Candu termasuk tanaman bahan baku narkotika yang memiliki peran penting sebagai obat dalam dunia kesehatan.
Berdasarkan penelitian, candu telah digunakan sejak lama bahkan pada zaman neolitikum, zama perunggu dan zaman batu. Bangsa Sumeria diduga menjadi bangsa pertama yang membudidayakan candu di Mesopotamia pada 3400 SM yang lalu. [11]
Daftar isi
Candu merupakan bagian dari suku Papaveraceae dan memiliki nama latin Papaver somniferum L. Bagian dari tanaman ini yang digunakan sebagai herbal adalah buah, biji dan getah. Selain candu, tanaman ini biasa disebut sebagai opium poppy atau white poppy.
Candu dikenal karena khasiat dari metabolit sekundernya sebagai penghilang nyeri. Opium, morfin, codeine dan heroin merupakah hasil dari getah buah candu. Candu yang mengandung opium banyak dibudidayakan di India untuk perkembangan Ayurveda.
Beberapa spesies candu tidak berbahaya dan memiliki bunga yang indah sehingga kerap digunakan sebagai ornamen atau tanaman hias. Dari sebanyak 70-100 varietas candu, ada tiga varietas utama yang sering digunakan yaitu :
Candu merupakan tanaman annual yang memiliki tinggi 1-5 m. Tanaman ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi sekitar 500 m di atas permukaan laut.
Candu menghasilkan dua produk berupa opium dan biji. Biji dari candu tidak mengandung alkaloid dan biasanya digunakan untuk makanan dan kosmetika. [1]
Biji candu kering, putih, berwarna abu-abu atau abu-abu kehitaman, panjangnya ± 1,25 m, rasanya manis atau berminyak dengan bau yang tidak enak. [1]
Opium mentah didapatkan dengan cara menggores buah candu yang akan masak, getah kental berwarna putih yang keluar kemudian dibiarkan mengering hingga berubah warna menjadi coklat. Opium mentah ini memiliki rasa pahit.
Menurut UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tanaman candu dan semua bagiannya termasuk buah dan jeraminya kecuali bijinya adalah termasuk narkotika. Candu hanya boleh dimanfaatkan untuk kepentingan kesehatan, penelitian atau pendidikan dengan mendapat izin dari Menteri Kesehatan.
Para ilmuwan telah menemukan 2500 komponen senyawa dalam candu yang dapat digunakan pada industri farmasi. Beberapa senyawa tersebut dapat dibuat secara sintesis kecuali beberapa alkaloid dalam golongan Phenanthredene (Morfin, Kodein, Thebain), Benzylisoquinilone (Papaverine) dan Phthalideisoquinilone (Narcotine). [22]
Beberapa golongan alkaloid yang terdapat dalam candu yaitu:
Karena kegunaannya sebagai toksin herbivora dan obat, alkaloid menjadi kandungan metabolit sekunder paling penting dalam tanaman ini. Senyawa lain yang terdapat dalam candu adalah sangunarine, berberine dan (+)-tubocurarine. [5]
Abu dari candu mengandung senyawa sebagai berikut:
Senyawa | Jumlah (%) |
Kalsium (Ca) | 7,79 |
Phosphorus (P) | 7,52 |
Kalium (K) | 28,04 |
Natrium (Na) | 0,78 |
Magesium (mg) | 0,69 |
Sulphur (S) | 4,67 |
Besi + Aluminium | 5,17 |
Karbondioksida | 1,18 |
Pasir dan Silica | 20,13 |
Beberapa asam yang terkandung dalam candu adalah sebagai berikut:
Kandungan lain dari candu adalah protein, asam lemak bebas, caoutchous, lilin coklat, minyak atsiri, dekstrosa, pectin, amonia dan beberapa enzim seperti protease, oxydase, maltase dan urease. [1]
Sementara setiap 100 gram biji candu mengandung senyawa sebagai berikut [7]:
Senyawa | Jumlah | Satuan |
Kalori | 2198 | kJ |
Karbohidrat Total | 28,1 | g |
Lemak Total | 41,6 | g |
Protein | 18 | g |
Vitamin C | 1,0 | mg |
Vitamin E (α-tokoferol) | 1,8 | mg |
Thiamin | 0,9 | mg |
Riboflavin | 0,1 | mg |
Niacin | 0,9 | mg |
Vitamin B6 | 0,2 | mg |
Folate | 82,0 | mcg |
Panthothenic Acid | 0,3 | mg |
