Daftar isi
Ulkus kornea merupakan sebuah kondisi luka yang terdapat pada kornea di mana luka ini bersifat terbuka [1,2,3,11].
Penyebab luka ini sendiri pada umumnya adalah infeksi yang perlu segera ditangani ketika seseorang mendapatkan luka ini.
Karena kornea merupakan bagian penting mata, yaitu selaput bening bagian depan mata yang menjadi pembias cahaya yang masuk ke mata, kornea perlu dijaga dengan baik.
Ketika luka terjadi dan tidak segera diatasi, kornea bahkan bisa kehilangan fungsinya sebagai penentu fokus mata pada benda yang mata lihat.
Kebutaan adalah risiko paling fatal yang bisa terjadi karena luka menyebabkan kerusakan kornea jika diabaikan terlalu lama.
Tinjauan Ulkus kornea adalah luka pada kornea yang disebabkan oleh infeksi di mana bila tak segera mendapat penanganan, kebutaan adalah komplikasi paling fatal yang dapat terjadi.
Ulkus kornea disebabkan utamanya oleh infeksi dan berikut ini adalah deretan kondisi yang menyebabkan kornea terluka.
1. Infeksi Bakteri
Penyebab ulkus kornea yang paling umum adalah infeksi bakteri di mana biasanya luka pada kornea berasal dari kondisi peradangan kornea (keratitis) [1,2,3,4].
Pemicunya dapat beragam, seperti abrasi kornea atau penggunaan lensa kontak.
Namun beberapa faktor seperti operasi mata, penyakit diabetes, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit okular kronik, pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian, hingga pemakaian obat mata yang terkontaminasi dapat meningkatkan risiko keratitis yang berujung pada ulkus kornea.
Berikut adalah jenis bakteri yang perlu diketahui mampu menyebabkan keratitis dan kemudian berdampak pada kemunculan ulkus kornea adalah [1] :
2. Infeksi Protozoa/Parasit
Ulkus kornea juga dapat disebabkan oleh protozoa seperti acanthamoeba yang biasanya dijumpai pada tanah maupun air tawar [1,3,4].
Tak hanya ulkus kornea, keratitis pun dapat disebabkan oleh jenis protozoa satu ini.
Risiko infeksi protozoa ini lebih berpotensi terjadi pada para pengguna lensa kontak.
3. Infeksi Jamur
Infeksi jamur pada mata yang menyebabkan ulkus kornea hanya terdapat sekitar 5-10% kasus saja [1].
Kasus ulkus kornea karena infeksi jamur biasanya dijumpai di negara-negara dengan tingkat kelembaban tinggi atau beriklim tropis [1,2,3,4].
Pemicu penyakit ini pun dapat karena paparan terhadap zat-zat sayuran atau tanaman.
Beberapa jenis jamur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah [1,3,4] :
4. Infeksi Virus
Selain infeksi bakteri dan jamur, infeksi virus adalah penyebab umum keratitis yang kemudian berdampak pada timbulnya ulkus kornea [1,2,3,4].
Jenis virus yang menyebabkan keratitis antara lain adalah cytomegalovirus dan varicella-zoster [1].
5. Penyakit Autoimun
Ulkus kornea memang rata-rata disebabkan oleh penyakit infeksi, namun ada pula kasus ulkus kornea yang bukan disebabkan oleh infeksi [1,3].
Penyakit autoimun pun mampu menjadi alasan terjadinya ulkus kornea di mana penyakit autoimun ini biasanya dapat mengakibatkan keratitis ulseratif perifer yang kemudian berujung pada ulkus kornea.
Keratitis ulseratif perifer adalah komplikasi dari gangguan autoimun paling umum kedua setelah uveitis anterior [1].
6. Faktor Penyebab Lainnya
Selain yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah faktor lain yang juga berisiko menyebabkan ulkus kornea, seperti halnya [1,3,4,5,6] :
Tinjauan Infeksi bakteri, parasit/protozoa, virus, dan jamur adalah penyebab paling umum pada kasus ulkus kornea. Meski demikian, ada pula kasus ulkus kornea yang disebabkan gangguan autoimun (non-infeksi), kekurangan vitamin A, penggunaan lensa kontak yang tidak benar, sindrom mata kering, dan cedera pada mata.
Biasanya, seseorang akan menyadari tanda-tanda infeksi pada mata lebih dulu sebelum mengetahui bahwa dirinya mengalami ulkus kornea.
