Daftar isi
Sindrom Cushing merupakan kondisi gejala yang timbul sebagai efek terlalu tingginya kadar hormon kortisol di dalam tubuh seseorang [1,2,3,4,5,7].
Hormon kortisol di dalam tubuh manusia diproduksi oleh kelenjar adrenal (letaknya tepat di atas organ ginjal) dan berfungsi utama dalam mendukung beberapa fungsi tubuh agar bekerja secara maksimal.
Hormon kortisol berperan penting sebagai peminimalisir risiko radang, peningkat kadar gula dalam darah, dan pengendali tekanan darah.
Tak hanya itu, seseorang yang tengah merasakan stres juga tubuhnya menghasilkan hormon kortisol cukup banyak di mana bila tak terkontrol dan tak segera ditangani akan berbahaya bagi penderitanya.
Tinjauan Sindrom Cushing merupakan kondisi kumpulan gejala yang kemunculannya disebabkan oleh peningkatan berlebih hormon kortisol di dalam tubuh.
Seperti telah disebutkan, hormon kortisol berkadar tinggi dan berlebihan menjadi penyebab utama sindrom Cushing terjadi.
Faktor penyebab peningkatan berlebih pada kadar hormon kortisol terklasifikasi menjadi dua jenis faktor, yaitu faktor dari dalam atau sindrom Cushing endogen dan faktor dari luar atau sindrom Cushing eksogen.
Faktor penyebab sindrom Cushing dari dalam tentunya berhubungan erat dengan kondisi bagian dalam tubuh penderitanya.
Hormon kortisol yang terproduksi berlebih menjadi faktor penyebab utama dari dalam, baik karena salah satu atau kedua kelenjar adrenal yang terlalu aktif maupun hormon adrenokortikotropik yang terproduksi berlebihan.
Beberapa faktor yang mampu memengaruhi produksi kortisol dan adrenokortikotropik berlebih antara lain adalah :
Walau tumor ini cukup jarang timbul, pada sebagian kecil kasus sindrom Cushing hal ini bisa terjadi [1,2,3,4,5].
Tumor dapat tumbuh dan berkembang pada sebuah organ yang sebenarnya tidak berhubungan dengan produksi hormon adrenokortikotropik, namun kemudian tumor ini justru menjadi penghasil hormon tersebut secara berlebihan.
Meski bersifat jinak dan cenderung tidak berbahaya pada umumnya, waspadai ketika tumor penghasil hormon adrenokortikotropik pada kelenjar tiroid, pankreas, dan paru.
Tumor kelenjar pituitari atau adenoma pituitari merupakan jenis tumor yang timbul tanpa bersifat kanker pada kelenjar pituitari [1,2,3,4,5].
Tumor ini kemudian menghasilkan hormon adrenokortikotropik dalam kadar yang banyak serta memicu kelenjar adrenal untuk juga memroduksi kortisol secara berlebihan.
Sindrom Cushing dapat pula terjadi sebagai suatu kondisi kelainan yang diturunkan dari orang tua.
Hal ini kemudian menyebabkan tumor tumbuh dan berkembang pada kelenjar endokrin yang membuat hormon kortisol terproduksi berlebih sehingga seseorang menderita sindrom Cushing.
Sindrom Cushing familial sendiri memang jarang terjadi, namun tetap memungkinkan bagi seseorang mengalami sindrom Cushing karena kelainan ini.
Kelenjar adrenal sendiri pun dapat mengalami masalah yang kemudian berpengaruh pada hormon yang diproduksinya.
Adenoma adrenal adalah tumor jinak yang juga jarang namun mampu mengganggu fungsi utama dari kelenjar adrenal sehingga menjadi terlalu aktif dalam menghasilkan hormon kortisol.
Faktor penyebab dari luar atau sindrom Cushing eksogen umumnya berkaitan dengan penggunaan obat tertentu.
Efek dari obat kortikosteroid berdosis tinggi mampu menimbulkan efek samping berupa peningkatan produksi hormon kortisol [1,4].
Baik kortikosteroid injeksi atau oral, mampu memberikan efek yang sama pada tubuh pengguna obat ini, namun risiko peningkatan kadar hormon kortisol jauh lebih tinggi karena penggunaan kortikosteroid oral.
Tinjauan Penyebab sindrom Cushing terdiri dari dua jenis kondisi, dari dalam (tumor dan gangguan kelenjar adrenal) dan luar (penggunaan obat kortikosteroid).
Kenali juga sejumlah faktor di bawah ini, yaitu faktor-faktor diketahui mampu meningkatkan risiko produksi hormon kortisol yang berlebih [3,4,5,6] :
Gejala yang dialami oleh penderita sindrom Cushing bervariasi pada masing-masing penderita, namun pada umumnya beberapa keluhan inilah yang nampak atau terjadi [2,3,4,5] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila gejala-gejala yang telah disebutkan timbul setelah mengonsumsi atau mendapatkan pengobatan kortikosteroid, pastikan segera ke dokter.
