Penyakit & Kelainan

Sakit Kepala Terus-Menerus : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sebagian besar orang akan mengalami sakit kepala dari waktu ke waktu. Namun jika Anda lebih sering mengalami sakit kepalad dibandingkan tidak, mungkin Anda memiliki sakit kepala kronik. Sakit kepala kronik

Apa Itu Sakit Kepala Terus-Menerus?

Sakit kepala terus-menerus atau sakit kepala konstan merupakan salah satu kondisi gangguan kesehatan yang bisa dialami siapapun dan mampu menjadi hal yang sangat mengganggu aktivitas [1,5].

Meski kerap dianggap sebagai gangguan kesehatan ringan dan dapat diredakan dengan pereda nyeri, sakit kepala hampir setiap hari tentu bukan hal menyenangkan sama sekali.

Sakit kepala yang dirasakan selama 15 hari atau lebih dalam waktu 1-3 bulan merupakan jenis sakit kepala terus-menerus atau sakit kepala konstan [1].

Anak-anak maupun orang dewasa sama-sama dapat mengalami sakit kepala kronis ini.

Tinjauan
Sakit kepala terus-menerus juga disebut dengan istilah sakit kepala konstan, yaitu sebuah kondisi nyeri kepala yang timbul selama 15 hari hingga 1 bulan lamanya yang terjadi hampir setiap hari atau bahkan setiap hari tanpa henti.

Fakta Tentang Sakit Kepala Terus-Menerus

  1. Prevalensi sakit kepala konstan atau kronis adalah sekitar 1-4% dari seluruh populasi di dunia [1].
  2. Terdapat kurang lebih 1 milyar orang di seluruh dunia yang dapat mengalami sakit kepala kronis, sementara di Amerika Serikat adalah sekitar 39 juta populasi [1].
  3. Dari seluruh pasien yang memeriksakan diri karena sakit kepala, 40% diantaranya diketahui mengalami sakit kepala kronis dengan prevalensi perempuan 3-5 kali lebih tinggi daripada laki-laki [1].
  4. Prevalensi migrain kronis pada anak-anak dan remaja adalah 7-17% dan biasanya kondisi ini terkait dengan beberapa gangguan kesehatan lain, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan nyeri kronik, sleep apnea obstruktif, obesitas, atau depresi [1].
  5. Sakit kepala cluster kronik yang juga merupakan bagian dari sakit kepala konstan atau kronis lebih sering diderita oleh pria daripada wanita [1].
  6. Pada wanita penderita sakit kepala cluster, keluhan seperti mual dan muntah seringkali turut dialami [1].
  7. Hemicrania continua adalah jenis sakit kepala terus-menerus yang lebih jarang dijumpai bila dibandingkan dengan sakit kepala tegang dan migrain kronis. Wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalaminya daripada pria dengan perbandingan 2:1 [1].
  8. Remaja usia sekolah memiliki risiko lebih tinggi mengalami sakit kepala yang cukup sering; hal ini diketahui dari prevalensinya yang tinggi dan mampu menyebabkan keterhambatan produktivitas melalui ketidakhadiran di sekolah [8].
  9. Menurut hasil penelitian di Brasil, prevalensi migrain dari 1.876 remaja usia 16-18 tahun adalah 12,8% (laki-laki 8,1% dan perempuan 17%), sementara sakit kepala tegang adalah 38,3% (laki-laki 35,7% dan perempuan 40,6%) [8].
  10. Di Indonesia, belum diketahui pasti prevalensi sakit kepala terus-menerus atau konstan.

Jenis Sakit Kepala Terus-Menerus

Sakit kepala terus-menerus dapat terjadi dalam berbagai bentuk atau tipe sakit kepala.

Berikut ini adalah jenis-jenis sakit kepala yang umumnya dapat terjadi terus-menerus atau harian :

Sakit Kepala Cluster

Sakit kepala cluster merupakan jenis sakit kepala yang menimbulkan nyeri hebat dalam pola tertentu [1,2,5].

Kondisi ini bisa timbul secara tiba-tiba, terutama di kala beraktivitas.

Nyeri yang muncul bisa hanya pada satu sisi kepala saja dan menyebabkan nyeri tak tertahankan [2].

Sakit kepala jenis ini pun dapat datang dan pergi selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan dan setahun lebih [1].

Sakit Kepala Tegang

Tension headache atau sakit kepala tegang adalah jenis sakit kepala terus-menerus yang terjadi karena otot leher mengalami kontraksi [1,3,5].

