Penyakit & Kelainan

Hiperfosfatemia : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Hiperfosfatemia?

Hiperfosfatemia adalah sebuah kondisi ketika kadar fosfat di dalam tubuh lebih dari normal atau di atas batas wajar sehingga berdampak buruk bagi kesehatan jantung maupun tulang [1,2,3,7].

Agar proses metabolisme di dalam tubuh manusia dapat berjalan dengan maksimal dan sempurna, berbagai jenis mineral dalam tubuh perlu dalam kadar yang normal untuk nectarleaf.eu mendukung fungsi tubuh tersebut.

Di dalam tubuh orang dewasa usia 18 tahun ke atas, kadar normal fosfat adalah 2,5 hingga 4,5 mg/dL sehingga tidak boleh berlebihan apalagi kurang dari kadar tersebut.

Tinjauan
Hiperfosfatemia merupakan kondisi ketika kadar fosfat dalam darah terjadi peningkatan sehingga lebih dari kadar normalnya see. Hal ini mampu mengakibatkan gangguan serius pada tulang maupun jantung.

Fakta Tentang Hiperfosfatemia

  1. Menurut hasil penelitian, prevalensi hiperfosfatemia adalah 12% dari seluruh pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit, khususnya perawatan tersier (tidak termasuk pasien penyakit ginjal stadium akhir, pasien yang belum diukur kadar fosfatnya, serta pasien yang mengalami cedera ginjal akut) [1].
  2. Prevalensi hiperfosfatemia jauh lebih tinggi (50-74%) pada pasien penderita penyakit ginjal stadium akhir [1].
  3. Prevalensi risiko hiperfosfatemia pada anak penderita gangguan onkologis yang sudah mendapatkan amfoterisin liposom cukup tinggi, yaitu diketahui mencapai 45% [1].
  4. Di Amerika Serikat, prevalensi penyakit ginjal kronik pada tahun 1999-2004 pernah mencapai 13,1%. Sementara itu, prevalensi penyakit ginjal kronik di Eropa, Jepang dan Australia diketahui mencapai 6-11% yang meningkat per tahunnya sebanyak 5-8%. Hal ini cukup menjadi tanda bahwa prevalensi hiperfosfatemia pun cenderung tinggi [2].
  5. Di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terjadi peningkatan prevalensi gagal ginjal kronik seiring pertambahan usia, khususnya pada rentan usia 35-44 tahun daripada 25-34 tahun [2].
  6. Menurut hasil data Kementerian Kesehatan RI, prevalensi gagal ginjal kronik pada perempuan lebih rendah, yaitu 0,2% sedangkan pada pria lebih tinggi, yaitu 0,3% [2].
  7. Di Indonesia, prevalensi gagal ginjal kronik pada pekerja wiraswasta dan buruh/nelayan/petani 0,3%; pada masyarakat pedesaan 0,3%, dan pada yang tidak bersekolah sebanyak 0,4% [2] [2].
  8. Diketahui dari hasil catatan USRDS (United States Renal Data System) tahun 1993 bahwa meski pemberian pengikat fosfat sudah diberikan pada kurang lebih 80% kasus hiperfosfatemia, prevalensinya masih berada pada angka 53,6% [2].

Penyebab Hiperfosfatemia

Fosfat tak hanya berfungsi menjaga dan meningkatkan kesehatan serta kekuatan gigi dan tulang.

Fosfat adalah mineral penting untuk kinerja kontraksi otot dan fungsi saraf.

Ginjal adalah organ yang mengatur kadar fosfat dan bila sampai di dalam tubuh terdapat kelebihan fosfat, biasanya akan dibuang bersama keluarnya urine ketika buang air kecil.

Namun ketika ginjal mengalami gangguan, sisa fosfat berlebih di dalam tubuh tidak akan dapat dibuang sehingga hal inilah yang menjadi penyebab utama hiperfosfatemia [1].

Karena tak dapat dibuang, otomatis penumpukan fosfat terjadi berlebihan di dalam darah.

