Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Salisilat adalah kelompok senyawa kimia yang merupakan turunan dari asam salisilat. Salisilat banyak digunakan sebagai obat yang dapat dibeli bebas dan juga obat yang diresepkan. Contoh penggunaan yang
Proses dimana sel darah putih pada tubuh dan hal-hal yang dibuatnya melindungi dari infeksi penyerang luar, seperti bakteri dan virus disebut dengan peradangan[1].
Peradangan dapat dipicu pada beberapa penyakit, seperti radang sendi. Dimana sistem pertahanan tubuh dan sisitem kekebalan tidak ada penyerang untuk melawannya. Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan akan bertindak seperti jaringan biasa terinfeksi atau tidak bisa menyebabkan kerusakan[1].
Daftar isi
Salisilat merupakan garam atau ester dari asam salisilat. Salisilat ditemukan di beberapa tanaman secara alami, seperti pada kulit pohon willow putih dan daun musim dingin, dianggap dapat melindungi tanaman dari keruskan juga penyakit yang diakibatkan oleh serangga[2].
Aspirin merupakan turunan dari asam salisilat serta dikenal juga sebagai asam asetilsalisilat. Sebagai pengawet makanan dan antiseptik juga mempunyai sifat bakteriostatik, fungisida dan keratolitik salisilat[2].
Efek analgesik (pereda nyeri), antiinflamasi, dan antipiretik (penurun suhu) dimiliki oleh asam salisilat dan asam asetilsalisilat. Risiko utamanya pada dosis terapeutik yaitu iritasi gastrointestinal oleh asam asetilsalisilat. Dan apabila tertelan dalam jumlah yang berlebih bisa menjadi racun[2].
Selain aspirin, terdapat banyak obat yang mengandung salisilat, termasuk bismuth subsalicylate, salsalate, diflunisal, magnesium salicylate, dan choline salicylate[2].
Salisilat digunakan dalam[11]:
Beberapa penyakit yang diatasi dengan salisilat, meliputi[2]:
Demam adalah suatu keadaan dengan suhu tubuh yang lebih tinggi dari biasanya yang dianggap normal. Juga disebut suhu tinggi, hipertermia, atau pireksia[6].
Suhu tubuh tersebut biasanya merupakan tanda bahwa tubuh sedang bekerja dalam menjaga agar tetap sehat dari infeksi. Suhu tubuh normal berbeda pada setiap orang, yang berada dalam kisaran 97 hingga 99. Dan dianggap demam bila suhu mencapai 100,4 atau lebih[6].
Hipotalamus yang terdapat pada otak, akan mengontrol suhu tubuh. Dengan menanggapi infeksi, penyakit, atau penyebab lainnya, hipotalamus juga dapat mengatur ulang tubuh ke suhu yang lebih tinggi. Adanya pertanda atau sesuatu yang terjadi pada tubuh saat demam datang[6].
Efek analgesik (pereda nyeri), antiinflamasi, dan antipiretik (penurun suhu) dimiliki oleh asam salisilat dan asam asetilsalisilat[2].
Melalui aspirin sebagai salisilat yang menunjukan aktivitas analgesik, anti-inflamasi, dan antipiretik. Bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase-1 (COX-1) yang selektif dan tidak dapat diubah, sehingga akan mengakibatkan penghambatan langsung biosintesis prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat[3].
Selain dari pada itu, aspirin juga akan membuat agregasi trombosit menjadi terhambat. Onset obat ini dengan penghambat platelet kisaran 1 jam, dan tertunda kisaran 20 menit. Durasi aspirin antara 4-6 jam sebagai rilis langsung, dan penghambat trombosit kira-kira 10 hari[3].
Melalui saluran pencernaan obat ini diserap dengan cepat. Kurang dapat di andalkan melalui rektal dengan diserap melalui kulit. Dihidrolisis menjadi salisilat oleh esterase selama absorpsi pada saluran gastrointestinal[3].
