Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara. Dapat melalui oral, injeksi/suntikan, atau dapat juga langsung dioleskan atau dimasukkan ke dalam vagina. Obat ini biasanya ditujukan untuk mengobati
Infeksi umum yang terjadi pada vagina disebut dengan infeksi jamur atau kandidiasis vagina. Infeksi ini dikarenakan jamur atau kuman seperti ragi. Jamur ini biasanya terdapat pada vagina, dengan banyaknya jamur maka dapat menyebabkan infeksi[1].
Kehamilan, obat-obatan seperti antibiotik, pil KB, juga obat steroid, keadaan seperti diabetes, alat kontrasepsi seperti diafragma, spons, serta kontrasepsi dalam rahim dapat meningkatkan risiko terkena infeksi jamur[1].
Daftar isi
Sediaan vagina merupakan sekelompok obat yang di oleskan atau di masukkan ke dalam vagina dalam pengobatan kondisi vagina. Sekelompok obat ini mengandung agen antibakteri atau antijamur dalam mengobati infeksi. Juga memiliki agen seperti hormon yang meredakan gejala monopause[2].
Agen vagina lain-lain sebagai sediaan vagina merupakan sekelompok obat dengan hormon seks wanita, baik dalam kombinasi estrogen dan progestin atau hanya estrogen saja. Pada agen ini obat akan bekerja secara lokal dan diserap dengan sistemik, juga sebagai pengganti tingkat hormon rendah selama monopause[3].
Sediaan vagina sebagai antiinfeksi diindikasikan dalam mengobati infeksi bakteri atau jamur pada vagina. Sekelompok obat ini digunakan dalam mengobati sariawan vagina sebagai antijamur. Dan dengan antibakteri untuk mengobati vaginosis bekteri[4].
Sediaan vagina digunakan dalam[2,3,4]:
Sediaan vagina dibagi menjadi dua subtipe utama, yaitu[2]:
Agen vagina lain-lain diindikasikan dalam mengobati gejala menopause seperti vagina kering, gatal dan perih[3].
Anti infeksi vagina digunakan dalam mengobati sariawan vagina dan untuk infeksi bakteri seperti vaginosis bakteri[4].
Masing-masing subtipe sediaan vagina digunakan untuk mengatasi kondisi kesehatan yang berbeda.
Agen vagina lain-lain diberikan untuk[3]:
Vaginitis Atrofi akan terjadi pada wanita yang kekurangan estrogen. Penyakit ini diwakili wanita yang beberapa tahun pascamenopause dan tidak menggunakan terapi pengganti estrogen dalam bentuk apapun. Atrofi pada vagina juga disebabkan karena gadis prapubertas memiliki kadar estrogen yang sangat rendah[15].
Atrofi vagina berdasarkan estrogen rendah paling buruk pada wanita yang tidak aktif secara seksual, karena aktivitas seksual cenderung mencegah vagina atrofi[15].
Dispareunia merupakan nyeri genital yang dialami sebelum selama atau setelah berhubungan seksual. Pada kesehatan fisik dan mental, serta kualitas hidup, dispareumia dapat berdampak signifikan[16].
Anti infeksi vagina diberikan untuk[4]:
Sediaan vagina mengandung agen antibakteri atau antijamur dalam mengobati infeksi, atau memiliki agen seperti hormon yang meredakan gejala menopause[2].
Melalui estradiol sebagai hormon seks sintesis seperti estrogen endogen. Obat ini akan menggantikan produksi estrogen dan akan meredakan gejalanya selama menopause. Juga akan mencegah keropos tulang setelah menopause atau ovariektomi[5].
Pada saluran pencernaan, kulit dan selaput lendir obat ini diserap dengan baik dengan plasma puncaknya mencapai 1,5-2 jam. Estradiol tersebar luas, masuk ke dalam ASI dengan pengikatan protein plasma kisaran 61% ke albumin dan kisaran 37% ke globulin pengikat hormon seks (SHBG)[5].
Oleh enzim CYP3A4 obat ini dimetabolisme di hati menjadi estron dan estriol. Juga menjalani resirkulasi enterohepatik. Pengeluarannya melalui urin dan feses[5].
Lalu dengan klotrimazol sebagai antijamur imidazol, bekerja dengan menggunakan aktivitas antimikroba yang akan mengikat fosfolipid pada membran sel dan membuat permeabilitas dinding sel berubah, sehingga akan membuat elemen intraseluler esensial hilang[6].
Pada saluran gastrointestinal obat ini diserap dengan baik. Penyerapan dengan minimal dari kulit dan vagina, dengan plasma puncak mencapai 24 jam[6].
