Daftar isi
Priapisme merupakan sebuah kondisi gangguan seksual yang dialami oleh pria di mana tanpa rangsangan seksual pun seorang pria mampu mengalami ereksi terus-menerus [1,2,3,4,5].
Priapisme adalah kondisi ereksi abnormal pada pria karena ereksi dapat terjadi berkepanjangan, yaitu kurang lebih 4 jam atau bahkan bisa lebih.
Ereksi tak normal ini juga biasanya diikuti dengan nyeri pada area reproduksi.
Hanya saja, umumnya kondisi ini lebih berpotensi besar terjadi pada pria dengan usia 30 tahun ke atas.
Tinjauan Priapisme adalah kondisi gangguan seksual pada seorang pria di mana hal ini ditandai dengan ereksi berjam-jam (4 jam lebih) secara tidak normal.
Pada kasus priapismus, ereksi yang terjadi sama sekali tidak berhubungan dengan rangsangan seksual karena ereksi dapat terjadi dengan sendirinya hingga berlangsung sangat lama.
Walau belum diketahui pasti, diduga aliran darah pada penis yang mengalami gangguan menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Jika normalnya suatu ereksi terjadi karena rangsangan secara fisik maupun psikologis, pada kasus priapisme ereksi justru berhubungan erat dengan gangguan pembuluh darah, aliran darah, saraf atau otot.
Walau tak dapat ditentukan secara jelas apa yang menyebabkannya, namun beberapa kondisi di bawah ini mampu menjadi faktor risiko priapisme.
1. Cedera
Salah satu faktor penyebab priapisme adalah cedera (yang tergolong di dalam faktor priapisme non-iskemik) [1,2].
Cedera yang terjadi pada perineum, panggul atau penis kemudian menjadi salah satu penyebab utama aliran darah menuju penis secara berlebihan.
Hal ini kemudian membuat priapisme terjadi.
2. Penggunaan Obat dan Alkohol
Penggunaan obat terlarang seperti kokain dan sejenisnya, lalu juga mengonsumsi minuman keras (minuman beralkohol tinggi) secara berlebihan dapat menjadi faktor risiko [2].
Faktor satu ini tergolong faktor penyebab priapisme iskemik yang efeknya tentu saja dapat merusak kesehatan saraf dan juga mengganggu fungsi pembuluh dan aliran darah.
3. Kelainan Darah
Gangguan kesehatan pada darah dapat menjadi faktor yang memengaruhi seorang pria untuk mengalami priapisme.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, aliran darah yang terhambat menuju penis atau justru berlebihan mampu berakibat pada timbulnya priapisme.
Beberapa kondisi kelainan darah yang terjadi dan berpotensi menyebabkan priapisme antara lain adalah [1,2,3] :
4. Efek Obat Tertentu
Faktor penyebab priapisme lain yang juga golongan priapisme iskemik adalah efek samping obat tertentu yang mampu menyebabkan gejala priapisme.
Beberapa jenis obat yang perlu diwaspadai karena penggunaannya dapat merugikan pria antara lain adalah [4] :
5. Faktor Lainnya
Sejumlah faktor lain dapat menjadi penyebab pria mengalami priapisme adalah [1,4,5] :
Tinjauan Penyebab pasti priapisme hingga kini belum diketahui, namun beberapa faktor seperti cedera pada penis, kelainan darah, penyalahgunaan obat terlarang dan narkoba, efek samping obat tertentu, infeksi, gigitan serangga, sifilis, kanker penis, amiloidosis, dan cedera tulang belakang mampu meningkatkan risikonya.
Terdapat dua jenis kondisi priapisme, yaitu priapisme iskemik dan non-iskemik di mana gejala yang timbul tergantung dari jenis priapisme [2].
Pada kondisi priapisme non-iskemik, terjadinya priapisme pada pria adalah tidak teraturnya aliran darah menuju penis.
Hal ini kemudian memunculkan sejumlah kondisi gejala, seperti :
Pada priapisme iskemik, priapisme pada pria terjadi karena sumbatan terjadi pada pembuluh darah penis sehingga aliran darah tidak lancar.
Hal ini kemudian berakibat pada penumpukan darah pada penis dan faktor ini justru adalah yang paling banyak terjadi pada kasus priapisme.
Penderita anemia sel sabit jauh lebih berpotensi mengalami kondisi priapisme iskemik.
Gejala yang ditimbulkan oleh priapisme iskemik umumnya meliputi :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila seorang pria mengalami ereksi terus-menerus secara tidak normal dan bahkan lebih dari 4 jam, segera ke dokter untuk menempuh pemeriksaan [1].
