Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Depresi adalah sebuah gangguan mood yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak bertenaga, kehilangan minat yang mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Gejala depresi bervariasi dari ringan hingga
Depresi merupakan salah satu permasalahan psikologis yang umum dikeluhkan. Pada tahun 2015, prevalensi penyakit ini tercatat sebesar 322 juta orang di dunia.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada Asia Selatan Timur dan Pasifik Barat. [1]
Daftar isi
Pada dasarnya depresi adalah gangguan psikologis di mana penderita cenderung memiliki suasana hati yang lekat oleh kesedihan dan menyebabkan penderita kehilangan kebahagiaan.
Gangguan psikologis yang disebabkan depresi dapat berdampak pada abnormalitas fungsi organ dalam tubuh. [1] [2]
Berikut di bawah ini adalah fakta-fakta mengenai depresi: [2] [3]
Penelitian terbaru melaporkan bahwa estimasi penderita depresi berkemungkinan lebih besar dibandingkan jumlah laporan yang tercatat disebabkan oleh kebiasaan pasien yang tidak berkonsultasi dengan dokter saat depresi. Hal ini disebabkan oleh adanya stigma bahwa gangguan mental berdampak buruk dalam kehidupan sosial.
Studi literatur menyebutkan bahwa wanita dapat mengalami depresi 1.5 hingga 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan pria, terutama pada masa remaja. Selain itu, individu berumur 18-29 tahun juga memiliki potensi depresi 3 kali lebih besar dibandingkan lansia. [2]
Penelitian dari Pakistan menyebutkan ada korelasi yang erat antara penyakit jantung koroner dengan munculnya depresi. Namun seiring dengan perawatan maka gejala depresi ini dapat mereda beriringan bersama penyembuhan penyakit jantung koroner. [3]
Depresi dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori yaitu: [1] [4]
Depresi minor merupakan respon normal seseorang terhadap suatu kejadian dalam hidup. Penderita umumnya akan kehilangan suasana hati baik dan sedih, namun depresi mino umumnya tidak menyebabkan stres terus menerus lebih dari dua minggu.
Pada depresi jenis major, penderita akan memiliki suasana hati yang sedih dan kehilangan minat serta kebahagiaan. Energi yang dimiliki penderita juga berkurang.
Dysthymia adalah kondisi depresi major yang terjadi secara konstan dan berlangsung lebih lama dibandingkan pasien depresi major pada umumnya.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa individu dengan riwayat keluarga utama pengidap depresi, memiliki potensi 3 kali lebih besar untuk mengalami depresi. [2]
Individu lansia memiliki potensi besar mengalami penyakit neurodegenerative seperti Alzheimer dan penyakit Parkinson. [2]
Individu yang mengidap stroke, kanker, multiple sclerosis cenderung mengalami depresi. [2]
Hambatan dalam kehidupan, seperti kematian relasi dekat, kekurangan dukungan sosial, permasalahan finansial, dan permasalahan intrerpersonal dapat menjadi pemicu secara psikologis untuk menimbulkan stress. [2]
Di bawah ini merupakan gejala-gejala yang dialami oleh pengidap depresi: [2] [3] [4] [5]
Jika pasien mengalami gejala kehilangan rasa bahagia dan cenderung sedih, disertai minimal 4 dari gejala yang ada selama hampir setiap hari dalam rentang waktu 2 minggu, pasien disarankan berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan. [2]
Jika terus dibiarkan, depresi dapat memicu keinginan bunuh diri. Pada tahun 2015, sebanyak 788,000 orang meninggal disebabkan oleh bunuh diri.
Kasus percobaan bunuh diri juga sering dilaporkan sehingga menempatkan bunuh diri sebagai penyebab kematian ke-20 terbesar di dunia. [1]
Pada umumnya, tim medis akan memberikan pertanyaan terkait riwayat gaya hidup pasien selama mengalami keluhan/gejala depresi seperti pola tidur dan makan yang tidak teratur, serta rasa bertenaga dalam tubuh. [2] [5]
Tim medis juga akan melakukan investigasi terhadap riwayat medis pasien, kehidupan sosial pasien, konsumsi obat-obatan dan alkohol. [2] [5]
Terdapat uji menggunakan kuisioner yang sudah dikembangkan untuk menganalisa dan mendiagnosis potensi depresi pada pasien, seperti: [6] [7] [8]
Kuisioner ini berisi 21 pernyataan yang perlu direspon oleh responden berdasarkan 4 pilihan yang paling tepat. Kuisioner ini umum digunakan untuk menganalisis tingkat depresi individu.