Mata lelah, kurang tidur, tubuh lelah, telat makan hingga stres mampu menyebabkan sakit kepala ini terjadi [3].

Kondisi ini ditandai dengan sensasi kepala seperti diikat terlalu kuat menggunakan tali [3].

Hemicrania Continua

Kondisi sakit kepala ini biasanya terjadi hanya di satu sisi kepala yang bersifat konstan [1,4,5].

Penderita dapat merasakannya terus-menerus dan setiap hari.

Intensitas sakit kepala yang mirip dengan migrain ini bahkan bisa naik dan turun [4].

Migrain

Migrain atau sakit kepala sebelah adalah sebuah kondisi nyeri di kepala yang terasa seperti adanya tusukan intens [1,5].

Meski disebut dengan istilah sakit kepala sebelah, migrain dapat terjadi di satu sisi maupun kedua sisi kepala [5].

Sakit kepala jenis ini dapat terjadi terus-menerus yang bahkan dapat mengganggu penderitanya hampir setiap hari bila tak segera ditangani [1].

Tinjauan
Jenis sakit kepala terus-menerus yang dapat dialami adalah sakit kepala cluster, sakit kepala tegang, hemicrania continua, serta migrain.

Penyebab Sakit Kepala Terus-Menerus

Karena sakit kepala yang terlampau sering bahkan kerap dianggap sebagai hal biasa dan merupakan penyakit ringan, banyak orang tak menyadari bahwa sakit kepala terus-menerus sebenarnya bisa berbahaya.

Para ahli medis sekalipun seringkali tak mudah untuk mengetahui apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami sakit kepala konstan.

Namun, beberapa faktor berikut dapat menjadi penyebab maupun pemicunya :

  • Faktor genetik [1,2,3,4,5].
  • Faktor perubahan hormonal, seperti halnya perubahan atau ketidakseimbangan hormon estrogen dan serotonin dalam tubuh. Biasanya jika kedua hormon ini mengalami lonjakan, maka sakit kepala dapat terjadi sebagai salah satu dampaknya [2].
  • Stimulasi pada saraf trigeminal (saraf primer di bagian wajah), di mana jika saraf ini teraktivasi, otomatis sebagai dampaknya nyeri akan timbul pada bagian belakang mata. Kemerahan pada mata dan hidung tersumbat biasanya turut menyertai kondisi ini [1,2,3,4,5].
  • Ketegangan otot, terutama pada area leher dan kepala sehingga membuat nyeri lebih mudah untuk timbul [3,5].
  • Faktor stres [1,3,4,5].
  • Faktor perubahan cuaca [6].
  • Faktor konsumsi kafein berlebihan [1,5,6].
  • Efek berhenti dari konsumsi kafein [1,5,6].
  • Tidak mendapat tidur atau istirahat cukup hampir setiap hari sehingga menimbulkan nyeri di kepala [1,2,3,4,5].
  • Penggunaan obat pereda nyeri yang terlalu sering atau berlebihan juga mampu memicu sakit kepala konstan [1,3,4,5].

Waspadai penggunaan obat pereda nyeri yang diresepkan oleh dokter, karena ketika menggunakannya seminggu lebih dari dua hari, efek nyeri di kepala dapat terjadi [1,3,4,5].

Tinjauan
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab sakit kepala konstan, seperti stres, genetik, perubahan hormon, efek obat tertentu, kafein, perubahan cuaca hingga ketegangan otot.

Gejala Sakit Kepala Terus-Menerus

Ketika mengalami sakit kepala konstan, tentu gejala utama yang dirasakan oleh penderita adalah sakit kepala yang terus-menerus [1,5].

Hampir setiap hari atau bahkan setiap hari penderita akan mengalami nyeri di kepalanya selama 15 hari-3 bulan [1].

Selain itu, beberapa tanda berikut juga perlu dikenali sebagai keluhan sakit kepala konstan [1,2,3,4,5,6] :

  • Nyeri timbul di salah satu atau kedua sisi kepala.
  • Tubuh berkeringat lebih banyak dari biasanya.
  • Mual yang dapat disertai muntah.
  • Mata berair.
  • Mata kemerahan.
  • Hidung tersumbat atau justru berair.
  • Sensitivitas mata terhadap cahaya meningkat.
  • Sensitivitas telinga terhadap suara meningkat.
  • Merasakan kepala berdenyut, seperti ditusuk-tusuk atau menegang.
Tinjauan
Sakit yang dirasakan di kepala selama 15 hari hingga 1 bulan yang terjadi secara terus-menerus adalah gejala utama yang perlu segera diperiksakan.

