Daftar isi
Perimenopause merupakan suatu fase di mana wanita menuju ke akhir dari periode menstruasi, atau fase menuju menopause. Pada fase Perimenopause ini, wanita mulai mengalami ketidakteraturan menstruasi [1].
Adapun Perimenopause ini akan memiliki waktu berlangsung yang berbeda-beda antara satu wanita dengan yang lain. Namun, secara umum atau bisa dikatakan rata-rata terjadi selama empat tahun [1].
Gejala Perimenopause diketahui akan berbeda-beda pada masing-masing wanita. Setidaknya salah satu dari gejala ini akan dialami oleh wanita yang sedang berada di fase Perimenopause [2, 3]:
Selama fase Perimenopause, ovulasi akan lebih tidak dapat diprediksi daripada sebelum Perimenopause terjadi. Dengan kata lain, lama waktu antara menstruasi mungkin akan berubah, baik menjadi lebih lama maupun menjadi lebih pendek.
Selain itu, derasnya menstruasi pun dapat berubah, baik menjadi lebih berat maupun menjadi lebih pendek dari sebelumnya. Bahkan, seorang wanita mungkin juga akan melewatkan beberapa menstruasi.
Perimenopause dini mungkin ditandai juga dengan perubahan menstruasi tersebut yang terjadi secara terus menerus selama tujuh hari atau lebih.
Hot flashes merupakan salah satu tanda yang paling mungkin terjadi selama fase Perimenopause. Pada masing-masing wanita, hot flashes ini akan berbeda beda intensitas, panjang dan frekuensinya. Hot flashes ini juga dapat akan membuat ketidaknyamanan sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk menanganinya.
Selama fase Perimenopause, wanita mungkin akan mengalami gangguan tidur, di mana insomnia sering terjadi. Gangguan tidur ini juga dapat disebabkan oleh hot flashes yang juga muncul ketika Perimenopause. Keringat malam mungkin juga menjadi salah satu alasan tidur yang terganggu.
Wanita yang mengalami Perimenopause umumnya dapat mengalami perubahan suasana hati yang cukup ekstrim. Oleh karena itu, pada fase Perimenopause, wanita lebih mudah marah dan risiko depresi pun meningkat.
Adapun perubahan suasana hati ini dinilai berkaitan erat dengan gejala Perimenopause lain seperti gangguan tidur maupun hot flashses.
Seseorang yang kurang tidur, atau tidak memiliki kualitas tidur yang baik kemungkinan besar akan memiliki masalah dalam kontrol suasana hatinya.
Namun, faktor lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan hormonal Perimenopause mungkin juga dapat menjadi alasan gejala berupa perubahan suasana hati ini muncul.
Ketika dalam fase Perimenopause, kadar estrogen menurun hingga berdampak pada jaringan vagina yang mungkin akan kehilangan pelumasan maupun elastisitasnya. Dengan demikian, vagina mungkin akan terasa sakit ketika berhubungan seksual.
Ketika kadar estrogen rendah, infeksi saluran kemih dinilai lebih mungkin terjadi. Hal ini termasuk juga dengan kehilangan tonus jaringan yang menyebakan inkontinensia urin.
Selama Perimenopause, ovulasi menjadi lebih tidak teratur, sehingga wanita pun mengalami penurunan kesuburan. Dengan kata lain, pada fase Perimenopause ini kemampuan wanita untuk hamil menurun.
Kesuburan yang menurun bukan berarti tidak dapat hamil sama sekali. Mengingat, selagi masih menstruasi maka kehamilan masih mungkin untuk terjadi.
Oleh karena itu, pada fase Perimenopause ini, wanita masih ada yang menggunakan alat kontrol kehamilan untuk menghindari kehamilan.
Gairah maupun keinginan seksual mungkin akan mengalami perubahan selama fase Perimenopause. Di mana gariah dan keinginan seksual mungkin akan mengalami penurunan. Namun, perubahan fungsi seksual ini mungkin tidak berlaku untuk wanita yang memang memiliki keintiman seksual yang memuaskan sebelumnya.