Namun selain karena gangguan kesehatan ginjal, beberapa faktor lain berikut ini dapat menjadi penyebab terjadinya hiperfosfatemia [1,2,3,6] :

  • Ketoasidosis diabetik atau kondisi ketika asam keton di dalam darah penderita diabetes terlalu tinggi kadarnya.
  • Diabetes yang tidak terkontrol. Kondisi ini menjadi penyebab kerusakan organ karena terlalu tingginya kadar gula darah yang tak dapat dikendalikan.
  • Kadar vitamin D terlalu tinggi di dalam tubuh.
  • Sel-sel dalam tubuh mengalami kerusakan.
  • Hipoparatiroidisme atau kondisi ketika hormon paratiroid berkadar terlalu rendah di dalam tubuh.
  • Infeksi serius yang menyebar hampir ke seluruh tubuh.
  • Cedera yang membuat otot tubuh rusak.
  • Hipokalsemia atau kondisi ketika kadar kalsium dalam darah terlalu tinggi atau berlebihan.
  • Konsumsi suplemen fosfat setiap hari dalam dosis yang berlebihan atau lebih dari 250 mg per hari.
  • Hipokalemia atau kondisi ketika di dalam tubuh kadar mineral kalium lebih rendah dari seharusnya visit Pokebud.co.
  • Persiapan kolonoskopi; pasien yang hendak menempuh tindakan medis ini biasanya diminta untuk minum obat pencahar yang kandungan fosfornya tinggi, maka kadar fosfat dalam darah otomatis meningkat sebagai dampaknya.
  • Makan makanan olahan; rata-rata produk makanan olahan mengandung fosfor tinggi sebagai bahan pengawet sehingga mengonsumsinya terlalu sering dan berlebihan mampu menjadi penyebab hiperfosfatemia.
  • Diet tinggi protein juga tanpa sadar mampu menjadi penyebab hiperfosfatemia karena kadar fosfor yang lebih tinggi dari kebutuhan normal tubuh si pelaku diet.
Tinjauan
- Penyebab hiperfosfatemia pada umumnya adalah kondisi fungsi ginjal yang tidak berfungsi maksimal sehingga pembuangan sisa fosfat oleh ginjal tidak terjadi. Sebagai akibatnya, penumpukan fosfat terjadi dalam darah.
- Konsumsi makanan olahan, diet tinggi protein, persiapan kolonoskopi, penyakit diabetes, ketoasidosis diabetik, infeksi hingga cedera pada ginjal dapat menjadi faktor risiko.

Gejala Hiperfosfatemia

Rata-rata kasus hiperfosfatemia tidak menunjukkan gejala yang begitu jelas dan bahkan kebanyakan penderita penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun.

Namun ketika seseorang mengalami penyakit ginjak kronik, hal ini akan berpengaruh pada kadar fosfat yang tinggi untuk menurunkan secara drastis kadar kalsium dalam darah.

Bila hipokalsemia terjadi, beberapa gejala yang menandakan kadar kalsium terlalu rendah antara lain adalah [1,4,5] :

  • Muncul ruam pada kulit.
  • Gatal-gatal pada kulit.
  • Area mulut terasa kesemutan atau justru kebas/mati rasa.
  • Nyeri pada sendi maupun tulang.
  • Sering mengalami kram otot.
  • Kelemahan tulang dan otot.
  • Anoreksia atau gangguan makan yang ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap berat badan yang naik sehingga takut makan.
  • Osteomalasia atau kondisi ketika tulang tak dapat mengeras akibat kekurangan kalsium atau vitamin D sehingga risiko patah, retak atau bengkok sangat tinggi.

Namun bila hiperfosfatemia memiliki kaitan dengan penyakit diabetes, maka ada kemungkinan gejala-gejala diabetes akan timbul.

Tinjauan
Hiperfosfatemia umumnya tidak menimbulkan gejala, namun bila pun sampai timbul gejala maka biasanya meliputi ruam dan gatal pada kulit, osteomalasia, anoreksia, kelemahan otot serta tulang, kram otot, nyeri tulang dan sendi, serta area mulut kebas atau kesemutan.

Pemeriksaan Hiperfosfatemia

Karena pada banyak kasus hiperfosfatemia tidak menimbulkan gejala, diagnosa penyakit ini menjadi lebih sulit.

Namun bila beberapa gejala yang telah disebutkan mulai nampak atau dirasakan, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Beberapa metode diagnosa yang dokter terapkan untuk dapat memastikan hiperfosfatemia dan menentukan pengobatannya antara lain :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis

Dokter tak hanya memeriksa fisik pasien, tapi juga akan memberikan sejumlah pertanyaan terkait gejala yang pernah dialami [7].

Dokter juga perlu tahu apa saja riwayat medis pasien serta keluarga pasien jika ada untuk membuat diagnosa awal.

