Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Dispareunia adalah rasa sakit yang terjadi ketika berhubungan seksual, baik ketika akan, sedang, atau setelah berhubungan. Kondisi ini merupakan salah satu gangguan seksual yang cukup banyak ditemukan... dan dapat disembukan, umumnya terjadi pada wanita. Rasa sakit yang muncul dapat terasa tajam, panas, atau kram seperti menstruasi. Selain di sekitar kemaluan, nyeri dapat pula dirasakan di lubang saluran kencing, kandung kemih, hingga panggul. Dispareunia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari adanya penyakit fisik, hingga keadaan psikologis. Pada dispareunia akibat penyakit fisik, nyeri atau rasa tidak nyaman dapat dirasakan karena adanya peradangan yang terjadi (seperti radang panggul, radang saluran kemih, dll), kista, robekan pada kemaluan, kelainan bawaan bentuk vagina, dan penyakit lainnya. Sedangkan pada faktor psikologis, dispareunia dapat terjadi karena kecemasan, rasa tidak percaya diri, stress, permasalahan pada hubungan, dll. Untuk mengatasi dispareunia, diperlukan anamnesis yang menyeluruh, pemeriksaan fisik terutama pada panggul dan kelamin, serta pemeriksaan lainnya yang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab mendasar kondisi ini, sehingga kemudian terapi disesuaikan dengan penyebabnya. Read more
Dispareunia adalah suatu kondisi nyeri berulang di area genital atau di dalam panggul selama berhubungan seksual. Sakit yang ditimbulkan terasa tajam dan terjadi secara intens saat sebelum, selama, atau setelah berhubungan seksual. [3]
Dibandingkan dengan pria, dispareunia lebih sering terjadi pada wanita. Penyebabnya dapat bervariasi tetapi dapat diobati. [3]
Daftar isi
Fakta Dispareunia
Berikut ini adalah fakta-fakta mengenai dispareunia: [5]
- Dispareunia mengacu pada rasa sakit selama berhubungan seksual yang kebanyakan dialami oleh wanita. [5]
- Nyeri dirasakan penderita dispareunia mulai dari sedang hingga berat. [5]
- Penyebab dispareunia bisa disebabkan oleh masalah fisik atau psikologis, dan sering dikaitkan dengan menopause. [5]
- Pengobatan seperti terapi estrogen dan lain-lain dapat membantu penderita mengatasi dispareunia. [3, 4, 5]
- Dikutip dari Journal of Public Health Skandinavian bahwa 4% dari 4100 wanita telah menikah mengalami dispareunia, dan 73% di antara mereka memiliki penyebab fisik primer. Wanita berusia 20-29 tahun menderita dispareunia dua kali lebih sering dibandingkan wanita berusia 50-60 tahun. [1]
- Di Indonesia sendiri, belum ada data pasti mengenai dispareunia. Hal ini mengingat bagi sebagian masyarakat membicarakan masalah seks masih dianggap tabu, sehingga banyak wanita enggan berbicara terbuka dengan pasangannya, terlebih lagi kepada dokter. [2]
Tinjauan Dispareunia merupakan suatu kondisi timbulnya rasa sakit saat sebelum, sesudah, atau selama berhubungan seksual yang umumnya dialami oleh wanita.
Jenis Dispareunia
Ada tiga jenis dispareunia yang diketahui yaitu sebagai berikut: [6]
Dispareunia Superfisial
Dispareunia jenis ini adalah rasa sakit yang timbul ketika terdapat upaya penetrasi. Penyebab dispareunia ini adalah:
- ukuran disparitas: penis ereksi terlalu besar untuk pintu masuk vagina (sebagai akibat dari perubahan menopause atau kondisi dermatologis).
- penggunaan jangka panjang dari depot medroksiprogesteron asetat (‘Depo’) kontrasepsi (mengganggu estrogen yang diproduksi secara alami oleh tubuh).
- selaput dara yang menebal (selaput yang menutupi sebagian jalan masuk vagina).
- vaginismus: kejang otot pada vagina yang menimbulkan rasa sakit.
- gangguan gairah seksual.
- infeksi (Candidia ablicans, Trichomonas vaginalis, genital herpes).
Dispareunia Vaginal
Jenis dispareunia selanjutnya adalah dispareunia vaginal yaitu dispareunia yang berhubungan dengan rasa sakit yang terjadi karena masalah lubrikasi, sehingga mengganggu gairah dalam berhubungan seksual.
Dispareunia Collision
Jenis dispareunia yang ketiga adalah dispareunia Collision. Dispareunia ini dapat menyebabkan rasa sakit pada area panggul ketika berhubungan seksual. Perasaan sakit tersebut muncul ketika penis melakukan penetrasi terlalu dalam di leher rahim.
Penyebab Dispareunia
Penyebab dispareunia dapat berbeda pada setiap orang. Berikut adalah hal-hal umum yang menyebabkan terjadinya kondisi dispareunia: [3, 5]
- kekeringan pada vagina akibat menopause, persalinan, menyusui, obat-obatan, atau kurangnya gairah sebelum berhubungan seksual.