Pemeriksaan Sakit Kepala Terus-Menerus

Ketika gejala yang dirasakan begitu mengganggu dan tak kunjung membaik, biasanya dokter akan menerapkan beberapa metode pemeriksaan sebagai berikut :

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis

Dokter seperti biasa akan mengawali diagnosa dengan memeriksa fisik pasien [1,3].

Hal ini dilanjutkan dengan memeriksa riwayat kesehatan pasien melalui sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada pasien [1,3].

  • Tes Laboratorium

Sebagai tes penunjang yang sangat penting, dokter pun akan meminta pasien untuk menjalani tes laboratorium [1].

Tes laboratorium umumnya meliputi tes darah lengkap yang biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi dalam tubuh pasien [1].

Ada kemungkinan efek infeksi mampu menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala yang tak kunjung mereda [1].

Tes endokrin pun merupakan salah satu tes laboratorium yang mungkin dokter akan rekomendasikan pada pasien [1,2].

Tujuan pasien menempuhnya adalah agar dokter mampu mendeteksi adanya gangguan atau kelainan pada kelenjar pituitari [1].

  • Tes Pemindaian

Untuk pemeriksaan yang lebih akurat, tes pemindaian adalah metode tes penunjang yang dapat pasien tempuh.

MRI scan adalah salah satunya, terutama MRI otak yang akan membantu dokter dalam mengidentifikasi keberadaan abnormalitas struktur di kepala pasien [1,3,4].

PET (positron emission tomography) scan dan MRS (magnetic resonance spectroscopy) scan kemungkinan menjadi tes penunjang yang diperlukan oleh dokter [1,5].

Melalui hasil pemeriksaan yang lebih spesifik, dokter akan mengetahui lebih jelas jenis sakit kepala dan penyebabnya.

Dokter mungkin juga akan meminta pasien untuk menempuh biopsi dan lumbal pungsi jika terdapat kecurigaan hipertensi intrakranial idiopatik atau infeksi sistem saraf pusat [1].

Konsultasikan dengan dokter lebih detail mengenai bentuk pemeriksaan apa saja yang dapat ditempuh serta efek dari metode diagnosa tersebut.

Tinjauan
Metode diagnosa yang umumnya digunakan oleh dokter adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat medis, tes laboratorium, tes pemindaian, biopsi dan lumbal pungsi.

Pengobatan Sakit Kepala Terus-Menerus

Dokter perlu mengetahui secara jelas jenis sakit kepala terus-menerus yang dialami oleh pasien agar mampu mengobatinya dengan benar.

Penyebab sakit kepala pun menjadi salah satu pertimbangan dokter dalam menentukan perawatan yang tepat.

Melalui Obat-obatan

Untuk menangani sakit kepala yang terus-menerus dialami oleh pasien sekaligus sebagai pencegah agar sakit kepala tidak lagi timbul secara konstan, berikut obat-obatan yang umumnya diresepkan oleh dokter :

  • Beta-blockers, yaitu metoprolol dan/atau propanolol [1,5].
  • Antidepresan atau trisiklik yang berguna mencegah sakit kepala dan meredakannya yang diakibatkan oleh stres. Nortriptyline dan amitriptyline adalah obat golongan trisiklik yang umumnya diresepkan sebagai pengendali depresi atau kecemasan yang menyertai sakit kepala konstan [1,3,5].
  • Antikejang, seperti topiramate dan gabapentin [1].
  • Obat pereda nyeri / obat anti-inflamasi nonsteroid yang biasanya digunakan untuk mengatasi rasa nyeri di kepala yang terjadi konstan sebagai efek dari penggunaan obat tertentu secara berlebihan. Ibuprofen dan naproxen adalah golongan dari OAINS ini [1,3,4,5].
  • Suntik botox, yaitu obat yang disuntikkan kepada pasien oleh dokter yang mampu mengatasi masalah sakit kepala yang terjadi karena bakteri penyebab botulisme [5].