Klotrimazol berdistribusi dengan konsentrasi penghambatan dalam air liur selama 3 jam dan menembus epidermis. Menjadi senyawa yang tidak aktif, obat ini bermetabolisme di hati. Pengeluarannya melalui urin dan feses[6].
Obat vagina tersedia dalam bentuk krim, pessaries (tablet), larutan, sabun, kit, lotion, cairan, salep, bubuk, spray, gel atau cincin. Beberapa jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter,, sementara yang lainnya dijual bebas di apotek.
Contoh agen vagina lain-lain dengan resep dokter termasuk[3]:
Estradiol terapeutik merupakan bentuk sintesis sebagai hormon seks steroid yang penting dalam pemeliharaan kesuburan juga karakteristik seksual sekunder pada wanita, sebagai terapi penggantian hormon[11].
Estradiol akan mengikat dan mengaktifkan reseptor inti tertentu sebagai hormon estrogen utama dan yang paling kuat, yang di hasilkan oleh ovarium. Obat ini berperan dalam proses kekebalan dan inflamasi[11].
Estrogen terkonjugasi merupakan campuran nonkristalin dari hormon seks wanita yang dimurnikan da didapatkan dengan baik dengan isolasi dari urin kuda yang sedang hamil atau dari bahan nabati dengan generasi sintesis. Lalu kedua bahan ini akan dikonjugasi dengan natrium sulfat melalui ikatan ester supaya larut dala, air[12].
Estrogen terkonjugasi telah mendapatkan persetujuan oleh FDA pada tahun 2003 dibawah Wyeth Ayerst[12].
Beberapa contoh anti infeksi vagina yang dijual bebas dan dengan resep dokter termasuk[4]:
Clotrimazole merupakan antimikotik atau antijamur dengan spektrum luas. Obat ini termasuk dalam kategori imidazol antijamur azol, yang memiliki aktivitas antimikotik spektrum luas[13].
Klindamisin merupakan antibiotik lincosamide semi-sintetik yang diindikasikan dalam mengobati berbagai infeksi serius yang dikarenakan mikroorganisme. Obat ini memiliki spektrum aktivitas yang sempit dan mencakup bakteri anaerob serta kokus gram positif dan basil juga basil gram negatif[14].
Sediaan vagina dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan.
Beberapa efek samping umum dari agen vagina lain-lain termasuk[7,8]:
Beberapa efek samping umum dari anti infeksi vagina termasuk[9,10]:
Menggunakan estradiol bisa meningkatkan risiko dalam mengembangkan kondisi yang menyebabkan kanker rahim. Segera periksa bila terjadi perdarahan pada vagina yang tidak biasa. Obat ini juga dapat meningkatkan risiko pembekuan darah, stroke, serangan jantung, kanker payudara, rahim, atau ovarium[7].
Katakan pada dokter jika sedang hamil atau menyusui. Bagi wanita yang sedang hamil, tidak boleh menggunakan estrogen, gunakan alat kontrasepsi yang efektif apabila belum melewati masa menopause. Obat ini juga dapat menurunkan hormon yang dibutuhkan dalam menghasilkan ASI, jadi dapat membuat produksi ASI menjadi berkurang[8].
Jangan menggunakan pakaian sintesis yang ketat agar sirkulasi udara tetap dapat terjaga. Gunakanlah pakaian yang longgar sampai infeksi sembuh[9].
Butoconazole vaginal dapat membuat karet lateks pada kondom atau diafragma melemah, karena obat ini mengandung minyak mineral. Gunakan alat kontrasepsi lainnya selama menggunakan butoconazole setidaknya selama 3 hari penuh setelah perawatan berakhir[10].
1) Anonim. Drugs.com. Yeast Infection. 2021
2) Anonim. Drugs.com. Vaginal preparations. 2021
3) Anonim. Drugs.com. Miscellaneous vaginal agents. 2021
4) Anonim. Drugs.com. Vaginal anti-infectives. 2021
5) Anonim. Mims.com. Estradiol. 2018
6) Anonim. Mims.com. Clotrimazole. 2019
7) Cerner Multum. Drugs.com. Estradiol vaginal (local). 2021
8) Cerner Multum. Drugs.com. Conjugated estrogens (vaginal). 2021
9) Cerner Multum. Drugs.com. Terconazole vaginal. 2020
10) Cerner Multum. Drugs.com. Butoconazole vaginal. 2020
11) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Estradiol. 2021
12) Anonim. Drugbank.com. Conjugated estrogens. 2021
13) Anonim. Drugbank.com. Clotrimazole. 2021
14) Anonim. Drugbank.com. Clindamycin. 2021
15) Anonim. ScienceDirect. comAtrophic Vaginitis. 2020
16) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Dyspareunia. 2021