Pemeriksaan, deteksi dan penanganan dini dapat membantu pasien dalam mengatasi gejala-gejala yang timbul dan mencegah komplikasi.
Tinjauan Gejala priapisme dibagi menjadi dua jenis kondisi, yaitu gejala priapisme non-iskemik (ereksi lebih dari 4 jam dengan kondisi penis tegak namun tidak sepenuhnya kaku disertai nyeri yang tidak seberapa) dan gejala priapisme iskemik (ereksi lebih dari 4 jam dengan kondisi penis tegak dengan ujung penis lembut disertai nyeri hebat).
Jika ereksi yang dialami berlangsung 4 jam atau lebih, maka yang paling dibutuhkan adalah perawatan darurat.
Penanganan akan segera diberikan ketika dokter sudah memeriksa dan mendeteksi apakah pasien mengalami priapisme iskemik atau non-iskemik.
Karena bentuk penanganan kedua jenis priapisme berbeda, maka dokter perlu memastikan lebih dulu sebelum menentukan metode pengobatannya.
Beberapa metode pemeriksaan yang umumnya dokter terapkan untuk memastikan penyebab dan jenis kondisi pasien supaya mampu menentukan pengobatan yang tepat antara lain adalah :
Dokter biasanya akan mengawali proses diagnosa dengan memeriksa fisik pasien, terutama pada bagian perut, perineum, paha dalam, dan area genital [1,2,3,5].
Setelah itu dokter juga akan memberikan sejumlah pertanyaan terkait gejala yang dialami oleh pasien, seperti tingkat keparahan rasa nyeri yang dialami dan sebagainya.
Dokter baru dapat menentukan jenis priapisme yang dialami pasien ketika mengetahui seperti apa kondisi nyeri yang dirasakan dan tingkat ketegangan penis pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan riwayat medis ini juga dapat mendeteksi cedera atau keberadaan tumor sebagai penyebab priapisme.
Agar dokter dapat menegakkan diagnosa, biasanya akan dilangsungkan tes lanjutan di mana salah satunya adalah tes darah [1,3,5].
Pasien perlu menempuh pemeriksaan darah sebagai tes penunjang agar dokter mengetahui jumlah trombosit dan sel darah merah pasien.
Melalui tes ini, kelainan atau penyakit seperti anemia sel sabit dapat teridentifikasi.
Bentuk pemeriksaan lainnya yang juga perlu dilakukan oleh dokter adalah analisa gas darah [1,2,3,4,5].
Dokter akan memasukkan sebuah jarum ke dalam penis pasien untuk mengambil sampel darah dari area tersebut.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan sampel darah berwarna hitam atau gelap, maka hal ini menunjukkan adanya kondisi priapisme iskemik serta menandakan bahwa daerah tersebut kekurangan oksigen.
Untuk menentukan jenis priapisme yang terjadi pada penderita, dokter juga akan merekomendasikan USG penis pada pasien [1,2,4,5].
Melalui tes ini, adanya kelainan atau cedera yang menyebabkan priapisme dapat terdeteksi.
Prosedur tes ini dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien [1,4,5].
Dari hasil analisa sampel urine, akan diketahui apakah obat tertentu menjadi penyebab utama terjadinya priapisme pada pasien.
Tinjauan Metode diagnosa yang digunakan dan diterapkan dokter dalam memastikan dan mencari penyebab priapisme meliputi pemeriksaan fisik dan riwayat medis, tes darah, tes analisa gas darah, USG penis dan tes toksikologi.
Penanganan priapisme akan disesuaikan dengan jenis priapisme, sebab priapisme non-iskemik dan priapisme iskemik merupakan dua kondisi berbeda dengan pengobatan yang juga berbeda.
Jenis priapisme non-iskemik umumnya tidaklah separah priapisme iskemik di mana tanpa pengobatan seringkali tidak menjadi masalah besar.
Priapisme non-iskemik rata-rata diketahui dapat sembuh dengan sendirinya bahkan tanpa perawatan metode apapun.
Umumnya dokter akan meminta pasien menunggu sambil tetap rajin memeriksakan dan mengontrol perkembangan kondisi gejala.
Penggunaan cara mandiri yang sederhana di rumah bisa menjadi cara mengatasi ereksi, yaitu dengan es batu yang diletakkan pada perineum sekaligus pemberian tekanan pada area tersebut [1,6].
Selain itu, beberapa cara pengobatan yang bisa dilakukan di rumah antara lain adalah [6] :
Jika cara biasa tidak efektif dan gejala berkembang cukup serius sehingga metode perawatan non-operasi tak mampu menangani, dokter akan merekomendasikan prosedur operasi.
