Daftar isi
Hiperfosfatemia adalah sebuah kondisi ketika kadar fosfat di dalam tubuh lebih dari normal atau di atas batas wajar sehingga berdampak buruk bagi kesehatan jantung maupun tulang [1,2,3,7].
Agar proses metabolisme di dalam tubuh manusia dapat berjalan dengan maksimal dan sempurna, berbagai jenis mineral dalam tubuh perlu dalam kadar yang normal untuk nectarleaf.eu mendukung fungsi tubuh tersebut.
Di dalam tubuh orang dewasa usia 18 tahun ke atas, kadar normal fosfat adalah 2,5 hingga 4,5 mg/dL sehingga tidak boleh berlebihan apalagi kurang dari kadar tersebut.
Tinjauan Hiperfosfatemia merupakan kondisi ketika kadar fosfat dalam darah terjadi peningkatan sehingga lebih dari kadar normalnya see. Hal ini mampu mengakibatkan gangguan serius pada tulang maupun jantung.
Fosfat tak hanya berfungsi menjaga dan meningkatkan kesehatan serta kekuatan gigi dan tulang.
Fosfat adalah mineral penting untuk kinerja kontraksi otot dan fungsi saraf.
Ginjal adalah organ yang mengatur kadar fosfat dan bila sampai di dalam tubuh terdapat kelebihan fosfat, biasanya akan dibuang bersama keluarnya urine ketika buang air kecil.
Namun ketika ginjal mengalami gangguan, sisa fosfat berlebih di dalam tubuh tidak akan dapat dibuang sehingga hal inilah yang menjadi penyebab utama hiperfosfatemia [1].
Karena tak dapat dibuang, otomatis penumpukan fosfat terjadi berlebihan di dalam darah.
Namun selain karena gangguan kesehatan ginjal, beberapa faktor lain berikut ini dapat menjadi penyebab terjadinya hiperfosfatemia [1,2,3,6] :
Tinjauan - Penyebab hiperfosfatemia pada umumnya adalah kondisi fungsi ginjal yang tidak berfungsi maksimal sehingga pembuangan sisa fosfat oleh ginjal tidak terjadi. Sebagai akibatnya, penumpukan fosfat terjadi dalam darah. - Konsumsi makanan olahan, diet tinggi protein, persiapan kolonoskopi, penyakit diabetes, ketoasidosis diabetik, infeksi hingga cedera pada ginjal dapat menjadi faktor risiko.
Rata-rata kasus hiperfosfatemia tidak menunjukkan gejala yang begitu jelas dan bahkan kebanyakan penderita penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun.
Namun ketika seseorang mengalami penyakit ginjak kronik, hal ini akan berpengaruh pada kadar fosfat yang tinggi untuk menurunkan secara drastis kadar kalsium dalam darah.
Bila hipokalsemia terjadi, beberapa gejala yang menandakan kadar kalsium terlalu rendah antara lain adalah [1,4,5] :
Namun bila hiperfosfatemia memiliki kaitan dengan penyakit diabetes, maka ada kemungkinan gejala-gejala diabetes akan timbul.
Tinjauan Hiperfosfatemia umumnya tidak menimbulkan gejala, namun bila pun sampai timbul gejala maka biasanya meliputi ruam dan gatal pada kulit, osteomalasia, anoreksia, kelemahan otot serta tulang, kram otot, nyeri tulang dan sendi, serta area mulut kebas atau kesemutan.
Karena pada banyak kasus hiperfosfatemia tidak menimbulkan gejala, diagnosa penyakit ini menjadi lebih sulit.
Namun bila beberapa gejala yang telah disebutkan mulai nampak atau dirasakan, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Beberapa metode diagnosa yang dokter terapkan untuk dapat memastikan hiperfosfatemia dan menentukan pengobatannya antara lain :
Dokter tak hanya memeriksa fisik pasien, tapi juga akan memberikan sejumlah pertanyaan terkait gejala yang pernah dialami [7].
Dokter juga perlu tahu apa saja riwayat medis pasien serta keluarga pasien jika ada untuk membuat diagnosa awal.
Tak hanya bertujuan mengetahui penyebab pasti hiperfosfatemia agar dapat menentukan penanganan yang tepat, pemeriksaan ini bertujuan pula mengetahui kadar fosfat dalam darah pasien [1,2,3,7].
Konsentrasi serum fosfat normal berada pada angka 2,4 dan 4,5 mg/dL. Dari hasil pemeriksaan ini, faktor penyebab hiperfosfatemia yang paling umum salah satunya adalah ketoasidosis diabetik.
Pemeriksaan dianggap selesai ketika dari proses diagnosa menunjukkan apakah pasien mengalami sirosis hati yang berhubungan dengan alkoholisme.
Pasien akan diminta oleh dokter untuk mengambil sampel urine dan menyimpannya selama 24 jam sebelum dibawa ke dokter untuk diperiksa [1,7].
Tes urine juga merupakan salah satu cara mendeteksi kadar fosfat yang terbuang melalui urine.
Tes penunjang lainnya yang kemungkinan diperlukan adalah sinar-X atau rontgen [1].
Dokter akan meminta pasien menempuh metode ini apabila gejala gangguan mineral dan tulang ditemukan.