Choline | 8,8 | mg |
Betaine | 0,9 | mg |
Kalsium (Ca) | 1438 | mg |
Zat Besi (Fe) | 9,8 | mg |
Magnesium (Mg) | 347 | mg |
Phoshorus (P) | 870 | mg |
Kalium (K) | 719 | mg |
Natrium (Na) | 26 | mg |
Zinc (Zn) | 7,9 | mg |
Tembaga (Cu) | 1,6 | mg |
Mangan (Mn) | 6,7 | mg |
Selenium (Se) | 13,5 | mcg |
Fitosterol | 89,0 | mg |
Air | 5,9 | g |
Abu | 6,4 | g |
Candu merupakan tanaman obat yang kaya manfaat. Berikut beberapa manfaat dari tanaman candu:
Alkaloid dari candu telah digunakan dalam dunia medis sebagai pereda nyeri. Morfin dan kodein masuk dalam golongan opioid analgesik. Senyawa ini bekerja dengan cara menghambat kanal kalsium sehingga senyawa P penyebab nyeri tidak dirilis. [19]
Noscapine merupakan salah satu jenis alkaloid non-adiktif yang terkandung dalam buah candu. Alkaloid ini dapat menghambat pertumbuhan tumor tanpa menimbulkan efek toksik pada sel hidup normal. [6]
Ekstrak dari candu memiliki efek sitotoksik pada beberapa sel kanker seperti kanker leher rahim, kanker kolon dan tumor otak. Pada kosentrasi tinggi, ekstrak candu mengandung alkaloid yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. [17]
Jenis alkaloid yang mempunyai peran dalam melawan sel kanker adalah noscapine, codeinone dan morfin. [17]
Noscapine berinteraksi dengan α-tubulin dan bersifat anti angiogenetik. Codeinone, produk oksidatif dari kodein juga memiliki efek apoptosis melalui fragmentasi DNA. Sedangkan morfin bekerja sebagai anti kanker dengan cara berinteraksi dengan NF-κB. [17]
Kandungan kodein dari ekstrak candu telah dimanfaatkan sebagai obat antitusif untuk meredakan batuk. Efeknya terhadap reseptor µ-opiod dan k-opioid pada sistem saraf pusat dapat menjelaskan efek antitusif dari tanaman ini. Jika pengobatan lain sudah tidak mempan, opioid dari candu dapat digunakan untuk mengatasi batuk yang parah. [11]
Kandungan kodein dari buah candu seringkali digunakan untuk mengatasi diare akut. Kodein dapat menghambat motilitas usus dan menurunkan volume feses dengan cara meningkatkan waktu kontak cairan luminal dengan sel mukosa sehingga feses akan terdehidrasi. [15,16]
Ekstrak alkaloid dari candu terbukti efektif dalam melawan bakteri patogen seperti Pseduomonas aeroginosa, Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Klaebsiella pneumoniae dan jamur patogen Candida albicans. [9]
Selain itu, candu juga memiliki potensi dalam melawan bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis sehingga bisa digunakan dalam sediaan topikal antijerawat. [10]
Kandungan sanguinarine dalam candu juga telah terbukti memiliki aktivitas sebagai antimikroba. [5]
Minyak biji candu kaya akan linoleat dan asam linoleat. Asam oleat merupakan asam lemak jenuh tunggal yang bekerja dengan cara menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). [14]
Selain itu, biji candu mengandung vitamin C, Vitamin B1, B2, Vitamin E, serat dan kalsium yang dapat menurunkan resiko katarak dan penyakit jantung. [14]
Papaverine dalam candu bersifat spasmolitik yang dapat merelaksasikan otot polos pada sistem pencernaan. Papaverine juga dapat menjadi vasodilator (melebarkan pembuluh darah) pada angina dan infark miokardiak. [11]
Selain papaverine, candu mengandung (+)-tubocurarine yang turut memiliki efek relaksasi otot. [5]
Biji candu dapat digunakan sebagai sumber antioksidan. Bijinya mengandung senyawa aktif seperti vitamin C dan E yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. [4]
Turunan papaverine dari tanaman candu memeliki kemiripan struktur dengan penghambat Protein Tyrosine Phosphatase 1B (PTP1B) pada manusia, berberine.