Melalui Terapi Lainnya

Selain pengobatan medis, beberapa metode pengobatan alternatif berikut juga memiliki efektivitas tinggi dalam mengatasi sakit kepala terus-menerus :

  • Pijat. Pijat adalah metode pengobatan alternatif yang banyak digunakan tak hanya sekedar meredakan pegal di tubuh, tapi juga berguna mengurangi sakit kepala. Ketika tubuh rileks karena hasil pijatan, otot-otot tak lagi tegang, dan otomatis sakit kepala akan mereda [3].
  • Akupunktur. Bagi pasien sakit kepala konstan yang tak takut dengan jarum, metode akupunktur layak dicoba [1,3].
  • Biofeedback. Metode penanganan sakit kepala ini memanfaatkan alat pemantau yang berfungsi mempelajari bagaimana mengendalikan fungsi tubuh, seperti ketegangan otot, detak jantung, dan tekanan darah [1,3].
  • Terapi perilaku. Terapi seperti ini dapat dijalani oleh pasien secara individu maupun kelompok yang akan membantu memahami lebih jauh mengenai keterkaitan dampak antara sakit kepala dengan efek mental [1,3].
  • Stimulasi saraf oksipital. Prosedur bedah ini bertujuan menanamkan alat berukuran kecil di dasar tengkorak pasien yang berfungsi sebagai pengirim impuls listrik ke saraf oksipital sehingga nyeri kepala bisa mereda [1,4,5].

Melalui Perubahan Gaya Hidup

Ketika sakit kepala terus-menerus ada kaitannya dengan pola hidup tak sehat, maka dokter pasti akan menyarankan pasien untuk mengubahnya.

Hal ini dapat meliputi anjuran untuk berhenti merokok, berhenti mengasup kafein terlalu banyak, mengelola stres dengan baik, serta mendapat cukup tidur.

Tinjauan
Penanganan sakit kepala terus-menerus disesuaikan dengan penyebab dan jenisnya. Namun umumnya, perawatan meliputi penggunaan obat resep dokter, terapi alternatif hingga operasi, hingga melalui perubahan pola hidup.

Komplikasi Sakit Kepala Terus-Menerus

Bila kondisi sakit kepala yang terus-menerus dialami tidak segera memperoleh penanganan, sebagai risikonya, beberapa komplikasi di bawah ini bisa terjadi [1] :

  • Tubuh kejang
  • Gangguan suasana hati
  • Gangguan neurologis
  • Gangguan penglihatan
  • Menurunnya kualitas hidup karena berbagai aktivitas yang terhambat
  • Depresi dan keinginan untuk bunuh diri

Pencegahan Sakit Kepala Terus-Menerus

Menjalani gaya hidup sehat, mulai dari mengasup makanan bergizi, rajin berolahraga, mengelola stres dengan baik, tidak merokok, dan beristirahat cukup setiap hari mampu meminimalisir risiko mudah terserang sakit kepala [7].

Jika sakit kepala konstan dicurigai terjadi karena adanya gangguan kesehatan lain, segera periksakan diri.

Deteksi dan penanganan dini sakit kepala konstan akan mengurangi risiko komplikasi yang membahayakan kondisi tubuh pasien.

Tinjauan
Memiliki gaya hidup sehat merupakan cara pencegahan terbaik agar tidak mudah mengalami sakit kepala, terutama yang bersifat konstan. Bila gejala terjadi, segera periksakan diri agar memperoleh penanganan secepatnya dan meminimalisir risiko komplikasi.

1. Christie Murphy & Sajid Hameed. Chronic Headaches. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Diana Yi-Ting Wei, Jonathan Jia Yuan Ong, & Peter James Goadsby. Cluster Headache: Epidemiology, Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis. Annals of Indian Academy of Neurology; 2018.
3. Nihir Shah & Sajid Hameed. Muscle Contraction Tension Headache. National Center for Biotechnology Information; 2020.
4. Sajid Hameed & Tariq Sharman. Hemicrania Continua. National Center for Biotechnology Information; 2020.
5. Fayyaz Ahmed, Rajsrinivas Parthasarathy, & Modar Khalil. Chronic daily headaches. Annals of Indian Academy of Neurology; 2012.
6. Albert C. Yang, Jong-Ling Fuh, Norden E. Huang, Ben-Chang Shia, Chung-Kang Peng, & Shuu-Jiun Wang. Temporal Associations between Weather and Headache: Analysis by Empirical Mode Decomposition. PLoS One; 2011.
7. Anke C. Winter, Wolfgang Hoffmann, Christa Meisinger, Stefan Evers, Mechtild Vennemann, Volker Pfaffenrath, Konstanze Fendrich, Sebastian E. Baumeister, Tobias Kurth, & Klaus Berger. Association between lifestyle factors and headache. The Journal of Headache and Pain; 2011.
8. Leny Kurnia, Uni Gamayani, & Henny Anggraini Sadeli. Hubungan Nyeri Kepala Primer dengan Kualitas Hidup pada Remaja Usia 10-12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri 077 Sejahtera Bandung. Jurnal Sistem Kesehatan Universitas Padjajaran; 2019.

Share