Consider?. European Journal of Case Reports in Internal Medicine; 2018.
3. D A Smith & D R Germolec. Introduction to immunology and autoimmunity. Environmental Health Perspectives; 1999.
4. Cemal Kaya, Emre Bozkurt, Pınar Yazıcı, Ufuk Oğuz İdiz, Mert Tanal, & Mehmet Mihmanlı. Approach to the diagnosis and treatment of mesenteric panniculitis from the surgical point of view. Turkish Journal of Surgery; 2018.
5. Karen M Horton 1, Leo P Lawler, & Elliot K Fishman. CT findings in sclerosing mesenteritis (panniculitis): spectrum of disease. Radiographics; 2003.
6. Sumita Chawla, Satheesh Yalamarthi, Irshad A Shaikh, Veena Tagore, & Paul Skaife. An unusual presentation of sclerosing mesenteritis as pneumoperitoneum: Case report with a review of the literature. World Journal of Gastroenterology; 2009.
7. Michael S. Green, Rajiv Chhabra, & Hemant Goyal. Sclerosing mesenteritis: a comprehensive clinical review. Annals of Translational Medicine; 2018.
8. E Jacobs, J P Cosyns, & R Fiasse. Retroperitoneal, mesenteric and multifocal fibrosis: review of their aetiopathogenesis. A possible role of adipocytes as in Crohn's disease?. Acta Gastro-enterologica Belgica; 2010.
9. Mustafa Duman, Osman Koçak, Olgaç Fazli, Cengiz Koçak, Ali Emre Atici, & Uğur Duman. Mesenteric panniculitis patients requiring emergency surgery: report of three cases. The Turkish Journal of Gastroenterology; 2012.
10. Iyad Issa & Hassan Baydoun. Mesenteric panniculitis: Various presentations and treatment regimens. World Journal of Gastroenterology; 2009.