Obat

Albendazole: Manfaat, Dosis, dan Efek Samping

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Albendazole adalah obat untuk mengatasi infeksi cacing [1, 2, 3, 4].

Apa itu Albendazole?

Albendazole termasuk obat antihelmintik yang berfungsi untuk mengatasi infeksi cacing tertentu. Obat ini bekerja dengan mencegah larva yang baru menetas untuk tumbuh atau memperbanyak diri di dalam tubuh [4].

Berikut informasi mengenai albendazole [1,3]:

Indikasi Echinococcosis, neurocyisticsercosis, infeksi cacing tambang, Ascaris, Trichuriasis, Enterobiasis
Kategori Obat Keras (K)
Konsumsi Anak-anak dan dewasa
Kelas Antihemintik
Bentuk Tablet
Kontraindikasi Hipersensitif. Kehamilan
PeringatanPasien dengan kondisi berikut wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima pengobatan albendazole:
→ Pasien dengan neurocysticercosis dan lesi retina
→ Pasien dengan gangguan hati
→ Pasien yang sedang menyusui
Peringatan untuk tenaga medis:
→ Dapat menyebabkan reaksi peradangan di dalam otak
→ Meningkatkan risiko supresi sumsum tulang pada pasien dengan penyakit hati
→ Dianjurkan melakukan hitung jenis sel darah dan tes fungsi hati sebelum pengobatan dua kali selama setiap siklus pengobatan
Kategori Obat pada Kehamilan & Menyusui Kategori C: Studi pada reproduksi hewan menunjukkan efek buruk pada janin. Tidak ada studi memadai dan terkendali pada manusia. Obat boleh digunakan jika nilai manfaatnya lebih besar dari risiko terhadap janin.

Manfaat Albendazole

Obat albendazole digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi berikut [1]:

  • Echinococcosis

Echinococcosis disebut juga hidatidosis atau penyakit hidatid. Penyebabnya larva cacing pita dari genus Echinococcus. Biasanya infeksi tidak menimbulkan gejala secara langsung atau asimptomatik selama bertahun-tahu  sampai kista membesar dan mempengaruhi organ (umumnya hati dan paru-paru) [5].

  • Neurocysticercosis

Neurocysticercosis merupakan bentuk paling berat dari cysticercosis, yaitu infeksi yang disebabkan oleh telur cacing pita (Taenia solium). Telur cacing yang terbawa aliran darah menyebabkan larva dapat mencapai otak dan membentuk kista, menyebabkan neurocysticercosis (NCC). Gejala yang ditimbulkan meliputi kejang, sakit kepala,atau  pusing [6].

  • Infeksi cacing tambang

Infeksi cacing tambang terjadi ketika parasit tersebut hidup di dalam tubuh, seperti pada paru-paru, kulit dan usus halus. Gejala bisanya diawali dengan gatal-gatal danruam kecil akibat reaksi alergi, kemudian diikuti diare, mual dan sakit perut [7].

Ascariasis disebabkan oleh cacing gilig, Ascaris lumbricoides. Infeksi disebabkan makanan terkontaminasi telur cacing. Di usus halus, telur melepaskan larva kemudian berpindah melalui sistem limfa dan mencapai paru-paru. Infeksi mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi dan kerusakan usus halus [8].

  • Trichuriasis

Trichuriasis disebabkan oleh Trichuris trichiura. Larva berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus halus. Gejala pada infeksi berat meliputi diare, gangguan kognitif, anemia, dan penurunan rektum [8].

  • Enterobiasis

Enterobiasis diseabkan infeksi cacing gilig Enterobius vermicularis. Gejala yang umum ditimbulkan meliputi pruritus perianal, enuresia, insomnia, dan sakit perut [9].

Infeksi cacing pita biasanya terjadi pada usus halus. Cacing pita merupakan cacing parasite berbentuk pipih dan bersegmen. Beberapa jenis cacing pita yang biasanya menginfeksi manusia antara lain Taenia saginata, Taenia solium, dan Diphyllobothrium latum[10].