Jika beberapa tanda ini yang dialami atau nampak, maka itu artinya infeksi tengah menyerang mata [1,7] :
Sementara itu, di bawah ini adalah gejala-gejala ulkus kornea yang perlu diketahui dan segera ditangani [1,2] :
Gejala-gejala yang nampak sebaiknya segera diperiksakan ke dokter spesialis mata karena kondisi gejala yang diabaikan terlalu lama dapat berakibat fatal.
Gejala ulkus kornea yang tak segera diobati dapat berujung pada kebutaan.
Tinjauan Ulkus kornea dapat menimbulkan sejumlah gejala, yaitu antara lain sakit pada mata, radang pada mata, penglihatan buram, air mata keluar terus-menerus, fotofobia, pembengkakan kelopak mata, titik/bintik putih pada kornea, mata mengganjal, hingga belek atau nanah pada mata.
Ketika sejumlah tanda ulkus kornea terjadi, segera ke dokter ahli mata untuk memeriksakan diri dan mendapat penanganan secepatnya.
Beberapa metode diagnosa yang pasien perlu tempuh untuk mengonfirmasi kondisi ulkus kornea antara lain adalah :
Metode diagnosa ini dilakukan dengan mikroskop khusus yang disebut dengan slit lamp [1,3,4,5,6].
Dokter lebih dulu meneteskan fluoresens (obat tetes mata khusus) ke mata pasien agar pada proses pemeriksaannya dokter bisa melihat ulkus secara lebih mudah dan jelas.
Kultur kornea merupakan prosedur pengambilan sampel kornea yang kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa [1,3,4,5].
Prosedur ini akan dilakukan oleh dokter apabila terdapat dugaan bahwa infeksi menjadi penyebab ulkus kornea.
Kultur kornea akan membantu dokter dalam mengetahui jenis kuman yang menjadi penyebab utama infeksi.
Dokter akan lebih mudah dalam menentukan metode pengobatan bagi pasien ketika penyebab infeksinya telah teridentifikasi.
Tinjauan Metode diagnosa ulkus kornea yang umumnya diterapkan antara lain adalah slit lamp dan kultur kornea untuk mendeteksi penyebabnya. Jika benar karena infeksi, maka dokter perlu tahu jenis patogen yang menyebabkannya.
Dalam menangani ulkus kornea, dokter perlu mengetahui secara pasti penyebabnya lebih dulu.
Pengobatan akan diberikan kepada pasien sesuai dengan faktor yang mendasarinya.
Mayoritas kasus ulkus kornea disebabkan oleh infeksi, namun penyebab infeksi itu sendiri berbeda-beda.
Berikut ini adalah obat-obatan yang kemungkinan diresepkan oleh dokter disesuaikan oleh patogen penyebab infeksi :
Dokter akan meresepkan antibiotik seperti fluoroquinolones (ofloxacin atau ciprofloxacin) [1,8].
Namun pada kasus di mana gonococcus adalah penyebab ulkus kornea, dokter akan meminta pasien untuk rawat inap sekaligus memberikan terapi dengan ceftriaxone [1].
Bagi penderita ulkus kornea karena infeksi virus, antivirus topikal seperti acyclovir atau trifluridine adalah yang paling umum diresepkan oleh dokter [1].
Selain itu, ganciclovir, valganciclovir, dan valacyclovir adalah obat antiviral lainnya yang umumnya menjadi alternatif [1,9].
Selama penggunaan obat-obatan ini, dokter juga tetap mengawasi kondisi pasien untuk melihat perkembangan gejala dan efek samping dari obat.
Pemantauan bertujuan pula untuk melihat apakah pasien dapat mengalami anemia aplastik dari obat-obatan tersebut.
Pada kasus infeksi jamur, ulkus kornea rata-rata dapat diobati dengan polyene topikal seperti natamycin [1].
Sebagai alternatifnya, dokter kemungkinan meresepkan amphotericin atau voriconazole [1,10].
Untuk kasus infeksi protozoa atau parasit, dokter akan memberikan terapi antiamoeba dengan kombinasi antara poligexametilen biguanide dan chlorhexidine [1,3].
Jika kasus ulkus kornea lebih serius, dokter dapat meresepkan neomycin, itraconazole, fluconazole, diamidines, dan obat-obatan berkandungan yodium.
Pada kasus ulkus kornea yang disebabkan oleh keratitis ulseratif perifer (gangguan autoimun) atau ulkus kornea non-infeksi, dokter akan memberikan agen cytotoxic selain dari imunosupresan [1].
Dokter akan tetap memantau kondisi pasien selama pemberian obat-obatan ini untuk mengetahui bagaimana efek dari obat imunosupresan pada tubuh pasien.
Jika obat tidak lagi dapat mengatasi ulkus kornea, maka dokter biasanya akan merekomendasikan prosedur operasi seperti transplantasi kornea [1,3,10].