Penipisan tulang dapat juga terjadi akibat penurunan kadar estrogen selama fase Perimenopause. Dengan kata lain, wanita lebih berisiko mengalami osteoporosis pada fase ini. Proses penipisan tulangnya akan lebih cepat dibandingkan dengan proses penggantian tulangnya.
Seorang wanita mungkin akan mengalami kenaikan kadar kolesterol jahat (LDL) karena kadar estrogen menurun. Sedangkan kadar kolesterol baik (HDL) akan menurun. Dengan kata lain, pada fase ini, risiko penyakit jantung pun lebih tinggi.
Seiring dengan proses penuaan, produksi hormon estrogen akan menurun pada wanita. Penurunan kadar estrogen inilah yang menyebabkan gejala atau perubahan pada masa Perimenopause terjadi [3].
Faktor-faktor berikut ini mungkin dapat meningkatkan risiko Perimenopause pada usia lebih dini pada wanita [3]:
Merokok maupun paparan rokok yang terlalu sering dapat membuat masa menopause datang satu hingga dua tahun lebih awal dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
Riwayat keluarga dengan menopause dini dapat juga menjadi faktor risiko wanita mengalami menopause dini. Dengan kata lain, wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat menopause dini dapat juga mengalami menopause dini.
Metode pengobatan kanker seperti kemoterapi maupun terapi radiasi panggul diketahui dapat meningkatkan risiko wanita mengalami menopause dini. Hal ini mungkin termasuk dalam salah satu efek samping terapi kanker itu sendiri.
Histerektomi merupakan suatu metode pengangkatan rahim, di mana walaupun sudah tidak menstruasi namun produksi estrogen masih berlangsung. Metode histerektomi ini dapat juga meningkatkan risiko menopause datang lebih awal pada wanita.
Perimenopause sebenarnya merupakan suatu hal yang normal terjadi, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Untuk komplikasinya mungkin lebih kepada gejala yang berat saja, seperti pendarahan menstruasi yang menjadi lebih berat dari biasanya [3].
Perimenopause bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, namun ada beberapa kondisi yang lebih serius mungkin disalahartikan dengan Perimenopause. Oleh karena itu, sebaiknya memeriksakan diri kedokter jika mengalami gejala berikut ini [3, 4]:
Mengingat, gejala-gejala tersebut dapat menandakan adanya masalah pada sistem reproduksi yang lebih serius, termasuk kemungkinan kanker [3, 4].
Diagnosis terhadap Perimenopause ini umumnya akan dilakukan dengan [3, 5]:
Adapun tes tersebut dilakukan secara bertahap, mengingat diagnosis Perimenopause ini tidak cukup dilakukan dengan satu tes maupun satu tanda saja [3].
Pengobatan Perimenopause dalam hal ini akan berfokus pada penanganan gejala yang muncul saja. Adapun pengobatan untuk gejala Perimenopause dapat meliputi [3, 6]:
Gejala hot flashes muncul ketika Perimenopause akibat faktor hormonal yang mempengaruhi sistem peredaran darah, atau disebut juga gejala vasomotor. Cara untuk menangani hot flashses ini dapat dilakukan dengan [6]:
Antidepresan tertentu seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) mungkin juga akan dapat mengurangi hot flashes Perimenopause.
Selain itu, hot flashes ini mungkin juga dapat diatasi dengan perawatan medis seperti terapi hormon. Untuk perawatan hormon ini tersedia dalam bentuk pil, patch, cincin vagina, semprotan dan lainnya.
Namun, tidak semua wanita dapat melakukan terapi hormon. Mengingat, dokter akan terlebih dahulu melihat riwayat kesehatan dan gejala yang muncul sebelum merekomendasikan terapi hormon.
Terapi hormon ini umumnya akan dilakukan dengan dosis serendah mungkin. Mengingat adanya kemungkinan efek samping dalam penggunaannya.
Dalam hal ini, risiko efek samping terapi hormon mungkin meliputi sakit kepala, nyeri payudara dan kondisi yang lebih serius seperti pembekuan darah, gangguan hati hingga kanker jenis tertentu.