Ophisthorchiasis disebabakan oleh cacing dari genus Ophisthorchis. Sedangkan Clonorchiasis disebabkan oleh cacing Clonorchis. Ophisthorchiasis dan clonorchiasis biasanya sulit dibedakan. Parasit berkembang di susu halus kemudian pindah ke saluran empedu. Biasanya asimptomatik, pada infeksi berat dapat menyebabkan sakit perut, anoreksia, penurunan berat badan dan hepatomegali [11].

  • Larva migran kutaneus

Larva migran kutaneus atau cutaneous larva migran (CLM) ditandai dengan erupsi kutaneus eritematosa, berlipat, pruritik yang disebabkan oleh penetrasi perkutan dan migrasi lebih lanjut dari larva berbagai nematoda parasit[12].

Dosis Albendazole

Dosis Dewasa

Obat albendazole digunakan pada pasien dewasa dengan rincian dosis sebagai berikut[1]:

Oral/Diminum
⇔ Echinococcis
→ Berat badan < 60kg: 15 mg/kg per hari dalam dua dosis terpisah
→ Dosis maksimal: 800 mg per hari
→ Berat badan ≥ 60 kg: 400 mg dua kali sehari
→ Berikan dosis untuk siklus 28 hari diikuti dengan interval bebas obat 14 hari untuk total 3 siklus.

⇔ Neurocysticercosis
→ Berat badan < 60 kg: 15 mg/kg per hari dalam dua dosis terpisah
→ Dosis maksimal: 800 mg per hari
→ Berat badan ≥ 60 kg: 400 mg dua kali sehari
→ Durasi perawatan: 8-30 hari

⇔ Ascariasis, Enterobiasis, Infeksi cacing tambang, Trichuriasis
→ 400 mg sebagai dosis tunggal

⇔ Clonorchiasis, Opisthorchiasis
→ 400 mg dua kali sehari
→ Dosis maksimal: 800 mg per hari; 1200 mg selama 3 hari
→ Pasien hendaknya mengkonfirmasikan pada dokter setelah 1 bulan jika cacing sudah hilang

⇔ Infeksi cacing pita
→ 400 mg per hari dalam perut kosong selama 3 hari berturut-turut
→ Dosis maksimal: 400 mg per hari; 1200 mg selama 3 hari
→ Jika pasien tidak sembuh setelah 3 minggu, pengobatan tahap kedua diperlukan
→ Dalam kasus infeksi Hymenolepis nana, dianjurkan pengobatan kembali dalam 10-21 hari

Cutaneous larva migrans
→ 400 mg satu kali sehari selama 1-3 hari
→ Dosis maksimal: 400 mg per hari; 1200 mg selama 3 hari

Catatan
→ Dianjurkan untuk diminum bersama makanan

Dosis Anak-anak

Obat albendazole dapat digunakan untuk pasien anak-anak dengan dosis sebagai berikut[1]:

Oral
⇔ Echinococcosis
→ Sama dengan dosis dewasa

⇔ Neurocysticercosis
→ Sama dengan dosis dewasa

⇔ Ascariasis, Enterobiasis, infeksi cacing tambang, Trichuriasis
→ Umur 1-2 tahun: 200 mg sebagai dosis tunggal
→ Umur >2 tahun: sama dengan dosis dewasa
→ Dosis maksimal: 200 mg

⇔ Clonorchiasis, Opisthorchiasis
→ Umur > 2 tahun: sama dengan dosis dewasa

⇔ Infeksi cacing pita
→ Umur > 2 tahun: sama dengan dosis dewasa

⇔ Giardiasis
→ Umur 1-12 tahun: 400 mg satu kali sehari dalam perut kosong selama 5 hari
→ Dosis maksimal: 400 mg per hari; 2000 mg selama 5 hari