Transplantasi kornea adalah tindakan medis yang bertujuan untuk mengangkat jaringan kornea yang luka parah dan digantikan dengan jaringan kornea dari pendonor.
Namun, operasi transplantasi kornea ini juga berpotensi menimbulkan komplikasi kesehatan berupa :
Selain obat dan tindakan medis, dokter juga akan meminta pasien untuk menjaga kesehatan matanya secara mandiri.
Beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan selama masa pengobatan agar mata bisa lebih pulih [11] :
Tinjauan Penanganan ulkus kornea terdiri dari 3 metode, yaitu pemberian obat-obatan sesuai dengan penyebab infeksi, transplantasi kornea (jika kondisi sudah sangat parah), dan perawatan mandiri untuk mempercepat pemulihan.
Ulkus kornea memang dapat diobati dan setelah memperoleh pengobatan yang tepat biasanya mata akan pulih kembali dengan baik.
Meski demikian, ada pula beberapa kasus yang penglihatannya menurun usai memperoleh penanganan.
Namun bagi kasus ulkus kornea yang tidak segera memperoleh pengobatan atau mendapatkan pengobatan yang kurang tepat, akibatnya adalah beberapa risiko komplikasi ini [1] :
Untuk meminimalisir risiko ulkus kornea, beberapa hal berikut ini dapat dilakukan [11] :
Namun untuk upaya agar gejala ulkus kornea yang timbul tidak berkembang menjadi komplikasi fatal, maka penting untuk memeriksakan mata secepatnya.
Pemeriksaan dini akan membantu pasien mengetahui faktor yang menyebabkan dan memperoleh penanganan dini.
Penanganan secepatnya dapat menghindarkan penderita dari berbagai komplikasi mengerikan, termasuk kebutaan.
Tinjauan - Menjaga pola hidup sehat, menjaga kebersihan diri, menghindari paparan zat kimia tertentu, dan menggunakan lensa kontak yang benar dan bersih adalah cara paling dianjurkan dalam pencegahan ulkus kornea. - Namun untuk meminimalisir risiko komplikasi, pemeriksaan dan penanganan dini akan sangat membantu.
1. Liza B. Byrd & Nathan Martin. Corneal Ulcer. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Nurul Purna Mahardika & Rani Himayani. Ulkus Kornea Cum Hipopion Berhubungan Trauma Tumbuhan pada Mata. Repository LPPM Universitas Lampung; 2019.
3. Prashant Garg, MS & Gullapalli N Rao, MD. Corneal Ulcer: Diagnosis and Management. Community Health Eye Journal; 1999.
4. Abdullah Al-Mujaini, Nadia Al-Kharusi, Archana Thakral, & Upender K Wali. Bacterial Keratitis: Perspective on Epidemiology, Clinico-Pathogenesis, Diagnosis and Treatment. Sultan Qaboos University Medical Journal; 2009.
5. Alex P. Lange, Greg Moloney, Claire A. Sheldon, Sachiko Sasaki, & Simon P. Holland. Bilateral Corneal Ulceration Caused by Vitamin A Deficiency in Eosinophilic Gastroenteropathy. Case Reports in Ophthalmology; 2011.
6. Mark I. Golden; Jay J. Meyer; & Bhupendra C. Patel. Dry Eye Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2020.
7. Christopher J. Gilani, BS, Allen Yang, BS, Marc Yonkers, MD, PhD, & Megan Boysen-Osborn, MD, MHPE. Differentiating Urgent and Emergent Causes of Acute Red Eye for the Emergency Physician. Western Journal of Emergency Medicine; 2017.
8. N V Prajna 1, C George, S Selvaraj, K L Lu, P J McDonnell, & M Srinivasan. Bacteriologic and clinical efficacy of ofloxacin 0.3% versus ciprofloxacin 0.3% ophthalmic solutions in the treatment of patients with culture-positive bacterial keratitis. Cornea; 2001.
9. Neslihan Dilruba Koseoglu, MD, Benjamin R. Strauss, MD, & Pedram Hamrah, MD, FACS. Successful Management of Herpes Simplex Keratitis with Oral Valganciclovir in Patients Unresponsive or Allergic to Conventional Antiviral Therapy. HHS Public Access; 2020.
10. Sang Joon Lee, MD, Jung Joo Lee, MD, & Shin Dong Kim, MD. Topical and Oral Voriconazole in the Treatment of Fungal Keratitis. Korean Journal of Ophthalmology; 2009.
11. Anonim. Corneal Ulcer. Stanford Health Care; 2020.