Pada priapisme iskemik, pengobatan yang perlu ditempuh oleh pasien berupa tiga metode.
Obat-obatan, terapi khusus, hingga prosedur operasi kemungkinan besar perlu dijalani.
Phenylephrine adalah jenis obat simpatomimetik yang diberikan melalui injeksi ke penis pasien [1,2,3,4,5,6].
Tujuan dari pemberian obat ini adalah untuk memperlancar aliran darah yang sempat terhambat menuju penis.
Tindakan pemberian obat ini akan membantu membuka pembuluh darah menuju penis sehingga aliran darah tersuplai secara lebih lancar.
Jika memang kondisi pasien membutuhkan, maka dokter perlu melakukan perawatan ini beberapa kali.
Hanya saja, sebagai efek sampingnya beberapa kondisi dapat terjadi, seperti tekanan darah tinggi, pusing, dan sakit kepala.
Efek samping lebih rentan dialami oleh penderita priapisme yang juga memiliki penyakit jantung atau hipertensi.
Prosedur terapi yang dimaksud adalah proses pengeluaran darah yang terakumulasi pada penis pasien [1,2,3,4,5].
Dokter akan mengeluarkan darah tersebut dengan memasukkan jarum kecil ke penis pasien.
Hal ini akan dilakukan sampai pasien tidak lagi merasa mudah ereksi.
Akan ada cairan steril yang kemudian dokter gunakan untuk membersihkan penis pasien usai prosedur selesai diterapkan.
Jika memang diperlukan, dokter akan merekomendasikan tindakan operasi kepada pasien [1,2,5,6].
Biasanya, operasi dianjurkan oleh dokter bila tindakan pemberian obat dan terapi mengeluarkan darah dari penis pasien tidak juga meredakan gejala.
Prosedur bedah bertujuan untuk membuat jalannya aliran darah ke penis berubah.
Tinjauan Priapisme non-iskemik dapat ditangani melalui penanganan mandiri yang terkadang bahkan tidak memerlukan pengobatan sama sekali karena dapat sembuh sendiri. Pada kasus priapisme iskemik, pemberian obat-obatan, terapi mengeluarkan darah dari penis, hingga operasi menjadi opsi pengobatan utama.
Karena priapisme non-iskemik tergolong lebih ringan di mana terdapat beberapa kasus pasien dapat sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan apapun, maka risiko komplikasi lebih tinggi terjadi pada penderita priapisme iskemik.
Bila ereksi terjadi berjam-jam dan darah terjebak di sana, pasien berisiko mengalami kekurangan oksigen.
Jaringan penis dapat rusak karena kurangnya oksigen pada darah dan hal ini pun memicu timbulnya disfungsi ereksi [1,2,3,4,5].
Namun penderita priapisme non-iskemik pun perlu waspada terhadap cedera panggul atau penis yang pernah dialami karena hal ini meningkatkan potensi infeksi jaringan penis [1,2].
Pencegahan terbaik priapisme adalah dengan menangani cedera, kelainan atau penyakit yang menjadi penyebab priapisme.
Seorang pria dengan kondisi anemia sel sabit misalnya, penanganan kondisi ini perlu didapat segera agar tidak berujung pada priapisme.
Namun untuk mencegah serangan priapisme, jenis obat tertentu bisa diperoleh (obat disfungsi ereksi dan obat phenylephrine dalam bentuk suntik atau tablet) [1,2,3,4].
Tinjauan Penanganan kondisi medis atau cedera penyebab priapisme dapat mencegah priapisme. Sedangkan untuk mencegah serangannya, phenylephrine dan obat disfungsi ereksi dapat digunakan.
1. Michael Silberman; Gavin Stormont & Eugene W. Hu. Priapism. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. Phil Hyun Song & Ki Hak Moon. Priapism: Current Updates in Clinical Management. Korean Journal of Urology; 2013.
3. Rajendra B. Nerli, Prasad V. Magdum, Siddayya C. Hiremath, Amey Y. Patil, Suvarna V. Pai, Rajeshwari S. Handigund, & M.B. Hiremath. Priapism – A Rare Presentation in Chronic Myeloid Leukemia: Case Report. Urology Case Reports; 2016.
4. Asif Muneer, Hussain M. Alnajjar, & David Ralph. Recent advances in the management of priapism. F1000 Research; 2018.
5. Yun-Ching Huang, MD, Ahmed Harraz, MD, Alan W. Shindel, MD, & Tom F. Lue, MD. Evaluation and management of Priapism: 2009 Update. HHS Public Access; 2014.
6. Uzoma A. Anele, Brian V. Le, Linda M. S. Resar, & Arthur L. Burnett. How I treat priapism. Blood; 2015.