Tinjauan Medis : dr. Angelia Chandra
Obesitas atau berat badan berlebih akibat penumpukkan lemak pada tubuh saat ini merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan terutama di Indonesia. Bagaimana tidak, dengan semakin bermunculannya
Obesitas merupakan kondisi ketika tubuh mengalami kelebihan berat badan di mana lemak tubuh terakumulasi terlalu banyak [1,7].
Obesitas pun tergolong masalah medis yang bisa berujung fatal walaupun seringkali tidak dianggap sebagai gangguan kesehatan [1].
Nyatanya, banyak penyakit serius yang berawal dari obesitas yang tidak segera ditangani.
Daftar isi
Obesitas terjadi ketika terjadi penumpukan lemak dalam tubuh, namun terdapat berbagai faktor yang mampu meningkatkan risiko seseorang memiliki kelebihan berat badan.
1. Faktor Genetik
Obesitas umumnya dapat diturunkan dalam suatu keluarga, tak hanya berkaitan dengan gen yang sama, namun juga kecenderungan dalam kebiasaan aktivitas fisik maupun pola makan [1,7].
Orangtua yang memiliki obesitas dapat menurunkannya pada sang anak [3,6].
Hal ini meliputi nafsu makan yang besar, proses pengubahan makanan menjadi energi dalam tubuh, dan kemampuan tubuh dalam membakar kalori [1,7].
2. Faktor Usia
Obesitas memang dapat dialami oleh siapapun tanpa mengenal umur, namun risiko obesitas dapat meningkat seiring usia bertambah tua sebetulnya [6].
Ini karena bertambahnya usia memengaruhi perubahan gaya hidup yang tidak seaktif sewaktu masih muda [1].
Ditambah dengan fakta bahwa massa otot berkurang saat usia bertambah akan mengurangi kecepatan metabolisme, otomatis proses pembakaran kalori pun jadi ikut melambat [7].
3. Kondisi Medis Tertentu
Ada beberapa jenis penyakit yang mampu meningkatkan risiko obesitas, seperti sindrom Cushing dan sindrom Prader-Willi [3,6,7].
Belum lagi peradangan sendi atau arthritis yang akan membuat aktivitas fisik jadi berkurang karena terbatas sehingga mampu menaikkan berat badan [3,6,7]
PCOS atau sindrom polikistik ovarium pada wanita pun akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon reproduksi yang berefek pada kenaikan berat badan [3,6].
Hipotiroid atau kekurangan hormon tiroid pun termasuk kondisi medis yang menyebabkan obesitas [1,7]
4. Obat Tertentu
Penggunaan obat tertentu dapat berujung pada obesitas sebagai efeknya.
Waspadai akan efek samping sejumlah jenis obat seperti obat anti-kejang, antidepresan, antipsikotik, obat diabetes, beta blockers, dan juga obat steroid [1,3].
5. Diet Tinggi Kalori, Lemak dan Gula
Memiliki pola diet tidak sehat adalah salah satu faktor pemicu obesitas. Diet tinggi lemak, kalori, gula dan karbohidrat sementara itu kekurangan serat akan lebih rentan mengalami kegemukan [1,3,6,7].
Seseorang dengan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dan tidak suka makan buah apalagi sayur sangat mudah mengalami obesitas.
6. Makan Porsi Besar
Makanan berporsi besar jika tinggi kalori, karbohidrat, kolesterol, lemak dan gula maka tentu saja otomatis mampu membuat berat badan cepat naik [1,3].
Bila cara makan seperti ini tidak terkontrol, obesitas jadi efeknya cepat atau lambat.
7. Minum Minuman Bersoda atau Bergula Tinggi
Kenaikan berat badan hingga angkanya naik secara berlebihan juga dapat disebabkan dari kebiasaan mengonsumsi minuman ringan yang kaya gula [3].
Minuman kemasan dan minuman bersoda adalah faktor yang dapat secara signifikan meningkatkan risiko obesitas.
8. Jarang Bergerak
Menghabiskan waktu dengan lebih banyak berbaring, duduk dan ditambah jarang berolahraga akan membuat penumpukan lemak lebih mudah terjadi [1].
Hal ini akan segera memicu obesitas apabila asupan makanan tidak sehatlah yang masuk ke dalam tubuh sehari-hari.
9. Stres
Suasana hati yang buruk dan mudah berubah adalah salah satu tanda stres. Bila stres dibiarkan berlarut-larut, hal ini berkontribusi besar pada kondisi berat badan yang terus naik [3,6].
Ini karena rata-rata orang yang alami stres cenderung mengonsumsi makanan berkalori dan bergula tinggi sebagai pelarian [1,7]
10. Kurang Tidur
Sering begadang sehingga kualitas tidur kurang mampu mengubah hormon dalam tubuh yang mengatur selera makan [3,6,7].