  • Pemeriksaan Konsentrasi Serum Fosfat

Tak hanya bertujuan mengetahui penyebab pasti hiperfosfatemia agar dapat menentukan penanganan yang tepat, pemeriksaan ini bertujuan pula mengetahui kadar fosfat dalam darah pasien [1,2,3,7].

Konsentrasi serum fosfat normal berada pada angka 2,4 dan 4,5 mg/dL. Dari hasil pemeriksaan ini, faktor penyebab hiperfosfatemia yang paling umum salah satunya adalah ketoasidosis diabetik.

Pemeriksaan dianggap selesai ketika dari proses diagnosa menunjukkan apakah pasien mengalami sirosis hati yang berhubungan dengan alkoholisme.

  • Tes Urine

Pasien akan diminta oleh dokter untuk mengambil sampel urine dan menyimpannya selama 24 jam sebelum dibawa ke dokter untuk diperiksa [1,7].

Tes urine juga merupakan salah satu cara mendeteksi kadar fosfat yang terbuang melalui urine.

  • Sinar-X

Tes penunjang lainnya yang kemungkinan diperlukan adalah sinar-X atau rontgen [1].

Dokter akan meminta pasien menempuh metode ini apabila gejala gangguan mineral dan tulang ditemukan.

Metode diagnosa dengan sinar-X bertujuan utama untuk memeriksa apakah terjadi perubahan pada struktur dan bentuk tulang pasien.

Selain itu, sinar-X dapat diterapkan untuk menunjukkan simpanan kalsium pada pembuluh vena maupun organ dalam tubuh pasien.

Tinjauan
Metode diagnosa hiperfosfatemia meliputi pemeriksaan fisik dan riwayat medis, sinar-X, tes urine, serta pemeriksaan konsentrasi serum fosfat.

Pengobatan Hiperfosfatemia

Penanganan hiperfosfatemia ditentukan oleh tingkat keparahan gejala serta kondisi medis yang berkaitan dengan kondisi ini.

  • Pengobatan pada Penderita Penyakit Ginjal

Pada kondisi ginjal yang mengalami kerusakan, penderita dapat menurunkan kadar fosfat dalam darah yang terlalu tinggi dengan melakukan diet rendah fosfat [1,3].

Tidak hanya itu, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan yang akan menurunkan kadar fosfat yang diserap oleh usus sehingga gejala mereda.

Jenis obat yang umumnya diberikan oleh dokter agar fosfat yang diserap oleh suus berkurang adalah lanthanum, calcium carbonate, calcium acetate, serta sevelamer hydrochloride.

Jika memang diperlukan, dokter akan merekomendasikan dialisis atau cuci darah bagi penderita penyakit ginjal kronik karena fosfat dalam darah sudah terlalu berlebihan.

  • Pengobatan pada Penderita Penyakit Diabetes

Pada kondisi diabetes yang tak lagi dapat dikontrol, diet rendah kalori atau diet lainnya (konsultasikan hal ini dengan dokter maupun ahli nutrisi) agar mampu mengatasinya [6].

Suntik insulin secara rutin hingga olahraga rutin juga biasanya dianjurkan untuk perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.

  • Pengobatan untuk Penderita Hipoparatiroidisme

Untuk pasien hiperfosfatemia yang menderita hipoparatiroidisme, maka biasanya dokter akan memberikan suplemen mineral yang dibutuhkan [8,9].

Diet rendah fosfor dan tinggi kalsium juga sangat dianjurkan untuk menjaga normal dan stabilnya kadar fosfat.

Diet rendah fosfor artinya menghindari makanan-makanan yang mengandung fosfor tinggi, seperti halnya daging olahan, makanan beku, minuman bersoda, daging merah, susu, produk cemilan kemasan, roti, keju olahan, dan juga segala makanan maupun minuman berbahan pengawet.

Tinjauan
Pengobatan hiperfosfatemia umumnya disesuaikan dengan tingkat keparahan dan juga kondisi medis yang melandasinya. Namun pemberian obat-obatan penurun kadar fosfat serta perubahan gaya hidup (diet sehat) merupakan penanganan terbaik kondisi ini.