Ketersediaan hayati obat ini sebagai rilis langsung kisaran 50-75%. Dengan plasma puncak kira-kira 1-2 jam sebagai lapisan nonenterik, 3-4 jam sebagai lapisan enterik, dan kira-kira 2 jam dengan tutup pelepasan diperpanjang[3].
Obat ini dengan cepat tersebar luas ke sebagian besar jaringan dan cairan tubuh. Melewati plasenta dan masuk ke dalam ASI. Dengan volume distribusi mencapai 170 mL / kg dan pengikatan protein plasma antara 80-90%[3].
Dengan menjadi asam salisilat, glukuronida fenolik salisil, asil glukuronida salisilat, asam gentisat, dan asam gentisurat aspirin dimetabolisme di hati, dengan menjalani metabolisme pada jalur utama[3].
Pengeluaran obat ini melalui urin kisaran 75% sebagai salisilat, dengan paruh waktu eliminasi selama 15-20 menit[3].
Salisilat tersedia dalam bentuk tablet. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, sementara yang lainnya dijual bebas di apotek.
Beberapa contoh Salisilat yang dijual bebas dan dengan resep dokter termasuk[2]:
Aspirin atau asam asetilsalisilat merupakan obat analgesik dan antipiretik yang umum digunakan. Aspirin merupakan obat yang biasa digunakan dalam mengobati nyeri dan demam karena berbagai penyebab[7].
Salsalate merupakan salisilat dan obat antiinflamasi non steroid (NSAID) yang tersedia secara oral, dengan aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Obat ini merupakan obat penghasil asam salisilat yang diindikasikan dalam mengobati rheumatoid arthritis dan osteoartritis dan juga menunjukkan aktivitas melawan diabetes tipe II[8].
Magnesium salisilat merupakan obat antiinflamasi non steroid (NSAID), diindikasikan dalam pengobatan nyeri ringan hingga sedang. Obat ini tersedia dalam berbagai formulasi over-the-counter (OTC)[9].
Diflunisal merupakan turunan difluorofenil dari asam salisilat juga obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan sifatnya yang antipiretik, analgesik dan anti-inflamasi. Obat ini digunakan untuk terapi artritis kronis dan nyeri akut ringan hingga sedang[10].
Salisilat dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari salisilat termasuk[4,5]:
Aspirin dapat menyebabkan sindrom reye, yaitu dimana keadaan bertambah serius bahkan terkadang dapat berakibat fatal bagi anak-anak. Jangan memberikan obat ini pada anak yang demam, gejala flu, atau cacar air[4].
Beritahu dokter jika sedang hamil atau menyusui. Aspirin dapat membuat ibu hamil yang mengkonsumsinya mengalami pendarahan juga pada bayi selama persalinan. Aspirin juga dapat masuk ke ASI dan berbahaya bila di minum bayi[4].
Dilarang menggunakan salsalate sebelum juga sesudah operasi bypass jantung (coronary artery bypass graft, atau CABG). Salsalate dapat membuat risiko serangan jantung atau stroke menjadi meningkat dan berakibat fatal. Obat ini juga bisa menyebabkan pendarahan lambung atau usus, yang bisa berakibat fatal[5].
Apabila menderita penyakit ginjal yang parah, atau bila pernah mengalami reaksi alergi yang parah setelah menggunakan aspirin, NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid), atau salisilat lainnya, tidak boleh menggunakan salsalat[5].
1) Anonim. WebMD.com. Inflammation. 2020
2) Anonim. Drugs.com. Salicylates. 2021
3) Anonim. Mims.com. Aspirin. 2016
4) Anonim. Drugs.com. Aspirin. 2020
5) Cerner Multum. Drugs.com. Salsalate. 2020
6) Anonim. WebMD.com. Fever. 2020
7) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Aspirin. 2021
8) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Salsalate. 2021
9) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Magnesium salicylate. 2021
10) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Diflunisal. 2021
11) Anonim. Drugbank.com. Salicylates. 2021