Kurang tidur akan memicu pelepasan hormon yang meningkatkan nafsu makan sehingga keinginan untuk makan makanan yang berkarbohidrat dan berkalori tinggi makin besar [1].
11. Berhenti Merokok
Para perokok aktif yang memutuskan berhenti merokok umumnya akan mengalami obesitas [7].
Ini karena rata-rata mereka akan mengemil lebih sering dan banyak sebagai pengganti rokok yang biasa dihisap.
12. Kehamilan
Kenaikan berat badan saat hamil itu wajar, namun setelah bayi lahir memang banyak wanita yang merasa kesulitan untuk mengembalikan berat badan ke angka sebelum hamil [6,7].
Namun, menyusui adalah salah satu cara yang bisa membantu agar berat badan wanita turun [7].
Obesitas selain ditandai dengan berat badan yang naik berlebihan juga bisa menimbulkan keluhan lainnya.
Berikut ini beberapa tanda bahwa seseorang telah mengalami obesitas dan perlu untuk ditangani segera :
Pada anak-anak, gejala obesitas yang dialami tiap individu pasti berbeda-beda, namun umumnya berikut inilah gejala yang nampak [3,8] :
Untuk menentukan kondisi dari gejala-gejala tersebut mengarah pada obesitas atau kegemukan, maka dokter umumnya akan menerapkan beberapa langkah pemeriksaan seperti :
Menangani obesitas artinya mengembalikan berat badan pada angka idealnya yang sehat dan menjaganya tetap stabil di sana.
Selain meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, menurunkan berat badan dan mencapai angka ideal dapat mengurangi risiko bahaya komplikasi mengerikan.
Ada dua cara untuk menangani masalah obesitas, yakni melalui perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan secara alami serta melalui obat-obatan hingga operasi yang tergolong metode medis.
Untuk wanita, asupan kalori yang dianjurkan per hari adalah 1500-1800 kalori, sedangkan wanita dan anak-anak usia 4-8 tahun ke atas adalah 1200-1500 kalori [3,7].
Sedangkan untuk anak-anak, 1600-2200 kalori untuk usia 6-12 tahun, 2500-3000 kalori untuk anak remaja laki-laki karena lebih aktif dan di bawah itu untuk anak remaja perempuan [10].
Maka jika biasanya asupan kalori lebih dari itu dan menyebabkan kelebihan berat badan, segera kurangi asupannya dengan porsi seharusnya.
Batasilah makanan-makanan yang mengandung lemak jenuh, kolesterol, karbohidrat, dan gula tinggi. [3,6,7]
Bahkan minuman-minuman manis bergula tinggi perlu ikut dibatasi supaya tidak menambahkan asupan kalori ekstra bagi tubuh.
Daripada mengonsumsi makanan kemasan, makanan olahan, permen ataupun makanan berlemak lainnya dalam porsi banyak tapi tak mengenyangkan, pilih sayur dan buah saja.
Sayur dan buah dengan porsi sedikit saja sudah mampu memberi efek kenyang tahan lama karena kandungan serat yang tinggi [6,7].
Pilihlah kudapan atau cemilan yang menyehatkan, rendah kalori sekaligus lemak seperti meal bar atau low-calorie shakes [7].
Hindari terlalu banyak duduk apalagi disertai dengan terlalu banyak makan.
Melakukan aktivitas seperti berjalan kaki ke warung yang dekat dengan rumah, berkebun, atau membersihkan rumah memberikan banyak manfaat bagi tubuh [7].
Selain membakar kalori, aktivitas-aktivitas ini bisa memangkas berat badan juga.
Dalam seminggu, pastikan untuk melakukan olahraga selama total 150-300 menit atau lebih supaya berat badan turun atau terjaga dengan baik [6,7].
Pilihlah jenis olahraga yang menyenangkan supaya dapat menikmati setiap gerakannya.
Stres dapat menjadi salah satu pemicu kegemukan sehingga diperlukan langkah tepat dalam mengelola stres [3,7].
Konseling dengan seorang ahli profesional dalam bidang kesehatan mental akan sangat membantu [1].
Makan berlebihan bisa saja berkaitan dengan kecemasan, maka diperlukan bantuan dari ahlinya untuk membantu mengendalikan aktivitas ini.
Apabila cara diet alami maupun program olahraga kurang membantu, datanglah ke dokter di mana biasanya dokter akan memberikan pengobatan khusus.
Jika langkah alami kurang menolong, maka obat-obatan anti-obesitas seperti liraglutide, bupropion dan naltrexone, topiratamate dan phentermine, lorcaserin, dan orlistat adalah yang bisa digunakan [7].
Tentunya, penggunaan obat-obat ini harus di bawah pengawasan dokter supaya keamanan terjamin.
Hanya saja, umumnya hanyalah orang-orang dengan BMI di angka 27 atau lebihlah yang dibantu dengan obat-obatan [1,6].