Komplikasi Hiperfosfatemia

Beberapa jenis kondisi komplikasi yang sangat mungkin terjadi ketika kadar kalsium terlalu rendah karena kadar fosfat yang terlalu tinggi adalah [1,8] :

  • Tubuh kejang.
  • Hiperparatiroidisme sekunder (kondisi ketika hormon paratiroid terlalu tinggi).
  • Osteodistrofi ginjal yang masih tergolong penyakit tulang.
  • Penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan kondisi kalsifikasi vaskular berlebih.
  • Bentuk dan struktur tulang yang mengalami kelainan.
  • Nyeri pada tulang hingga patah tulang.
  • Hiperkalsemia dapat terjadi pada pasien hiperfosfatemia karena cedera ginjal akut.
  • Kematian (penyakit ginjal yang sudah sangat parah ditambah dengan kadar fosfat berlebih mampu meningkatkan risiko kematian pada penderitanya, termasuk risiko kematian tinggi karena kalsifikasi vaskular).

Pencegahan Hiperfosfatemia

Terdapat berbagai cara untuk menurunkan risiko hiperfosfatemia.

Karena merupakan dampak dari penyakit ginjal kronik, maka menjaga kesehatan ginjal dan memperlambat kerusakan ginjal adalah cara terbaik.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat diterapkan untuk melindungi kondisi ginjal [3,9,10] :

  • Mengecek kesehatan rutin adalah cara yang tepat untuk meminimalisir penyakit ginjal karena kadar fosfat akan terus terpantau.
  • Mengonsumsi obat hipertensi angiotensin II receptor blockers atau ACE (Angiotensin-Converting Enzyme) inhibitors yang akan menormalkan kembali tekanan darah. Ini karena tekanan darah tinggi akan menjadikan pembuluh darah penyuplai darah dan oksigen ke ginjal melemah.
  • Mengonsumsi diuretik atau pil air karena mengonsumsi cairan secara langsung hanya akan memperburuk kondisi ginjal yang sudah tidak baik. Obat diuretik dapat digunakan sebagai penyeimbang cairan dalam tubuh.
  • Menghindari makanan berpengawet tinggi maupun berfosfat tinggi jika mengalami gangguan ginjal.
  • Menghindari makanan-makanan berkadar fosfat tinggi, terutama pada makanan yang kaya protein seperti selai kacang, susu dan kacang-kacangan jika telah mengalami gangguan pada ginjal.
  • Melakukan konsultasi dengan ahli nutrisi untuk menentukan diet yang tepat sehingga asupan harian baik bagi tubuh dan tidak memperburuk kondisi yang sudah ada.
Tinjauan
Menjaga kesehatan ginjal, memeriksakan kesehatan rutin, dan segera menangani bila terjadi masalah pada ginjal adalah bentuk pencegahan hiperfosfatemia yang paling dianjurkan.

1. Rajeev Goyal & Ishwarlal Jialal. Hyperphosphatemia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Kadek Dwi Yasinta Hermayanti. Gambaran Asupan Kalsium dan Fosfor pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Rawat Jalan yang Menjalani Hemodialisa dan Non Hemodialisa di RSUD Badung Mangusada. Repository Politeknik Kesehatan Denpasar; 2018.
3. Akram M. Askar, MRCPI, SSC. Hyperphosphatemia. Saudi Medical Journal; 2015.
4. Sara A. Combs, MD, J. Pedro Teixeira, MD, & Michael J. Germain, MD. Pruritus in Kidney Disease. HHS Public Access; 2017.
5. O B Bonne & E Gur, E M Berry. Hyperphosphatemia: an objective marker for bulimia nervosa? Comprehensive Psychiatry; 1995.
6. Rameez Imtiaz, Steven Hawken, Brendan B. McCormick, Simon Leung, Swapnil Hiremath, & Deborah L. Zimmerman. Diabetes Mellitus and Younger Age Are Risk Factors for Hyperphosphatemia in Peritoneal Dialysis Patients. Nutrients; 2017.
7. David E. Leaf, MD & Myles Wolf, MD, MMSc, A Physiologic–Based Approach to the Evaluation of a Patient With Hyperphosphatemia. HHS Public Access; 2017.
8. Ahmed M. Shaman and Stefan R. Kowalski. Hyperphosphatemia Management in Patients with Chronic Kidney Disease. Saudi Pharmaceutical Journal; 2016.
9. The Council on Renal Nutrition. Phosphorus and Your Diet. National Kidney Foundation; 2019.
10. Marc G Vervloet & Adriana J van Ballegooijen. Prevention and treatment of hyperphosphatemia in chronic kidney disease. Kidney International; 2018.

Share