- kelainan kulit yang menyebabkan bisul, kulit kering, gatal, atau terbakar.
- infeksi, seperti infeksi ragi atau saluran kemih (ISK).
- cedera atau trauma akibat persalinan, kecelakaan, episiotomi ( luka sayatan saat melahirkan untuk memperbesar jalan lahir janin), histerektomi, atau operasi panggul.
- vulvodynia, atau rasa sakit yang berpusat di daerah vulva.
- vaginitis, atau radang vagina.
- vaginismus, atau kejang otot dinding vagina yang menimbulkan rasa sakit.
- endometriosis, yaitu kondisi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim.
- sistitis atau kondisi kronis dan rasa sakit pada kandung kemih.
- penyakit radang panggul.
- fibroid rahim.
- irritable bowel syndrome (IBS) atau gangguan fungsional saluran pencernaan.
- radiasi dan kemoterapi.
Ada beberapa faktor yang diketahui selain mengurangi hasrat seksual atau memengaruhi kemampuan seseorang untuk terangsang juga dapat menyebabkan dispareunia. Faktor-faktor ini meliputi: [3]
- stres, yang dapat menyebabkan otot-otot mengencang di dasar panggul.
- ketakutan, rasa bersalah, atau rasa malu yang berhubungan dengan seks.
- citra diri atau masalah tubuh.
- obat-obatan seperti pil KB.
- hubungan yang bermasalah.
- kondisi seperti kanker, radang sendi, diabetes, dan penyakit tiroid.
- riwayat pelecehan seksual atau pemerkosaan.
Siapa yang paling berisiko menderita Dispareunia?
Dispareunia lebih umum dialami oleh wanita dibandingkan dengan pria. Dispareunia menjadi masalah yang paling umum pada wanita pascamenopause. [3, 4, 5]
Menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists (ACOG) setidaknya terdapat 75 persen wanita melakukan hubungan seksual yang menyakitkan. Orang yang paling berisiko terkena dispareunia adalah: [3]
- Orang yang meminum obat yang dapat menyebabkan vagina kering.
- Orang yang memiliki infeksi virus atau bakteri.
- Wanita pascamenopause.
Gejala-Gejala Dispareunia
Ada beberapa gejala Dispareunia yaitu: [3, 4, 5]
- Nyeri saat dimulainya penetrasi.
- Nyeri selama penetrasi seksual, bahkan ketika memasukkan tampon.
- Rasa sakit seperti terbakar dan gatal.
- Terasa sakit ketika melakukan gerakan mendorong saat berhubungan seksual.
- Vagina berdenyut beberapa jam setelah hubungan seksual.
Kapan harus ke dokter?
Jika Anda mengalami nyeri berulang saat berhubungan seks, bicarakan dengan dokter Anda. Pengobatan yang efektif dapat mempengaruhi aktivitas seks Anda, keintiman emosional Anda dan citra diri Anda. [4]
Komplikasi Dispareunia
Dispareunia biasanya tidak menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah. Namun, dispareunia yang tidak segera diobati dapat memengaruhi kehidupan seksual orang tersebut. Perawatan yang tepat dapat mengelola gejala dan menyembuhkan dispareunia. [3, 4, 5]
Diagnosa Dispareunia
Sejumlah tes perlu dilakukan dokter untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis dispareunia. Berikut adalah hal-hal yang dokter lakukan dalam mendiagnosis dispareunia: [4, 5]
- Riwayat Medis Menyeluruh
Pada tahap ini dokter Anda akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Anda seperti kapan rasa sakit Anda muncul, di mana rasa sakit, bagaimana rasanya dan apakah pasangan Anda ingin membantu. Selain itu Dokter Anda juga dapat menanyakan kondisi lainnya seperti riwayat seksual, riwayat operasi, dan kelahiran Anda.
Jangan malu untuk menjawab setiap pertanyaan yang dokter berikan dan jawablah dengan jujur. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu dokter dalam menemukan penyebab rasa sakit Anda.
- Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan ini umum dilakukan dalam diagnosis disperaunia. Selama pemeriksaan panggul, dokter Anda dapat memeriksa tanda-tanda seperti iritasi kulit, infeksi atau masalah anatomi.
Dokter juga akan mencoba menemukan rasa sakit Anda dengan memberikan menekan lembut pada alat kelamin dan otot panggul Anda.
Pemeriksaan visual vagina membutuhkan alat yang disebut spekulum untuk melihat kondisi vagina. Beberapa wanita yang merasakan sakit saat melakukan hubungan seksual juga memiliki ketidaknyamanan selama pemeriksaan panggul. Anda dapat meminta untuk menghentikan ujian jika dirasa terlalu menyakitkan.[4]
- Tes lainnya.