Kuisioner berisi pernyataan mengenai riwayat keluhan yang dialami selama depresi. Responden diminta untuk memberikan skor terhadap pertanyaan yang ada dalam kuisioner.
Kuisioner ini berisi 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban. Responden diminta untuk memberikan tanda pada jawaban yang dipilih. Kemudian, tim medis akan menghitung total skor kuisioner berdasarkan jawaban yang dipilih.
Beberapa uji laboratorium juga dapat dilakukan sebagai data pendukung hasil diagnosis, seperti: [2]
Depresi dapat diobati melalui konsumsi obat-obatan sesuai resep dokter atau melalui terapi psikologi. Kombinasi terapi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan gejala depresi dan kualitas hidup. Obat-obatan yang umumnya digunakan pada penyakit depresi adalah sebagai berikut: [2] [4]
Obat jenis ini diperlukan untuk menghambat regulasi pengambilan kembali (reuptake) serotonin sepanjang sistem saraf, sehingga serotonin tetap dapat ditransmisi sepanjang sistem saraf. Contoh obat: Citalopram, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline, vilazodone, vortioxetine.
Obat jenis ini dapat digunakan sebagai pengobatan tahap awal terhadap pasien dengan gejala pusing yang disertai depresi. Contoh obat: Venlafaxine, desvenlafaxine, duloxetine, dan levomilnacipran.
Obat ini diketahui memiliki efek yang baik dalam pengobatan tunggal terhadap depresi major. Contoh obat: Bupropion, Mirtazapine,Nefazodone, Trazodone.
Obat jenis ini umum digunakan dalam pengobatan kegeleisahan berlebih. Pasien yang mengkonsumsi obat jenis ini diwajibkan mengikuti pola makan rendah kandungan tyramine. Contoh obat: Phenelzine, Selegiline, Tranylcypromine.
Selain itu terapi psikologis yang dapat ditempuh untuk mengobati depresi antara lain: [2] [4]
Pengidap depresi pada umumnya akan memiliki gangguan kognitif yang menyebabkan pikiran negatif.
Terapi cognitive-behavioral (CBT) berfungsi untuk mengorganisir pikiran negatif pada individu serta kebiasaan pasien. Terapi CBT dapat diaplikasikan pada semua umur, khususnya pasien lansia yang rentan terhadap efek samping obat-obatan.
Terapi ini umumnya diaplikasikan pada pasien depresi major. Prinsip dari terapi ini adalah penekanan pada relasi interpersonal dan perasaan sedih.
1. Anonim. 2017. WHO. Depression and Other Common Mental Disorders
2. Suma P. Chand, Hasan Arif. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Depression.
3. Muhammad Arshad, Asad Riaz, Sidra Zahoor, Muhammad Farhan, Muhammad Ahmed. 2017. Annals of PIMS. Depression as a Risk Factor for Coronary Artery Disease: Myth or Verity.
4. Robert Reznik, Andrew Binns, Garry Egger. 2017. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Depression.
5. Steven T Szabo, Charles B. Nemeroff. 2015. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Depression.
6. Eun-Ho Lee, Soo-Ji Lee, Soon-Taeg Hwang, Sang-Hwang Hong, Ji-Hae Kim. 2017. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Reliability and Validity of the Beck Depression Inventory-II among Korean Adolescents.
7. Janet B W Williams DSW. 1988. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. A Structured Interview Guide for the Hamilton Dpression Rating Scale.
8. William W K Zung MD, Carolyn B Richards MS, Marvin J Short MD. 1965. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Self-Rating DepressionScale in an Outpatient Clinic Further Validation of the SDS.
9. Rick E. Ingram, Christin Scher. 2001. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Depression.