Efek Samping Albendazole

Beberapa efek samping albendazole berikut memerlukan pertolongan medis segera[4]:

  • Demam
  • Feses berwarna gelap
  • Gusi berdarah
  • Darah dalam urin atau feses
  • Sakit pada dada
  • Menggigil
  • Batuk
  • Urinasi terasa sakit atau sulit
  • Bintik-bintik merah di kulit
  • Perlukaan pada tenggorokan
  • Perlukaan, ulserasi, atau bintik putih pada bibir dan mulut
  • Kelenjar membengkak
  • Pendarahan atau bruising (memar) tidak biasa
  • Lemas atau lelah berlebih
  • Kulit melepuh, bruising, atau mengendur
  • Penglihatan kabur
  • Urin gelap
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Gatal
  • Sakit pada sendi atau otot
  • Mata merah atau iritasi
  • Kejang-kejang
  • Sakit perut terus menerus
  • Dada sesak
  • Muntah
  • Kulit atau mata berwarna kuning

Berikut beberapa efek samping albendazole yang memerlukan pertolongan medis jika berlangsung lama atau terus menerus[4]:

  • Sakit perut
  • Mual
  • Pusing
  • Rambut rontok
  • Tidak bertenaga

Info Efek Samping Albendazole untuk Tenaga Kesehatan:[4]

  • Hepatis
    • Sangat umum (10% atau lebih): peningkatan enzim-enzim hati (hingga 16%)
    • Frekuensi tidak dilaporkan: hepatotoksisitas, abnormalitas hepatic, penyakit kuning, kerusakan hepatoseluler
    • Laporan paska pemasaran: gagal fungsi hati akut
  • Sistem Saraf
    • Sangat umum (10% atau lebih): sakit kepala (hingga 11%)
    • Umum (1% hingga 10%): peningkatan tekanan intracranial, pusing, masalah neurologis
    • Tidak umum (0,1% hingga 1%): vertigo, gejala meningeal
    • Laporan paska pemasaran: kantuk, kejang
  • Gastrointestinal
    • Umum (1% hingga 10%): sakit perut/epigastrik, mual, muntah, gejala gastrointestinal bagian atas, gangguan gastrointestinal
    • Tidak umum (0,1% hingga 1%): diare
    • Jarang (kurang dari 0,1%): pancreatitis
  • Dermatologis
    • Umum (1% hingga 10%): alopesia reversible (penipisa rambut, rambut rontok sedang)
    • Tidak umum (0,1% hingga 1%): gatal, ruam kulit
  • Lain-lain
    • Umum (1% hingga 10%): demam, hiperpireksia
    • Lapora paska pemasaran: asthenia
  • Hematologis
    • Laporan paska pemasaran: anemia aplastik, supresi sumsum tulang, neutropenia
  • Hipersensitif
    • Tidak umum (0,1% hingga 1%): Reaksi hipersensitif (meliputi ruam, pruritus, urtikaria)
  • Okuler
    • Jarang (kurang dari 0,1%): makulopati okuler
    • Frekuensi tidak dilaporkan: kerusakan retina
    • Laporan paska pemasaran: penglihatan kabur
  • Muskuloskeletal
    • Jarang (kurang dari 0,1%): sakit tulang
    • Laporan paska pemasaran: rhabdomyolisis
  • Genitouriner
    • Jarang (kurang dari 0,1%): proteinuria
  • Ginjal

Detail Albendazole

Untuk mengetahui cara penyimpanan, cara kerja, interaksi dengan obat lain, interaksi dengan makanan dan overdosis albendazole berikut informasinya[1]:

Penyimpanan → Simpan antara 20-25°C
→ Lindungi dari cahaya
Cara Kerja Deskripsi: Albendazole, suaru derivat benzimidazole, adalah obat antihelmintik yang menghambat pembentukan mikrotubulus dengan berikatan pada sisi sensitif colchicine dari β-tubulin mengakibatkan pengurangan mikrotubulus yang mengarah pada decline pengambilan glukosa dan fungsi absorptid dan deplesi penyimpanan glukogen oleh bentuk dewasa dan larva dari parasit. Kekurangan glukosa menyebabkan kekurangan ATP yang mengakibatkan kematian parasit.
Farmakokinetik:
→ Absorpsi: Diserap dengan rendah dalam saluran gastrointestinal.
→ Waktu konsentrasi puncak serum: 2-5 jam untuk metabolit
→ Distribusi: Didistribusikan secara meluas ke seluruh tubuh termasuk ke dalam urin, empedu, hari, dinding kista, cairan kista, dan cairan cerebrospinal. Memasuki ASI.
→ Pengikatan protein plasma: 70%
→ Metabolisme: Mengalami metabolisme meluas hepatik jalur pertama melalui sulfooksidasi cepat menjadi albendazole sulfoksida (metabolit primer)
→ Ekskresi: Terutama melalui urin (<1% sebagai metabolit aktif); melalui feses
→ Paruh waktu eliminasi: 8-12 jam (albendazole sulfoksida)
Interaksi dengan obat lain → Dapat meningkatkan konsentrasi plasma dengan cimetidine, dexamethasone dan praziquantel
→ Dapat meningkatkan konsentrasi serum degan carbamazepine, ritonavir, phenobarbital, dan phenytoin
Interaksi dengan makanan → Meningkatkan konsentrase serum dengan makanan berlemak
→ Dapat meningkatkan konsentrasi sirup dengan buah anggur atau jus anggur

Pertanyaan Seputar Albendazole

Apakah albendazole aman untuk ibu hamil?

Obat albendazole termasuk kategori C dalam kehamilan, sehingga berpotensi membahayakan janin. Penggunaan hanya dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter. Dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang efektif  selama pengobatan dan setidaknya selama 3 hari setelah dosis terakhir[4].

Bagaimana cara konsumsi albendazole yang benar?

Obat ditelan dalam tablet utuh. Jika kesulitan menelan obat dapat dihancurkan atau dikunyah dan diminum bersama segelas air[4].

Apa saja yang harus dihindari ketika menerima pengobatan albendazole?

Hindari dekat atau kontak langsung dengan orang sakit atau orang yang terkena infeksi tertentu. Hindari konsumsi buah anggur dan makanan berlemak [4].

Bagaimana jika terlewat satu dosis albendazole?

Segera minum dosis setelah ingat. Tapi jika hampir waktu untuk dosis berikutnya sebaiknya dosis yang terlupa dilewatkan. Hindari mengkonsumsi dua dosis bersamaan [4].

Contoh Obat (Merek Dagang) Albendazole

Berikut beberapa obat dengan kandungan albendazole [3, 4]:

Brand Merek Dagang
Albenza
Helben
Vermic

1. Anonim. Diakses 2020. MIMS. Albendazole.
2. Anonim. Diakses 2020. WebMD. Albendazole.
3. Anonim. Diakses 2020. Pusat Informasi Obat Nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Albendazol.
4. Cerner Multum. 2019. Drugs com. Albendazole.
5. Anonim. Diakses 2020. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites-Echinococcosis.
6. Anonim. Diakses 2020. Centers for Disease Control and Prevention. Neurocysticercosis A Leading Cause of Acquired Epilepsy Worldwide.
7. Amanda Delgado. 2019. Healthline. Hookworm Infections.
8. Anonim. Diakses 2020. The Global Health Primer Emory University. What is Ascaris and Truchuriasis?
9. Anonim. Diakses 2020. Centers for Disease Control and Prevention. Enterobiasis.
10. Anonim. Diakses 2020. WebMD. Tapeworms in Humans.
11. Philip J. Rosethal. 2020. AccessMedicine – Internal Medicine Clinical Resource. Chlonorchiasis & Ophisthorchiasis.
12. David T Robles. 2018. Emedicine Medscape. Cutaneous Larva Migran.

Share