Jika dokter Anda mencurigai adanya penyebab tertentu dari rasa sakit Anda, maka biasanya dokter akan merekomendasikan Anda untuk melakukan USG panggul. [5]
Pengobatan Dispareunia
Pengobatan dispareunia tersedia dengan berbagai pilihan tergantung dari penyebabnya. Pengobatan yang tepat bisa membantu mengurangi rasa sakit akibat gejala yang dihadapi. [3, 4, 5]
Obat-obatan
Pengobatan yang biasa dokter lakukan untuk mengatasi dispareunia adalah dengan memberikan:
- Antibiotik: untuk menghilangkan infeksi bakteri.
- obat antijamur: untuk mengatasi infeksi jamur yang terjadi.
- kortikosteroid topikal atau injeksi.
Apabila obat jangka panjang menyebabkan vagina Anda kering, dokter Anda dapat mengubah resep Anda atau mencoba obat-obatan alternatif lainnya. Obat-obatan ini dapat mengembalikan pelumasan alami dan mengurangi rasa sakit.
Kadar estrogen yang rendah menyebabkan dispareunia pada beberapa wanita. Untuk mengatasi hal ini biasanya diberikan estrogen topikal.
Obat bebas estrogen yang disebut ospemifene (Osphena) dikenal dapat mengobati dispareunia sedang hingga berat pada wanita yang memiliki masalah dengan pelumasan vagina.
Sehingga jumlah rasa sakit yang dialami wanita ketika berhubungan seksual dapat berkurang. Sayangnya obat ini dapat menyebabkan hot flash, dan membawa risiko stroke, pembekuan darah, dan kanker pada lapisan rahim (endometrium).
Obat lain untuk meredakan hubungan seksual yang menyakitkan adalah prasterone (Intrarosa). Obat ini berbentuk kapsul yang kemudian Anda tempatkan di dalam vagina setiap hari. [3, 4, 5]
Perawatan lainnya
Terapi nonmedikasi tertentu juga dapat membantu dispareunia: [4]
Dalam terapi ini Anda akan belajar latihan relaksasi vagina yang dapat mengurangi rasa sakit.
- Konseling atau terapi seks
Jika seks terasa menyakitkan selama beberapa waktu, Anda mungkin memiliki respons emosional negatif terhadap rangsangan seksual bahkan setelah perawatan.
ika Anda dan pasangan menghindari hubungan intim karena hubungan seksual yang menyakitkan, Anda mungkin juga perlu meningkatkan komunikasi dengan pasangan Anda dan membantu memulihkan keintiman seksual. Berkonsultasilah dengan dokter atau terapi seks agar dapat membantu menyelesaikan masalah ini.
Terapi perilaku kognitif juga dapat membantu dalam mengubah pola dan perilaku berpikir negatif.
Pencegahan Dispareunia
Pencegahan dispareunia tergantung pada potensi penyebabnya. Pada beberapa kasus dispareunia tidak dapat dicegah terutama jika karena masalah psikologis dan akibat dari operasi atau trauma.
Anda dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengurangi risiko rasa sakit selama berhubungan intim:[3]
- Setelah melahirkan, tunggulah setidaknya enam minggu sebelum melanjutkan hubungan seksual kembali .
- Gunakan pelumas yang larut dalam air saat bagian vagina kering
- Jagalah kebersihan organ intim Anda.
- Dapatkan perawatan medis yang rutin dan tepat.
- Cegah penyakit menular seksual (PMS) dengan menggunakan kondom.
- Dorong lubrikasi vagina alami dengan waktu yang cukup untuk pemanasan dan stimulasi.
Mengubah gaya hidup seperti menjaga nutrisi makanan, olahraga dan melakukan kebiasaan sehat diyakini juga mampu mencegah dispareunia.
- Nutrisi
Sebagai langkah untuk mencegah dispareunia Anda bisa mulai dengan mengkonsumsi makanan seimbang yang kaya akan nutrisi seperti buah-buahan dan sayuran segar dengan sumber phytoestrogenic yang sehat – seperti kacang-kacangan, kecambah alfalfa, dan biji rami. Makanan tersebut diketahui dapat memperbaiki ketidakseimbangan hormon. [7]
- Olahraga
Agar berat badan Anda tetap sehat maka Anda perlu olahraga teratur. Olahraga yang dapat membantu dispareunia tergantung pada tingkat keparahan iritasi wanita di sekitar area vagina. Jika dispareunia disebabkan oleh vaginismus, Anda dapat melakukan yoga sebelum berhubungan intim. Hal ini bisa membantu meringankan ketegangan otot. [7]
- Kebiasaan sehat
Jika Anda merupakan pecandu alkohol atau perokok, maka sebaiknya batasilah konsumsi alkohol dan berhentilah merokok karena kebiasaan tersebut dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih sedikit estrogen, hormon yang menjaga elastisitas dan kesehatan jaringan genital.
Menerapkan kebersihan yang baik juga penting untuk menghindari risiko infeksi. Seperti selalu buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual, mandi secara teratur, dan mengganti pakaian dalam jika telah berkeringat.[7]