Ini karena mereka lebih berisiko tinggi dalam meningkatkan potensi masalah kesehatan serius.
Operasi bypass lambung kemungkinan besar adalah yang bisa ditempuh pasien dengan obesitas [1,3,6,7].
Operasi ini bertujuan membentuk kantong kecil pada bagian atas perut yang terhubung pada usus kecil sehingga makanan maupun cairan bisa langsung menuju usus melalui kantong tersebut.
Opsi lainnya adalah gastric banding laparoskopi yang berintikan membuat lambung berukuran lebih kecil tanpa mengalihkan jalur usus apalagi memotong lambung [3,6,7].
Cara ini pun dianggap lebih aman karena proses pencernaan normal tidak terganggu.
Ada pula opsi sleeve gastrectomy yang bertujuan mengurangi ukuran lambung sehingga saat makan jadi lebih cepat kenyang [3,6,7].
Obesitas tidak sesederhana itu karena kondisi tubuh ini bukan hanya tentang berat badan yang berlebihan.
Bila penumpukan lemak semakin banyak, otot, sendi, dan tulang serta organ vital lainnya akan terkena dampak buruk.
Berikut ini adalah sejumlah komplikasi kesehatan yang berhubungan erat dengan obesitas [6,7] :
Memiliki berat badan sehat dan ideal di awal bukan berarti tidak bisa sama sekali mengalami obesitas.
Agar terhindar dari kelebihan berat badan yang berujung pada berbagai gangguan kesehatan mengancam jiwa, langkah-langkah pencegahan obesitas ini bisa diterapkan.
Gandum utuh, sayur dan buah segar adalah pilihan asupan terbaik dalam menjaga kesehatan dan berat badan [3,6,7]
Pilihlah makanan-makanan rendah kalori serta batasilah alkohol, makanan/minuman manis, serta makanan kaya lemak jenuh.
Tidak masalah untuk tetap mengonsumsi makanan berkalori atau berlemak tinggi, namun pastikan tidak lebih dari asupan kalori harian yang direkomendasikan.
Banyak orang suka melewatkan sarapan apalagi makan malam supaya tidak gemuk.
Padahal masih banyak saja orang yang mengemil lebih banyak walaupun tidak makan pagi maupun malam.
Maka tetaplah makan secara teratur per hari 3 kali, namun batasi cemilan apalagi cemilan tidak sehat [1,7].
Sebisa mungkin hindari olahraga ketika sudah terlalu gemuk, sebab jika bisa menjaga berat badan ideal sejak dini mengapa harus menunggu gemuk dulu [1].
Walau angka berat badan masih ideal, tak ada salahnya menstabilkan dengan berolahraga 150-300 menit per minggunya [7].
Pilihan olahraga pun beragam, jalan kaki, jalan cepat, jogging, senam aerobik, atau bahkan berenang dan lainnya.
Jika pun sibuk dan tak sempat berolahraga terlalu lama dalam sehari, paling tidak ambil saja waktu 20-30 menit untuk berolahraga ringan seperti bersepeda atau sekadar berjalan kaki [6].
Timbanglah berat badan setidaknya satu kali dalam seminggu supaya dapat mengontrolnya [7].
Lakukan secara rutin agar dapat mengetahui sesedikit apapun kenaikan berat badan yang terjadi dan mencegahnya menjadi berlebihan.
Seseorang bisa saja sesekali makan terlalu banyak, entah itu di saat senang, di saat stres, di saat sedih, saat menonton TV, saat sedang bekerja sehingga sambil mengemil, atau saat berada di luar jajan bersama teman [1].
Jika sudah tahu kapan saja waktu di mana keinginan makan banyak itu timbul, maka akan lebih mudah untuk mengendalikan atau menghindarinya [7].
Berkegiatan aktif, beraktivitas fisik, konsumsi makanan sehat dan juga pengelolaan stres yang baik adalah kunci supaya dapat menghindari obesitas maupun mengatasinya jika sudah telanjur.
Pastikan ada motivasi dan konsistensi agar memperoleh kembali angka berat badan ideal.
1) Ruben Castaneda. 2019. U.S. News. A Patient's Guide to Obesity.
2) Anonim. 2017. World Health Organization. 10 facts on obesity.
3) Jason DelCollo, DO. 2019. Verywell Health. Symptoms of Obesity.
4) Anonim. 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes Tingkatkan Status Gizi Masyarakat.
5) Anonim. 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Ayo Gerak, Lawan Obesitas.
6) Danielle Moores & Daniel Bubnis, MS, NASM-CPT, NASE Level II-CSS. 2018. Healthline. Obesity.
7) Anonim. 2019. Mayo Clinic. Obesity.
8) Anonim. 2020. Boston Children's Hospital. Childhood Obesity Symptoms & Causes.
9) Anonim. 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi.
10) Mary L. Gavin, MD. 2018. KidsHealth. Learning About Calories.