Karena kemiripin ini, papaverine menjadi senyawa yang memiliki aktivitas untuk menghambat PTP1B sehingga dapat mejadi terapi pengobatan Diabetes Mellitus tipe 2 dengan cara memperbaiki resistensi insulin dan menurunkan kadar gula puasa. [12]
Candu merupakan tanaman sedatif yang dapat digunakan sebagai obat penenang pada insomnia. Buah candu memiliki dapat digunakan sebagai tonik tubuh, diuretik, terapi pengobatan demam, sakit kepala, anemia, disentri dan konjungtivitis. [1]
Candu mengandung berbagai senyawa alkaloid yang bersifat narkotik. Beberapa efek samping yang telah dilaporkan dari penggunaan candu adalah sebagai berikut:
Aktivasi pada reseptor µ oleh morfin dan kodein yang terdapat di dalam candu dapat menyebabkan terjadinya supresi pernafasan yang dapat menyebabkan kematian. [20]
Beberapa alkaloid dalam candu, selain memiliki efek analgesik juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti konstipasi dan dipepsia. Aktivitas ini berkaitan dengan pengaktifan reseptor µ yang ada di pencernaan. [3]
Penyalahgunaan atau dosis yang berlebihan saat mengkonsumsi candu dapat menyebabkan overdosis. Overdosis candu dapat menimbulkan gejala seperti pruritus, vertigo, cegukan, gangguan penglihatan, sulit bernafas, warna kulit kekuningan atau menggelap, bibir dan muka pucat, rasa kantuk yang parah dan tidak mampu berbicara.
Gejala ini dapat berkembang menjadi gangguan pernafasan, keringat dingin hingga menyebabkan kematian. Menurut Avicenna, dosis lethal dari candu yaitu sebesar 7 g[11].
Biji candu dapat menimbulkan reaksi alergi bagi beberapa orang, namun hal ini jarang terjadi. Biji candu aman dikonsumsi secara oral dan sebaiknya tidak dikonsumsi dalam jumlah besar karena dapat menyebabkan usus buntu. [21]
Meminum teh biji candu tidak disarankan karena teh biji candu dibuat dengan cara direndam dalam air, permukaan biji candu dapat mengandung morfin yang akan larut dalam air. Sehingga bisa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. [18]
Penderita yang mengalami edema, pembekuan darah pada sistem saraf pusat, paru-paru bengkak, anak anak dan lansia sebaiknya tidak mengkonsumsi candu.
Berikut ini merupakan beberapa cara konsumsi candu:
Getah yang berasal dari torehan buah yang belum masak dan dikeringkan hinga bewarna kecoklatan akan menjadi opium mentah. Opium mentah kemudian diekstraksi dengan air hingga didapatkan ekstrak kering, ekstrak kering ini kemudian diproses lebih lanjut hingga menjadi ekstrak opium yang mengandung morfin. Morfin ini kemudian digunakan sebagai obat analgesik.
Opium direndam menggunakan alkohol, tingtur dari opium ini mengandung 1,0 % morfin dan berguna sebagai analgesik-narkotik. [8]
Biji candu dapat digunakan dengan cara ditaburkan diatas kue atau dessert dan minyak bijinya digunakan sebagai pelengkap pada salad atau makanan lainnya.
Minyak biji candu didapat dengan cara ekstraksi dengan CO2 atau cold-pressing menggunakan tekanan untuk merilis minyaknya, proses ini dilakukan tanpa panas. Minyak biji candu mengandung berbagai vitamin dan asam lemak bebas yang menyehatkan jika dikonsumsi.
Selain itu, candu dapat dihisap atau dimakan mentah secara langsung. Penggunaan candu sangat terbatas karena penggunaannya diatur dalam undang-undang.
Saat ini opium dari candu banyak dikembangkan dalam industri obat dan diproduksi dalam bentuk sediaan oral, topikal, sirup dan bahkan tetes telinga.
Untuk penyimpanan candu sebaiknya [13]:
Meski memiliki banyak manfaat kesehatan, tanaman ini termasuk dalam golongan narkotika dapat menyebabkan ketergantungan. Perlu berkonsultasi kepada dokter terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi agar terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.
1. Masihuddin, M.A Jafri, Aisha Siddiqui & Shahid Chaudhary. Traditional Uses, Phytochemistry and Pharmacological Activities of Papaver somniferum with Special Reference of Unani edicine: An Updated Review. 8 (5): 110-114. Journal of Drug Delivery & Theraupetics; 2018.