Metode diagnosa dengan sinar-X bertujuan utama untuk memeriksa apakah terjadi perubahan pada struktur dan bentuk tulang pasien.
Selain itu, sinar-X dapat diterapkan untuk menunjukkan simpanan kalsium pada pembuluh vena maupun organ dalam tubuh pasien.
Tinjauan Metode diagnosa hiperfosfatemia meliputi pemeriksaan fisik dan riwayat medis, sinar-X, tes urine, serta pemeriksaan konsentrasi serum fosfat.
Penanganan hiperfosfatemia ditentukan oleh tingkat keparahan gejala serta kondisi medis yang berkaitan dengan kondisi ini.
Pada kondisi ginjal yang mengalami kerusakan, penderita dapat menurunkan kadar fosfat dalam darah yang terlalu tinggi dengan melakukan diet rendah fosfat [1,3].
Tidak hanya itu, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan yang akan menurunkan kadar fosfat yang diserap oleh usus sehingga gejala mereda.
Jenis obat yang umumnya diberikan oleh dokter agar fosfat yang diserap oleh suus berkurang adalah lanthanum, calcium carbonate, calcium acetate, serta sevelamer hydrochloride.
Jika memang diperlukan, dokter akan merekomendasikan dialisis atau cuci darah bagi penderita penyakit ginjal kronik karena fosfat dalam darah sudah terlalu berlebihan.
Pada kondisi diabetes yang tak lagi dapat dikontrol, diet rendah kalori atau diet lainnya (konsultasikan hal ini dengan dokter maupun ahli nutrisi) agar mampu mengatasinya [6].
Suntik insulin secara rutin hingga olahraga rutin juga biasanya dianjurkan untuk perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.
Untuk pasien hiperfosfatemia yang menderita hipoparatiroidisme, maka biasanya dokter akan memberikan suplemen mineral yang dibutuhkan [8,9].
Diet rendah fosfor dan tinggi kalsium juga sangat dianjurkan untuk menjaga normal dan stabilnya kadar fosfat.
Diet rendah fosfor artinya menghindari makanan-makanan yang mengandung fosfor tinggi, seperti halnya daging olahan, makanan beku, minuman bersoda, daging merah, susu, produk cemilan kemasan, roti, keju olahan, dan juga segala makanan maupun minuman berbahan pengawet.
Tinjauan Pengobatan hiperfosfatemia umumnya disesuaikan dengan tingkat keparahan dan juga kondisi medis yang melandasinya. Namun pemberian obat-obatan penurun kadar fosfat serta perubahan gaya hidup (diet sehat) merupakan penanganan terbaik kondisi ini.
Beberapa jenis kondisi komplikasi yang sangat mungkin terjadi ketika kadar kalsium terlalu rendah karena kadar fosfat yang terlalu tinggi adalah [1,8] :
Terdapat berbagai cara untuk menurunkan risiko hiperfosfatemia.
Karena merupakan dampak dari penyakit ginjal kronik, maka menjaga kesehatan ginjal dan memperlambat kerusakan ginjal adalah cara terbaik.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat diterapkan untuk melindungi kondisi ginjal [3,9,10] :
Tinjauan Menjaga kesehatan ginjal, memeriksakan kesehatan rutin, dan segera menangani bila terjadi masalah pada ginjal adalah bentuk pencegahan hiperfosfatemia yang paling dianjurkan.
1. Rajeev Goyal & Ishwarlal Jialal. Hyperphosphatemia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Kadek Dwi Yasinta Hermayanti. Gambaran Asupan Kalsium dan Fosfor pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Rawat Jalan yang Menjalani Hemodialisa dan Non Hemodialisa di RSUD Badung Mangusada. Repository Politeknik Kesehatan Denpasar; 2018.
3. Akram M. Askar, MRCPI, SSC. Hyperphosphatemia. Saudi Medical Journal; 2015.
4. Sara A. Combs, MD, J. Pedro Teixeira, MD, & Michael J. Germain, MD. Pruritus in Kidney Disease. HHS Public Access; 2017.
5. O B Bonne & E Gur, E M Berry. Hyperphosphatemia: an objective marker for bulimia nervosa? Comprehensive Psychiatry; 1995.
6. Rameez Imtiaz, Steven Hawken, Brendan B. McCormick, Simon Leung, Swapnil Hiremath, & Deborah L. Zimmerman. Diabetes Mellitus and Younger Age Are Risk Factors for Hyperphosphatemia in Peritoneal Dialysis Patients. Nutrients; 2017.
7. David E. Leaf, MD & Myles Wolf, MD, MMSc, A Physiologic–Based Approach to the Evaluation of a Patient With Hyperphosphatemia. HHS Public Access; 2017.
8. Ahmed M. Shaman and Stefan R. Kowalski. Hyperphosphatemia Management in Patients with Chronic Kidney Disease. Saudi Pharmaceutical Journal; 2016.
9. The Council on Renal Nutrition. Phosphorus and Your Diet. National Kidney Foundation; 2019.
10. Marc G Vervloet & Adriana J van Ballegooijen. Prevention and treatment of hyperphosphatemia in chronic kidney disease. Kidney International; 2018.