Pengguna kortikosteroid untuk mengobati penyakit radang usus, artritis, dan asma berpotensi mengalami gejala-gejala yang mengarah pada sindrom Cushing.
Maka bila gejala terjadi tak lama setelah penggunaan obat tersebut, periksakan diri dan konsultasikan dengan dokter mengenai obat alternatif untuk itu.
Tinjauan Jerawat, kulit menipis dan rapih, luka tak kunjung sembuh, sakit kepala, tidak menstruasi secara teratur, disfungsi seksual, tumbuh rambut lebih banyak, memar, kenaikan berat badan hingga kerapuhan tulang serta kelemahan otot adalah gejala sindrom Cushing yang perlu diwaspadai.
Dalam mendiagnosa dan memastikan sindrom Cushing tidaklah mudah karena gejala-gejala yang ditimbulkan cukup mirip dengan gejala kondisi penyakit lain.
Namun untuk mengetahui apakah gejala benar-benar mengarah pada sindrom Cushing serta mengetahui apa yang menyebabkannya, dokter perlu menerapkan sejumlah metode pemeriksaan sebagai berikut.
Dokter selalu mengawali metode diagnosa dengan pemeriksaan fisik untuk mengecek adanya gejala fisik di tubuh pasien [2,3].
Wajah yang membulat, kumpulan jaringan lemak yang membentuk benjolan pada leher dan area bahu, serta memar pada kulit tanpa sebab mampu menjadi pertimbangan dokter.
Dokter perlu mengetahui riwayat medis pasien dan keluarga pasien [2,3,4,5].
Dokter juga akan memberikan sejumlah pertanyaan seputar penggunaan obat yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien.
Jika dokter mengetahui bahwa pasien menggunakan obat kortikosteroid, maka dugaan gejala mengarah pada sindrom Cushing akan menguat.
Selain pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pada pasien, beberapa tes penunjang perlu ditempuh pasien untuk membantu dokter menegakkan diagnosa [2,3,4].
Tes darah dan urine diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan penyebab timbulnya gejala pada tubuh pasien.
Kedua tes ini diterapkan dokter untuk mengukur kadar hormon pada darah dan urine pasien agar mampu mengetahui apakah hormon kortisol terproduksi secara berlebihan.
Untuk tes urine, biasanya dokter akan meminta pasien untuk mengambil sampel urine dan menyimpannya selama 24 jam sebelum dibawa ke dokter dan diperiksa di laboratorium.
Tes pemindaian seperti halnya pemeriksaan MRI dan CT scan kemungkinan besar perlu ditempuh pasien [2,3,4,5].
Guna kedua tes ini adalah agar dokter dapat mengetahui kondisi kelenjar adrenal dan pituitari melalui gambar yang dihasilkan.
Melalui pemeriksaan ini, biasanya keberadaan tumor atau kondisi abnormal lainnya akan dapat terdeteksi.
Kadar kortisol pada dasarnya dapat meningkat dan menurun dalam sehari bahkan ketika seseorang tidak mengalami sindrom Cushing [3,4].
Sangat normal ketika kadar hormon kortisol mengalami penurunan pada non-penderita sindrom Cushing, khususnya bila sore atau malam tiba.
Dokter perlu mengambil sampel air liur pasien untuk mengetahui kadar kortisol, terutama pada larut malam.
Pada proses pemeriksaan ini, pengambilan sampel darah dari sinus petrosus akan dilakukan oleh dokter [3].
Sinus petrosus merupakan pembuluh darah yang berada di area kelenjar hipofisis dan tes pengambilan sampel darah dari area tersebut akan menjadi penentu apakah kelenjar hipofisis mengalami gangguan.
Ini karena gangguan pada kelenjar tersebut mampu menjadi penyebab sindrom Cushing terjadi.
Tinjauan Dalam mengonfirmasi sindrom Cushing, pasien perlu menempuh pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes darah dan urine, tes pemindaian, tes air liur, dan tes pengukuran hormon adrenokortikotropik.
Tergantung dari penyebab sindrom Cushing, dokter biasanya mengurangi dosis kortikosteroid, memberikan obat-obatan yang khusus bertujuan untuk menurunkan kadar kortisol maupun merekomendasikan prosedur bedah.
1. Pengurangan Dosis Kortikosteroid
Bagi penderita kondisi medis tertentu yang tengah menggunakan kortikosteroid di mana hal ini berdampak pada peningkatan kadar hormon kortisol, maka dokter akan mengurangi dosisnya [8].