Jika pada fase Perimenopause terjadi gejala menstruasi tidak teratur, pendarahan yang hebat dan kram yang sering maka kondumsi pil KB oral dosis rendah mungkin akan membantu.
Mengingat, konsumsi pil KB oral ini dapat membantu mengurangi risiko beberapa gejala berikut ini [6]:
Jika pada fase Perimenopause seorang wanita mengalami ketidaknyamanan pada vagina maka penggunaan pelumas atau pelembab vagina berbasis air mungkin akan membantu meringankannya.
Produk pelumas atau pelembab yang disarankan mungkin sebaiknya yang tidak mengandung gliserin karena dapat mengiritasi dan menyebabkan rasa terbakar, khususnya pada wanita yang sensitif terhadap bahan kimia.
Pada fase Perimenopause, penurunan hormon estrogen mungkin juga dapat meningkatkan risiko penipisan tulang. Untuk menangani risiko osteoporosis ini sebaiknya wanita mengonsumsi makanan yang sehat.
Dalam hal ini, wanita sebaiknya melakukan diet sehat rendah lemak namun tinggi serat. Konsumsi buah, sayuran dan biji-bijian mungkin akan menjadi pilihan yang tepat.
Selain itu, sangat penting untuk menghindari konsumsi alkohol dan kafein karena tidak baik bagi kesehatan secara umum.
Suplemen kalsium atau vitamin D mungkin juga akan dibutuhkan, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter sebelum mengonsumsi suplemen pertama kali.
Jika Perimenopause membuat seorang wanita mengalami gangguan tidur insomnia dan perubahan suasana hati maka melakukan olahraga teratur akan menjadi pilihan tepat. Olahraga sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang.
Selain itu, hindari juga konsumsi alkohol maupun kafein karena dapat membuat gangguan tidur menjadi lebih buruk. Pastikan juga tubuh memperoleh waktu tidur yang cukup hari suasana hati menjadi lebih terkontrol esok harinya.
Jika stres terjadi pada fase Perimenopause maka teknik meditasi atau yoga akan sangat berguna untuk dilakukan. Mengingat, teknik tersebut dapat membantu tubuh menjadi lebih relaks.
Adapun selain yoga dan meditasi ada juga akunpuntur yang mungkin dapat juga membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.
Tidak hanya itu, stres mungkin juga dapat dikelola lebih baik dengan meluangkan waktu melakukan hal-hal yang disukai, baik sendiri maupun bersama dengan orang-orang yang disayangi.
Pengobatan alternatif hingga kini masih berusaha dikembangkan oleh para ahli. Namun, hingga kini bukti ilmiah yang mendukung manfaat pengobatan alternatif ini dinilai masih belum cukup.
Adapun pengobatan alternatif tersebut antara lain [3]:
Pencegahan Perimenopause mungkin akan lebih berfokus pada pencegahan Perimenopause lebih dini daripada rata-rata Perimenopause terjadi. Adapun untuk mencegah Perimenopause lebih dini sangat disarankan untuk menghindari faktor-faktor risikonya seperti [2]:
Selain itu, bicarakan pada dokter jika memiliki riwayat keluarga dengan menopause dini dan riwayat pengangkatan rahim maupun indung telur. Mengingat hal ini juga merupakan faktor Perimenopause lebih dini [2].
1. Lara Delamater, MD & Nanette Santoro, MD. Management of the Perimenopause. National Center for Biotechnology Information, Natiional Institutes of Health; 2019.
2. Anonim. Perimenopause. Cleveland Clinic; 2021.
3. Tim Mayo Clinic. Perimenopause. Mayo Clinic; 2021.
4. Kristeen Cherney& Kevin Martinez, M.D. Premenopause, Perimenopause, and Menopause. Healthline; 2020.
5. Traci C. Johnson, MD. Premenopause. WebMD; 2021.
6. Rachel Nall, MSN, CRN & Shilpa Amin, M.D., CAQ, FAAFP. Comparing premenopause and perimenopause. Medical News Today; 2021.