2. D. Mani & S.S Dhawan. Scientific Basis of Therapeutic Uses of Opium Poppy (Papaver somniferum) in Ayurveda. India. Researchgate; 2014.
3. Kordula Lang-Illievich & Helmar Bornemann-Cimenti. Opioid-induced constipation: a narrative review of therapeutic options in clinical management. KJP; 2019.
4. Erik Krosiak, Tibor Maliar, Peter Nemecek & Jana Viskupicova. Antioxidant and Proteinase Activities of Selected Poppy (Papaver somniferum L.) Genotypes. Chemistry & Biodiversity. 2017.
5. Fabiana Labanca, Jaroslava Ovesna & luigi Milella. Papaver somniferum L. Taxonomy, uses and new insight in poppy alkaloid pathways. Phytochem; 2018.
6. Ibrahim Bulduk & Fulya Taktak. Isolation and Characterization of Antitumor Alkaloid from Poppy Capsules (Papaver somniferum). Journal of Chemsitry; 2013.
7. USDA National Nutrient Database for Standard Reference. Release 21. US. 2008
8. Nanizar Zaman Joenoes. Ars Prescribendi 2 edisi 2: Resep yang rasional.
9. Shahid Shah Chaudhary, Mohd Tarid, Roohi Zaman & Shaikh Imtiyaz. The In Vitro Anti-Acne Activity Of Two Unani Drugs. 33 (1): 35-8. Anc Schi Life; 2013.
10. Ahmad Ismaili, Seyyed Mohsen Sohrabi, Mojgan Azadpour, Rouholla Heydari & Marzieh Rashidipour. Evaluation of the Antimicrobial Activity of Alkaloid Extracts of Four Papaver Species. 2 (4): 146-52. Herbal Medicines Journal; 2017.
11. Mojtaba Heydari, Mohammad Hashem Hashempur & Arman Zargaran. Medicinal Aspects of Opium as Described in Avicenna’s Canon of Medicine. 11 (1): 101-112. Pregledni clanak; 2013.
12. Y. Bustanji, M. O. Taha, I. M. Al-masri, & K. Mohammad, Docking Simulations and In Vitro Assay Unveil Potent Inhibitory Action of Papaverine Against Protein Tyrosine Phosphatase 1B, 32 (4): 640-645. Biological & Pharmaceutical Bulletin; 2009.
13. Republik Indonesia. UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Sekretariat Negara; Jakarta.
14. Paul Virginia. Utilization of Poppy Seeds (Papaver somniferum) and Sesame seeds (Sesamum- indicum) for Development of Nutria enriched snacks. 27 (1). Indian Journal of Community Health; 2015.
15. WHO 18th Expert Commitee on the Selection and Use of Essential Medicines. Section 17.5.3 Antidiarrhoeal (symptomatic) medicines in adult. 2011.
16. Lawrence R. Schiller, Glenn R. Davis, Carol A. Santa Ana, Stephen G. Morawski & John S. Fordtran. Studies of the Mechanism of the Antidiarrheal Effect of Codeine. 70 (5): 999-1008. J Clin Invest: 1982.
17. Done Asli Guler, Ali Aydin, Mesut Koyuncu, Iskender Parmaksiz & Saban Tekin. Anticancer Activity of Papaver somniferum L. 2016.
18. K Braye, T Harwood, R Inder, R Beasley & G Robinson. Poppy seed tea and opiate abuse in New Zealand. 26 (2): 215-219. Drug Alcohol Rev; 2007.
19. Brandon Cohen, Leigh J. Ruth & Charles V Preuss. Opioid analgesics. 2020.
20. Rutger van der Schier, Margot Roozekrans, Monique van Velzen, Albert Dahan & Marieke Niesters. Opioid-induced respiratory depression: reversal by non opioid drugs. 2014.
21. S S Bachinskii. Rare case of intestinal obstruction in a child. (11): 86-87. 1974.
22. Brij Kishore Mishra, Anu Rastogi, Ameena Siddiqui, Mrinalini Srivastava, Nidhi Verma, Rawli Pandey, Naresh Chandra Sharma & Sudhir Shukla. Opium Poppy: Genetic Upgradation Through Intervention of Plant Breeding Techniques. INTECH; 2013.