Atau jika dirasa perlu, ada kemungkinan dokter akan meresepkan obat non-kortikosteroid yang tetap dapat mengatasi kondisi medis pasien (arthritis, asma dan lainnya).
Biasanya, pasien yang berhenti menggunakan kortikosteroid akan otomatis membuat kadar kortisol yang meningkat akhirnya berhasil turun.
Tentu saja pengurangan dosis kortikosteroid atau berhentinya konsumsi obat ini harus berada di bawah pengawasan dokter.
2. Pemberian Obat Penurun Kadar Kortisol
Selain mengurangi dosis kortikosteroid atau mengganti obat tersebut dengan golongan obat non-kortikosteroid, dokter juga kemungkinan meresepkan obat khusus untuk menurunkan produksi kortisol dalam tubuh pasien.
Agar kelenjar pituitari dapat menekan produksi hormon adrenokortikotropik dan kelenjar adrenal menekan produksi hormon kortisol, beberapa obat ini umumnya diberikan oleh dokter [3,4] :
3. Prosedur Operasi
Bila tumor menjadi penyebab utama timbulnya kondisi sindrom Cushing, dokter akan merekomendasikan tindakan bedah untuk mengangkat tumor tersebut [1,3,4,5].
Usai menjalani prosedur bedah, dokter juga akan tetap meresepkan obat yang berperan sebagai pengganti hormon kortisol.
Penggunaan obat ini hanya sementara, namun pasien harus menggunakannya sesuai dengan anjuran dokter.
4. Terapi Radiasi
Radioterapi atau terapi radiasi adalah tindakan medis yang juga diperlukan, khususnya bila melalui prosedur bedah tumor tak dapat diangkat sepenuhnya [1,3,4].
Pada prosedur terapi ini biasanya dokter hanya memberikan dosis kecil saja dengan pertemuan terapi selama lebih dari 6 minggu.
Tinjauan Dalam mengatasi sindrom Cushing, dokter biasanya akan mengurangi dosis kortikosteroid, memberi obat penurun kadar hormon kortisol, merekomendasikan prosedur operasi, serta terapi radiasi.
Tanpa penanganan yang cepat, gejala sindrom Cushing dapat memburuk dan bahkan kondisi pasien dapat berujung pada sejumlah komplikasi seperti berikut [4] :
Pencegahan sindrom Cushing, terutama karena penggunaan kortikosteroid sebenarnya dapat dilakukan.
Dokter dan petugas apotek dapat memberikan edukasi serta penjelasan lengkap kepada pasien mengenai cara mencegah kenaikan berat badan, diabetes dan tukak lambung yang terjadi sebagai efek peningkatan hormon kortisol dari kortikosteroid [4].
Diet sindrom Cushing dapat dilakukan agar hormon kortisol tetap dalam kadar normal dan komplikasinya dapat dicegah.
Dokter perlu menjelaskan dan merekomendasikan diet ini untuk mengatasi sekaligus mencegah sindrom Cushing beserta risiko bahaya komplikasinya [7].
Tinjauan Pencegahan sindrom Cushing dapat dilakukan dengan memberikan edukasi penggunaan kortikosteroid sebelum petugas medis meresepkannya. Selain itu, untuk mencegah komplikasi sindrom Cushing, melakukan diet khusus perlu dilakukan.
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD, FINASIM; Prof. Dr. dr. AA. Gd. Budiartha, Sp.PD-KEMD, FINASIM; Dr. dr. Wira Gotera, Sp. PD-KEMD, FINASIM; Dr. dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD-KEMD, FINASIM; & dr. I Made Pande Dwipayana, Sp.PD-KEMD, FINASIM. Bali Endocrinology Update (BEU XIII) Endocrinology and Beyond. Denpasar: PT. Percetakan Bali; 2016.
2. Yetti Hernaningsih & Sidarti Soehita. Sindroma Cushing pada Kehamilan. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory; 2005.
3. Susmeeta T Sharma, Lynnette K Nieman, & Richard A Feelders. Cushing’s syndrome: epidemiology and developments in disease management. Clinical Epidemiology; 2015.
4. Hammad S. Chaudhry & Gurdeep Singh. Cushing Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
5. Constantine A. Stratakis, MD, D(med)Sc. Cushing syndrome caused by adrenocortical tumors and hyperplasias (corticotrophin-independent Cushing syndrome). HHS Public Access; 2011.
6. W. Daly & A.C. Hackney. Is Exercise Cortisol Response of Endurance Athletes Similar to Levels of Cushing's Syndrome? HHS Public Access; 2019.
7. Anonim. Cushing’s Disease Diet. Cushing's Disease News; 2020.
8. Melpomeni Peppa, Maria Krania, & Sotirios A Raptis. Hypertension and other morbidities with Cushing’s syndrome associated with corticosteroids: a review. Integrated Blood Pressure Control; 2011.